Sebuah Diorama dari Bahan Bekas Mampu Menceritakan Apa yang Dibaca Pelajar di Dumai
Penulis: Friedrich Edward Lumy
Seperti yang dilakukan guru-guru dari berbagai sekolah dalam pelatihan Pelita Pustaka, dimana mereka (guru) membuat sebuah diorama dengan waktu 60 menit dalam kerjasama kelompok yang berisikan 5 orang.
Baca Juga: Guru di Dumai Harus Memberdayakan Buku untuk Dibaca
Training Specialis Tanoto Foundation, Sasmoyo Hermawan menjelaskan kepada GoRiau.com, Kamis (27/10/2016), bahwa aplikasi diorama dalam kegiatan membaca adalah untuk memberikan alternatif yang lebih menarik bagi pelajar usai membaca.
Baca Juga: Perpustakaan Bukan Tempat Menakutkan Bagi Pelajar SD di Dumai
"Melalui diorama, mengantikan cara lama guru bertanya kepada pelajar usai membaca buku. Dimana biasanya usai membaca buku, guru akan bertanya kembali kepada pelajar, menceritakan kembali, tanya jawab dan meringkas. Cara ini sangat menakutkan bagi pelajar dan digantikan dengan diorama," ujarnya.
Baca Juga: MIN Lubuk Gaung Dumai Jadi Percontohan 'One Month One Action'
Diorama pun dibuat menggunakan bahan dari barang bekas, seperti kardus, kertas dan ranting, lanjutnya. Hanya menambahkan lem dan pewarna. Pelajar kelas 1 SD sudah mampu membuat diorama dan dibutuhkan 3 sesi untuk menjelaskan dan mempraktekannya.
Baca Juga: Ini Lima Sekolah di Dumai yang Terapkan Belajar Tidak Membosankan
"Dengan diorama bisa mengembangkan kreatifitas motorik pelajar. Dalam membuat diorama dibutuhkan kerjasama kelompok. Sehingga hasil karya pelajar pun bisa dipajang disekolah menjadi sebuah kreatifitas," jelasnya. Jadi menumbuhkan minat baca bisa dengan berbagai cara, salah satunya membuat diorama.*** #DUMAI
Kategori | : | Pendidikan |