Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Karyawan Gunarso Tancap Gas Siapkan Strategi Ketahanan Pangan di Jakarta
Umum
7 jam yang lalu
Karyawan Gunarso Tancap Gas Siapkan Strategi Ketahanan Pangan di Jakarta
2
Pj Gubernur DKI Canangkan Kampung Siaga TBC
Umum
7 jam yang lalu
Pj Gubernur DKI Canangkan Kampung Siaga TBC
3
Kesit Budi Handoyo Segera Dilantik sebagai Ketua PWI Jaya, Ucapan Selamat Mengalir Deras
Umum
7 jam yang lalu
Kesit Budi Handoyo Segera Dilantik sebagai Ketua PWI Jaya, Ucapan Selamat Mengalir Deras
4
Fabianne Nicole, Miss Universe Indonesia Rilis Single Perdana 'Cinta Yang Salah'
Umum
2 jam yang lalu
Fabianne Nicole, Miss Universe Indonesia Rilis Single Perdana Cinta Yang Salah
5
Afgan Ikut Jadi Bintang Tamu dalam Konser David Foster
Umum
1 jam yang lalu
Afgan Ikut Jadi Bintang Tamu dalam Konser David Foster
6
Presiden NOC Prancis Doakan Timnas U-23 Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
DKI Jakarta
23 menit yang lalu
Presiden NOC Prancis Doakan Timnas U-23 Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Indonesia Police Watch: Bentrokan Berdarah di Kepulauan Meranti Riau, Bukti Polisi Masih Mengandalkan Fisik Daripada Otak

Indonesia Police Watch: Bentrokan Berdarah di Kepulauan Meranti Riau, Bukti Polisi Masih Mengandalkan Fisik Daripada Otak
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane. (istimewa)
Jum'at, 26 Agustus 2016 17:14 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut, kejadian bentrokan berdarah di Kepulauan Meranti Riau, membuktikan jajaran Kepolisian belum bisa memberikan rasa aman bagi warga. Bahkan dirinya menyebut kepolisian tidak pernah berubah.

"Kasus bentrokan warga dan kepolisian yang berujung tewasnya satu warga menunjukkan bahwa Polri tidak pernah berubah. Tidak profesional dan proporsional. Padahal elit-elit Polri selalu beretorika bahwa perubahan sudah dilakukan jajaran Kepolisian," ungkap Neta S Pane kepada GoNews.co, Jumat (26/08/2016).

Menurutnya, dengan tewasnya tersangka pembunuh Polisi di Polres Meranti, semakin menunjukkan bahwa sesungguhnya kantor Polisi bukanlah tempat yang aman bagi pencari keadilan.

"Semangat pelayanan, mengayomi dan melindungi yang menjadi jargon Polri selama ini menjadi sebuah jargon kosong yang jauh dari kenyataan," imbuhnya.

Hal ini kata dia, karena Kantor Polisi masih dipenuhi oleh oknum-oknum yang mengedepankan arogansi. "Ini faktanya jangan ditutup-tutupi, bahwa Polisi masih mengedepankan kekuatan fisik ketimbang kekuatan otak," tukasnya.

Jika ini terus terjadi kata Neta S Pane, bukan mustahil kantor Polisi dan personil Kepolisian yang sebenarnya adalah aparatur keamanan, bakal menjadi musuh masyarakat dan menjadi tempat yang tidak nyaman.

"Untuk itu saya pikir Mabes Polri harus turun tangan menyelesaikan kasus ini. Polri harus menurunkan propam bukan hanya dari Polda Riau saja. Supaya kasus ini terusut tuntas dengan transparan," pintanya.

Dirinya juga meminta, agar Komnas HAM juga turut mengusut. "Komnas HAM harus segera mengusut kematian tersangka dan pendemo di Mapolres meranti. Komisi III DPR juga perlu memanggil Kapolri dan Kapolda untuk mempertanyakan apa yang terjadi sesungguhnya. Kasus ini tidak boleh didiamkan, sebab akan menjadi api dalam sekam yang akan terus menerus memicu permusuhan msyarakat dengan Polisi," pungkasnya. (***)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/