Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
9 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
9 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
9 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
8 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
9 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
8 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Dari NasRep Berganti Berkarya, Parpol Ini Ingin Rangkul Mereka yang Rindu Pak Harto

Dari NasRep Berganti Berkarya, Parpol Ini Ingin Rangkul Mereka yang Rindu Pak Harto
Tomy Soeharto saat pengambilan nomor urut parpol. (Istimewa)
Sabtu, 10 Maret 2018 23:38 WIB
JAKARTA - Tahun 2018 menjadi penanda Tommy Soeharto kembali terjun di dunia politik. Lebih terkenal sebagai pebisnis dan sempat menjadi kader Golkar di masa lampau, kini, romantisme Orba atau Orde Baru, yang lekat dengan sosok sang ayah, ingin ia hidupkan lagi lewat Partai Berkarya.

Di partai barunya tersebut, pria yang bernama lengkap Hutomo Mandala Putra menempati jabatan pucuk sebagai ketua majelis tinggi partai dan ketua dewan pembina.

Sejumlah nama purnawirawan jenderal juga ada dalam dalam daftar pimpinan, yakni Mayjen TNI (Purn) Muchdi PR sebagai Ketua Dewan Kehormatan, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Ketua Dewan Pertimbangan, dan Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal selaku Ketua Dewan Penasihat.

Belakangan juga terkuak, ada nama Pollycarpus Budihari Prijanto dalam daftar anggota Partai Berkarya. Mantan kasus terpidana pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir itu tercatat sebagai kader dari Tangerang.

Saat dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Badaruddin Andi Picunang membenarkan bergabungnya Pollycarpus. Ia mengatakan, partainya tidak takut keberadaan eks pilot Garuda Indonesia akan memengaruhi elektabilitas.

"Itu kan masa lalu. Kita tidak mempersoalkan latar belakang seseorang. Apalagi negara sudah membebaskannya," ujar Badaruddin kepada Liputan6.com diJakarta, Rabu (7/3/2018) malam.

Bukan hanya Pollycarpus, meski dinyatakan bebas dan tak terbukti secara hukum, nama Muchdi Purwoprandjono atau Muchdi Pr juga sempat dikaitkan dengan kematian Munir tahun 2004 lalu.

"Beliau salah satu pendiri partai dan sekarang beliau dewan kehormatan," kata Badaruddin soal keberadaan nama Muchdi Pr.

Terkait keberadaan nama sejumlah purnawirawan jenderal dalam struktur dewan pimpinan pusat (DPP) Partai Berkarya, Badaruddin menganggap, itu adalah hal wajar.

Dia berkaca pada sejarah, di mana dulu Presiden Soeharto juga menempatkan perwira-perwira militer di tubuh Golkar untuk menangkal pengaruh paham komunis.

"Dulu Pak Harto membuat Golkar itu kan banyak dari TNI, Angkatan Darat khususnya, dalam rangka menghalau paham komunis. Itu kan jalan Pak Harto 32 tahun, beliau berkuasa lewat Partai Golkar. Beliau berhasil membangun bangsa ini. Saya kira irisannya dari situ," jelas dia.

Di sisi lain, Badaruddin tak menampik kalau daya jual Partai Berkarya tergantung pada Tommy Soeharto yang identik dengan trah Cendana. Ia juga mengakui jika sebagian program kerja partai ini mengadopsi dari Orde Baru.

"Semua orang bisa bilang begitu, karena di Berkarya ada Pak Tommy, itu wajar-wajar saja. Pak Tommy memang magnet partai ini. Program-program kita juga masih mengambil sebagian dari program yang unggul di masa Pak Harto yang bisa diterapkan saat ini. Misalnya trilogi pembangunan, yaitu keamanan, ekonomi dan pemerataan pembangunan," papar Badaruddin.

Untuk itulah, kata dia, Partai Berkarya membidik pemilih dari kalangan yang merasakan enaknya hidup saat Orde Baru berkuasa, tanpa melupakan generasi yang tumbuh di era sesudahnya.

