Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
18 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
2
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
20 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
3
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
13 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
13 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
18 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
6
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
8 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Perumnas Usung Konsep Hunian Vertikal Solusi Penyempitan Lahan di Kota

Perumnas Usung Konsep Hunian Vertikal Solusi Penyempitan Lahan di Kota
Selasa, 23 Januari 2018 10:03 WIB

MEDAN - Melihat kondisi lahan di perkotaan yang semakin sempit, Perum Perumnas mengusung konsep hunian vertikal atau apartemen. Masyarakat turut diajak berfikir pada hunian vertikal dan bukan landed house atau rumah tapak.

“Khususnya perkotaan, seperti Medan, sangat susah lahan. Ketersediaan lahan juga diperlukan untuk pertanian,” kata Manager Pemasaran Perumnas Sentraland Sukaramai, Hari Raharjo.

Di negara tetangga, sebutnya, ketersediaan lahan sangat dijaga untuk lahan pertanian dan tidak semua dijadikan pemukiman. Sebab, pertumbuhan penduduk di perkotaan yang tinggi berdampak pula pada kebutuhan hunian.

“Tidak semua lahan bisa dijadikan hunian, karena perlu kita jaga untuk pertanian. Bayangkan bagaimana jika seluruh lahan di kota dibangun pemukiman. Di mana lahan pertanian kita?” sebutnya.

Kalau lahan pertanian sudah tidak ada, maka tidak akan ada sumber pangan yang bisa diberikan ke masyarakat. Hal ini tentunya akan menyebabkan krisis lahan.

“Maka, sumber pangan kita juga tidak ada. Jika ada, harus dikirim dari luar kota ataupun import dari luar. Harganya mahal, beban baru di masyarakat,” terang Hari.

Masalah lain adalah, ketersediaan bahan pangan tidak ada dan mahal maka dapat mengancam kehidupan di masyarakat, termasuk perekonomian warga. Ketersediaan lahan di perkotaan harus sebanding dengan pertumbuhan hunian.

“Tidak semua lahan bisa dijadikan hunian. Berangkat dari situ, kita mengusung konsep apartemen atau hunian vertikal. Kita sedang membangun apartemen Sentraland Sukaramai,” ucapnya.

Sentraland Sukaramai dibangun dengan merevitalisasi hunian sebelumnya, yakni Rusun Perumnas Sukaramai. Harganya juga lebih murah dibanding dengan hunian vertikal serupa di Kota Medan.

“Lokasi sangat strategis, berada di kawasan bisnis Asia Mega Mas. Sangat cocok untuk wirausaha dan hunian,” tandas Hari.

Editor:wen
Sumber:analisa
Kategori:Sumatera Utara, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/