Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
Olahraga
4 jam yang lalu
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
2
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
Umum
4 jam yang lalu
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
3
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
Umum
4 jam yang lalu
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
4
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
Umum
4 jam yang lalu
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
5
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
Umum
3 jam yang lalu
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
6
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Umum
3 jam yang lalu
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Home  /  Berita  /  Pendidikan

Eksistensi Generasi Islami di Era Globalisasi

Eksistensi Generasi Islami di Era Globalisasi
Ilustrasi
Sabtu, 29 Oktober 2016 18:16 WIB

Oleh Tgk Jamaluddin, S.Sos*

Seiring berkembangnya zaman, berbagai kemajuan teknologi terus meningkat. Kemajuan ini, selain membawa manfaat positif juga tidak sedikit berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Kenyataan ini menjadi ancaman yang sangat serius bagi generasi muda. Saat ini, kemaksiatan, kerusakan moral, kriminalitas, pelanggaran terhadap syariat Islam kian merajalela. Fenomena ini menjadi tantangan elusif (berat) bagi generasi muda untuk menata kembali dan mengerahkan kemampuannya dalam mengubah prilaku dan pandangan masyarakat.

Untuk mengubah prilaku dan pandangan tersebut, pemuda terlebih dahulu dituntut menjadi generasi nafi’un lighairihi (pribadi yang bermanfat), berakhlaqul karimah, mandiri,  paham agama serta memiliki iman dan ketaqwaan yang tinggi. Dengan demikian, pemuda akan mampu membentengi diri dari berbagai macam kerusakan yang menimpa di era globalisasi dan modernisasi sekarang ini.

Dalam menjalankan misi pemuda ini, orang tua juga dituntut untuk berperan aktif dalam mengawasi, mengkontrol segala aktifitas anaknya, mengarahkan anak-anak pada kebaikan, memberikan pendidikan yang layak serta menunaikan kewajibannya sebagai orang tua. Karena anak hari ini, merupakan pemuda di hari esok, sehingga estafet generasi nafi’un lighairihi akan berkelanjutan dan tidak putus di tengah jalan.

 Bila melihat kenyataan saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut selaras dengan Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi dimana Beliau telah mengingatkan kita tentang berbagai macam bentuk kerusakan yang akan terjadi di akhir zaman. Diantara kerusakan tersebut adalah perilaku pergaulan bebas,  perzinaan, tawuran, kecanduan narkoba, minuman keras, merasa bangga dengan perbuatan dosa dan lain sebagai nya menjadi sesuatu yang wajar.

Rusak nya perilaku dan akidah generasi muda menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan saat ini, karena menjadi suatu bom waktu, yang suatu saat akan meledak. Bom waktu dimaksud adalah membiarkan generasi ini dihempas oleh pengaruh globalisasi maka  dengan sendirinya akan membawa kehancuran di suatu hari nanti, dimana kehancuran itu terjadi disaat generasi yang lemah menjadi pemimpin. Rasullullah menggambarkan, “apabila suatu urusan (pemerintahan) diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktunya”.

Kekhawatiran akan rusaknya prilaku generasi muda juga disebutkan di dalam Alqur’an Surah an nisaa’ Ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang orng yang seandai nya meninggal kan aan yadi belakang mereka adalah generasi yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”.

Untuk menghindari rusaknya generasi muda, maka jawabannya adalah ilmu. Ilmu membimbing seseorang keluar dari kebodohan, membimbing seseorang mampu membedakan mana yang hak, benar dan mana yang salah. Dengan ilmu seseorang akan mendapatkan tuntunan untuk menempuh jalannya menuju Ilah.

Bila berkaca pada masa kejayaan Islam, mereka memposisikan ilmu pada tingkatan yang agung. di masa itu, dengan ilmu hampir sebagian wilayah dunia digenggam oleh Islam. Dapat dilihat, bagaimana para penemu-penemu yang ilmunya masih digunakan sampai sekarang, sebagian besarnya ditemukan oleh para ilmuwan muslim.

Bertolak dari sejarah tersebut, tentunya kita juga harus mampu memposisikan ilmu pada posisi yang tinggi. Apapun yang mau dicapai  seseorang maka hal itu hanya dapat dilakukan dengan ilmu. Kehidupan dunia dan akhirat hanya dapat dicapai dengan ilmu pula.

Oleh karena itu, ilmu harus dimulai sedini mungkin. Orang tua harus mengambil tugas tepat dalam membentuk kepribadian anak, memberikan pendidikan yang seimbang antara agama dan dunia. Anak tidak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tua. Dengan demikian anak akan tumbuh sebagai generasi yang shaleh yang beriman dan bertakwa serta berguna bagi orang tua dan masyarakat.

Dengan menerapkan hal tersebut maka generasi muda akan gemilang serta estafet generasi muda terus berkelanjutan hingga tidak akan ada celah untuk merusak generasi kita. Bila generasi muda tumbuh dalam kebaikan, maka akan terwujud kesalehan sosial, kehidupan masyarakat menjadi aman dan tentram. Sehingga dengan demikian, daerah kita menjadi daerah yang penuh kebaikan dan rahmat, Baldatun Tayyibataun Warabbun ghafur.

* Penulis adalah pimpinan Pesantren Tahfizhul Qur'an Syaikh Rasyid Al-Mukhlisin, Lhokseumawe.

Editor:Kamal Usandi
Kategori:Pendidikan, Aceh
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/