Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
Olahraga
23 jam yang lalu
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
2
Christian Bautista Pembuka Konser Nostalgia All-4-One di Jakarta
Umum
21 jam yang lalu
Christian Bautista Pembuka Konser Nostalgia All-4-One di Jakarta
3
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
Olahraga
24 jam yang lalu
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
4
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Olahraga
23 jam yang lalu
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
5
Syahrini Hamil Anak Pertamanya
Umum
21 jam yang lalu
Syahrini Hamil Anak Pertamanya
6
Pemain Indonesia Siap Beradaptasi dengan Angin di Stadion Nimibutr
Olahraga
23 jam yang lalu
Pemain Indonesia Siap Beradaptasi dengan Angin di Stadion Nimibutr
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pria Bernama Slamet Hari Natal Ini Ternyata Muslim, Begini Cerita Asal-usul Namanya

Pria Bernama Slamet Hari Natal Ini Ternyata Muslim, Begini Cerita Asal-usul Namanya
Slamet Hari Natal memperlihatkan KTP-nya. (tempo.co)
Rabu, 28 Desember 2016 08:30 WIB
MALANG - Pria yang kini berusia 54 tahun ini mendadak populer di media sosial. Penyebabnya adalah namanya dianggap yang unik, yakni Slamet Hari Natal.

Meskipun namanya memakai kata Natal, namun pria asal Kabupaten Malang, Jawa Timur ini bukanlah penganut agama Nasrani, melainkan seorang Muslim.

“Iya, Mas, benar nama saya memang begitu. Malah saya akrabnya dikenal sebagai Slamet Yesus karena lahirnya pas hari Natal,” kata Slamet kepada wartawan, Selasa, 27 Desember 2016.

Slamet tinggal di Jalan Sangadi, RT 24 RW 08 Dusun Wates, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo. 

Slamet lahir sebagai sulung dari dua orang anak pasangan Samsuri dan Ngatinah pada 25 Desember 1962. Proses persalinan ibunya ditangani bidan Akaskio, warga Kebonsari, Kecamatan Tumpang, Malang. Lalu, sang bidan menyarankan Ngatinah untuk memberikan nama sesuai dengan perayaan hari Natal. 

“Ketimbang repot-repot dan sulit-sulit kasih nama, bidannya usulkan beri nama Slamet Hari Natal dan orang tua saya setuju,” kata Slamet.

Slamet mengaku tidak pernah mengalami masalah serius sejak kecil sampai menamatkan sekolah menengah meski menyandang nama tersebut. Tapi justru orang tuanya yang beberapa kali kerepotan dan mendapat hambatan saat mengurus administrasi kependudukan, seperti memasukkan namanya ke dalam akta kelahiran dan kartu keluarga serta saat mendaftarkan dirinya ke sekolah.

Ternyata hambatan serupa dialami Slamet saat ia dewasa dan menikah. Kendala paling dirasakan Slamet saat ia mengurus kartu tanda penduduk, kartu keluarga, dan akta kelahiran baik untuk dirinya sendiri ataupun bagi istri dan ketiga anaknya. 

Urusan di tingkat rukun tetangga dan rukun warga lancar-lancar saja karena petugas dan Slamet sudah saling kenal sebagai tetangga. Namun masalah baru dirasakan saat mengurusnya di tingkat desa, kecamatan, dan dinas kependudukan. 

Para petugas di tiga instansi semula tidak percaya dan terheran-heran begitu mengetahui nama lengkapnya. Walhasil, proses administrasi kependudukan jadi lama karena petugas butuh waktu untuk memverifikasi keaslian dan kelengkapan nama pria berusia 54 tahun tersebut.

Slamet beristrikan Setyowati. Pasangan ini mempunyai dua anak lelaki dan seorang anak perempuan, yakni Arif Wendi Yunianto Ferdiansyah, Nova Dewi Nurayomi Ayu, dan Guruh Tedy Prasetyo Susanto.

“Urusan anak bungsu saya (Guruh Tedy) saat mendaftar sebagai anggota TNI juga sempat tak lancar. Misalnya, saya ditanya macam-macam saat mengurus SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) untuk putra saya, tapi alhamdulillah akhirnya bisa selesai,” ujar Slamet.

Guruh kini bertugas di Brigade Infanteri 24/Bulungan Cakti, Tanjungselor, Kalimantan Utara. Namun, kata Slamet, saat sudah jadi anggota TNI pun Guruh masih sering ditanya tentang nama lengkap orang tuanya. Bahkan Guruh sampai harus mengirim fotokopi KTP Slamet untuk memastikan bahwa benar ayahnya bernama Slamet Hari Natal.

Walau lahir bertepatan dengan hari Natal, menurut Slamet, ia hanya mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari tiga anak dan empat cucunya tanpa dirayakan dengan sebuah pesta.

Sebaliknya, Slamet merasa membanggakan nama tersebut sebagai doa dan harapan terbaik yang diberikan orang tua. Baginya, nama itu mengandung pesan toleransi terhadap perbedaan agama. Para pemeluk agama harus rukun.

“Saya beragama Islam, kayakinan ada di dalam hati. Agama itu pegangan hidup, tapi perbedaan agama tidak harus memecah belah kerukunan dengan umat agama lain. Kita harus saling menghormati sebagai sesama manusia,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir itu.

Kebanggaan lain disampaikan Slamet berdasarkan pengalaman unik dan lucu terkait dengan namanya. Lima tahun lalu, misalnya, KTP-nya pernah disita petugas Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, saat menyeberang ke Bali untuk mengantar orang berwisata. Rupanya, sang petugas malah meminta KTP lama miliknya untuk disimpan sebagai kenang-kenangan karena nama Slamet dianggap unik. 

Waktu ia mengurus surat izin mengemudi pun, petugas memotret KTP-nya buat kenang-kenangan.***

Editor:hasan b
Sumber:tempo.co
Kategori:GoNews Group, Umum, Jawa Timur
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/