"Kita enggak memungkiri bahwa ada segmen yang kita bidik ke sana. Tapi generasi sekarang juga kita kasih ruang. Tapi, yang kita tonjolkan bukan rezimnya, tapi semangatnya. Dulu ada pasar inpres, sekolah inpres. Itulah yang mungkin dirindukan orang yang punya masa lalu dengan Orde Baru," jelas Badaruddin.

Ketika ditanyakan, apakah untuk mewujudkan semua itu Tommy Soeharto ingin memimpin Indonesia di masa depan, dia tak menampik.

"Itu pasti. Semua pimpinan partai bermimpi untuk jadi pimpinan di negeri ini. Apa itu lewat legislatif atau eksekutif. Seandainya partai baru diberi peluang presidential threshold itu 0 persen, Partai Berkarya akan mengunggulkan Pak Tommy," tegas Badaruddin.

Untuk itu, salah satu langkah untuk mendorong Tommy menuju kepemimpinan nasional adalah dengan menjadikan pria berusia 56 tahun itu sebagai Ketua Umum Partai Berkarya.

"Di rapimnas tanggal 10-13 Maret di Solo, kita akan meminta Pak Tommy sebagai ketua umum partai," pungkas dia.

Survei Tommy masih kecil

Partai Berkarya memang tergolong baru. Dibentuk pada 15 Juli 2016 dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.NH-21.AH.11.01 Tahun 2016 pada 13 Oktober 2016. Dalam kepengurusan tingkat pusat, nama Tommy Soeharto menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai sekaligus Ketua Dewan Pembina.

Tak heran kalau muncul anggapan bahwa Partai Berkarya ingin mengembalikan kejayaan Orde Baru dan trah Cendana. Namun, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana menanggap pesimis anggapan itu.

"Memang ada nama Tommy Soeharto di Partai Berkarya. Tapi saya nggak begitu yakin apakah kemudian Partai Berkarya akan otomatis mengambil pemilih dari orang-orang yang punya romantisme di masa Orde Baru. Yang pasti pemilih sekarang ini dominan berusia muda, yang ketersentuhan dengan Orde Baru kan enggak begitu kuat," jelas Aditya kepada Liputan6.com, Rabu malam.

Selain itu, kata dia, kalau keberadaan Tommy Soeharto di Partai Berkarya dianggap sebagai usaha untuk menjaring suara dari simpatisan Orde Baru, itu harus dilakukan melalui survei dulu.

"Tantangan buat Partai Berkarya adalah eksis saja dulu dengan apa yang dimiliki sekarang. Tommy perannya dominan di partai, kekayaannya pasti tujuh turunan. Apakah itu akan memengaruhi dukungan dari pemilih, kita harus tes dengan survei di bulan-bulan ini," ujar Aditya.

Namun begitu, dia pesimistis angka elektabilitas Partai Berkarya akan menjulang. Bahkan, dia memprediksi angka untuk keterpilihan di legislatif akan sulit mencapai angka 1 persen.

"Pak Harto sendiri, buat saya, sudah selesai di tahun 1998, karena anak-anaknya rata-rata enggak berpolitik. Mungkin Mbak Tutut saja, tapi sisanya kan enggak," jelas Aditya.

Jika saat ini Partai Berkarya mengusung program yang sangat Orde Baru, dia meyakini banyak pihak akan menyikapi dengan hati-hati. Itu karena, Partai Berkarya harus menjelaskan romantisme masa lalu Orde Baru mana yang akan dikembalikan partai ini.

"Kalau itu terus-terusan ditonjolkan Partai Berkarya, untuk tujuan apa? Kalau untuk tujuan mengembalikan masa Orde Baru dari gaya otoriter pemimpinnya, masyarakat sekarang kan sudah terbiasa dengan gaya kepemimpinan demokratis," pungkas Aditya.

Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, berdasarkan survei yang pernah dilakukan, romantisme Orde Baru itu masih ada, kendati angkanya sudah tidak bisa lagi jadi pegangan.

