Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
15 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
14 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
16 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
14 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  Umum

Kepedulian Masyarakat Aceh Terhadap Rohingya Dipuji di Australia

Kepedulian Masyarakat Aceh Terhadap Rohingya Dipuji di Australia
Konferensi Penguatan Perlindungan terhadap Pengungsi di Universitas New South Wales, Sydney, Australia 22 Februari 2017 lalu. [Ist]
Jum'at, 24 Februari 2017 22:41 WIB

SYDNEY -  Masyarakat dunia kini mendapatkan banyak pelajaran yang dapat diambil dari tindakan mulia para nelayan Aceh, saat menyelamatkan kapal pengungsi Rohingya yang terdampar di laut pada Mei 2015 lalu. Hal itu disampaikan Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe Lilianne Fan pada Konferensi Penguatan Perlindungan terhadap Pengungsi di Universitas New South Wales, Sydney, Australia 22 Februari 2017 lalu.

“Di saat pemerintah kita mendorong dan menolak jauh-jauh kapal para pengungsi Rohingya, namun nelayan Aceh mempertaruhkan hidup mereka sendiri untuk menolong orang-orang yang putus asa di dalam kapal tersebut. Orang-orang yang dalam kondisi yang teramat menyedihkan, serta mereka meyakinkan pemerintah setempat untuk mengambil dan menyediakan penampungan sementara,” ujar Liliane Fan dalam rilis media yang diterima GoAceh, Jumat (24/2/2017) malam.

Liliane Fan juga mengaku mengamati bagaimana kekerasan militer terjadi secara ekstrem di negara bagian Rakhine, Myanmar. Hal itu mengakibatkan pergeseran yang cukup signifikan di tubuh para anggota ASEAN, khususnya Indonesia dan Malaysia. “Yang pada akhirnya telah bersuara untuk bersimpati dan melakukan tindakan-tindakan guna mencegah terjadinya kekerasan, dan menyerukan agar para dewan ASEAN tidak berdiam diri dan tidak melakukan intervensi,” tulisnya.

Konferensi yang berlangsung selama dua hari tersebut diselenggarakan oleh Dewan Pengungsi Australia bekerjsama dengan Universitas New South Wales. Sekitar dua ratus peserta hadir konferensi tersebut untuk mengkaji secara mendalam mengenai praktek yang baik dalam menangani, mengintegrasikan serta memberdayakan para pengungsi.

Salah satu pembicara lainnya adalah Dr Munjed Al Muderis,  mantan pengungsi yang juga merupakan seorang ahli bedah ortopedi dari Baghdad yang datang ke Australia dengan perahu melalui Malaysia dan Indonesia. “Beliau menjadi contoh pengungsi yang berhasil berintegrasi secara administratif dan ikut serta berkontribusi untuk masyarakat baru mereka,” katanya.

Editor:Zainal Bakri
Kategori:Umum, Aceh
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/