Bukti Aceh Mendunia, Surat Sultan Iskandar Muda ke Ratu Inggris di Abad 12, Masih Tersimpan Rapi di Museum Skotlandia
BANDA ACEH - Surat yang ditulis Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris James pada tahun 1615 silam, yang disebut sebagai golden letter itu kini bisa disaksikan masyarakat Aceh, di Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darusslama (NAD) setelah duplikatnya dibawa dari perpustakaan Bodlian, Oxford, Inggris.
Surat berbahasa Melayu dengan aksara Jawi ini disebut memiliki hiasan tertua dan terindah, terbesar bahkan paling spektakuler. Sebab, selain panjangnya mencapai satu meter, surat bersampul sutra kuning asli ini ditulis dengan tinta warna emas di atas kertas oriental.
Dari surat yang tiga perempat isinya melukiskan tentang keagungan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) beserta kekayaan dan keluasan wilayah kekuasaannya, jelas terekam kemegahan Kerajaan Aceh dan membuktikan bahwa hubungan Aceh dengan luar negeri sudah terjalin cukup lama.
Hal ini diungkapkan Anggota DPD RI Dapil Aceh, Rafli Kande saat bersilaturahmi dengan masyarakat di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar dengan mengadakan acara zikir bersama di Lapangan Cot Sibati, Blangkreung, Rabu malam (02/04/2018).
"Aceh pada abad ke 12 telah menjalin kerjasama yang baik dengan dunia luar baik itu Turki bahkan Inggris. Buktinya, hingga saat ini surat bertintakan emas dari Sultan Iskandar Muda kepada Ratu Inggris masih tersimpan rapi di salah satu meuseum di Skotlandia. Ini menunjukkan bahwa Aceh pernah membangun kerjasama yang baik dengan negara-negara luar," kata Rafli.
Rafli Kande yang didampingi pimpinan Dayah Taubatan Nasuha Hikmah Lamteuba Abu Bukhari ini juga meyakini, Aceh ke depan juga bisa dikenal lebih luas lagi dengan berbagai budaya yang dimiliki Aceh.
"Jika budaya kita yang unik ini dilestarikan dengan baik, maka orang luar akan tertarik, dan akan datang ke Aceh untuk melihatnya. Kalau orang luar sudah berduyun-duyun datang melihat peristiwa budaya di Aceh, maka ibu-ibu yang jual gorengan pun, dagangan nya bisa laku dan merasakan manfaatnya," jelasnya.
Senator Aceh yang dikenal paling getol mempromosikan budaya Aceh ini, dalam ksemepatan itu juga melantunkan syair-syairnya. Sebagai pembuka acara wawasan kebangsaan malam itu, ia membawakan syair ‘gisa bak punca’. Yang kemudian dilanjutkan dengan lagu puleh dan ubat hatee untuk menghibur masyarakat yang hadir.
Diakhir acara, Pimpinan Dayah Taubatan Nasuha Hikmah Lamteuba Abu Bukhari pun mengaku mengapresiasi perjuangan Rafli Kande dalam mempromosikan budaya Aceh dengan mensyiarkan islam melalui lantunan syairnya.
"Alhamdulillah, di tengah-tengah aktivitasnya yang padat, Rafli Kande tetap menyempatkan diri bersama-sama kita pada malam ini. Patut kita apresiasi perjuangan beliau dalam menyampaikan syiar islam ke berbagai pejuru dunia," ungkapnya.
Menurut Abu Bukhari, syair dan lagu ataupun rebana itu hanyalah alat, yang lebih penting makna pesan yang disampaikan merupakan dakwah. "Sebagaimana para pendahulu kita Syekh Hamzah Alfansuri, Syekh Abdurrauf As-singkily yang mengajarkan kita untuk terus menyampaikan syiar islam melalui syair-syairnya. Kita berharap upaya syiar yang dilakukan ke luar tersebut dapat menyentuh pihak di luar untuk tertarik masuk ke dalam islam," pungkasnya.
Turut hadir dalam acara itu, keuchik dan perangkat gampong Blangkreung, pihak polsek, anggota DPR Aceh Ghufran Zainal Abidin dan sejumlah tokoh masyarakat serta ribuan masyarakat.(rls)
Editor | : | Muslikhin Effendy |
Kategori | : | Umum, Pemerintahan, Politik, Aceh |