"Itu data lama, jadi sudah kurang relevan. Tapi intinya masih ada dan saya yakin masih cukup signifikan. Cuma masalahnya, per hari ini belum ada keluarga Cendana, anak-anaknya Pak Harto yang mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa mereka punya kemampuan yang sama dengan Pak Harto membangun Indonesia," ujar Qodari.

Ditambah lagi, kata dia, Tommy bisa belajar dari pengalaman Partai Karya Peduli Bangsa atau PKPB yang pernah didukung kakaknya, Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut. Kekalahan PKPB di Pemilu 2009 menunjukkan, menjadi anaknya Pak Harto tidak otomatis membuat partainya dipilih masyarakat.

"Dari hasil-hasil survei sementara ini elektabilitas Tommy Soeharto atau Mas Tommy itu masih kecil sekali. Dengan becermin pada pengalaman partainya Mbak Tutut dan hasil surveinya Mas Tommy, menurut saya untuk sementara perolehan atau nasib Partai Berkarya akan sama dengan partainya Mbak Tutut," ujar Qodari.

Namun, dia menegaskan, Tommy menjadi faktor kunci di Partai Berkarya, jika dilihat dalam posisinya sebagai alat untuk mendongkrak partai. Dalam praktiknya bisa dilihat nanti, bagaimana Tommy dengan kemampuan.

Terlepas dari kekecewaan itu, partai besutan Ari tak bisa lagi ikut dalam kontestasi Pemilu 2014. Tak hanya Ari, anggota keluarga Cendana lainnya juga terus berusaha untuk ikut dalam pemilu, dengan nama partai dan sosok yang berbeda.

Dia adalah putra bungsu Soeharto, Hutomo Mandala Putra yang karib disapa Tommy. Dia mendirikan partai Partai Nasional Republik (Partai Nasrep) pada 17 Desember 2002 sebagai Partai Sarikat Indonesia dan berubah nama menjadi Partai Nasional Republik pada 5 Juni 2012. Ketua umum partai ini adalah Jus Usman Sumanegara dengan Sekretaris Jenderal Neneng A. Tutty.

"Kami dari gabungan partai-partai juga. Ada partai lama dan kecil-kecil, itu kan banyak yang jebol-jebol. Jadi kepengurusan partai lama akan lebur," kata Neneng di Jakarta, Rabu 27 April 2011.

Selain Tommy dan Neneng, deklarator partai ini antara lain Mayor Jenderal (Purn) Edy Waluyo, Budi Hartono, dan Sony Pudjisasino dari Partai Buruh, serta Tommy Sanjoto. Tommy sendiri dijadikan daya tarik utama partai dan didapuk sebagai Ketua Dewan Pembina Partai.

Partai ini resmi didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi dan Manusia untuk menjadi peserta Pemilu 2014. Pada proses seleksi partai politik untuk menjadi peserta Pemilu 2014 yang diselenggarakan KPU, Partai Nasrep lolos dalam tahap verifikasi awal, namun kemudian gagal dalam tahap verifikasi administrasi. Artinya, Partai Nasrep gagal mengikuti Pemilu 2014.

Tak mau menyerah, Partai Nasrep kemudian memutuskan bergabung dengan Partai Beringin Karya yang menjelma sebagai Partai Berkarya. Partai ini didirikan pada 15 Juli 2016 dan mendapatkan legitimasi hukum dan sah sebagai partai politik di Indonesia pada 17 Oktober 2016.

Neneng A Tutty yang sebelumnya menjadi Sekjen Partai Nasrep kini menjadi Ketua Umum Partai Berkarya dengan Sekjen Badaruddin Andi Picunang. Sementara Tommy menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai sekaligus Ketua Dewan Pembina. Melalui Partai Berkarya inilah Trah Cendana yang diwakili Tommy Soeharto berusaha kembali ke panggung kekuasaan.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:merdeka.com dan liputan6.com
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/