Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
14 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
2
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
15 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
3
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
11 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
4
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
13 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
5
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
12 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
11 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  GoNews Group

WNI di Australia Masih Antre untuk Nyoblos Hingga Malam Hari

WNI di Australia Masih Antre untuk Nyoblos Hingga Malam Hari
Minggu, 14 April 2019 00:56 WIB
JAKARTA - Antusias warga Indonesia di Melbourne, Australia untuk bisa mencoblos di Pemilu 2019 sangat tinggi, bahkan hingga malam hari antrian masih panjang di depan kantor KJRI Melbourne.

Kebanyakan pemilih yang datang ke KJRI Melbourne adalah baru pertama kali mencoblos dalam hidupnya. Ribuan diantaranya tidak terdaftar, tetapi tetap datang sebagai pemilih khusus.

Mereka mengatakan korupsi, perlindungan terhadap minoritas, serta pemerintahan yang efektif adalah masalah utama. Menurut jadwal sebelumnya, pencoblosan akan ditutup pukul 7 malam waktu setempat, hari Sabtu (13/04).

Satu jam terakhir sebelum penutupan dikhususkan bagi warga Indonesia yang masuk dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK).

Yang termasuk dalam DPK adalah pemilih yang tidak terdata di luar negeri, tetapi tetap memiliki hak memilih dan cukup membawa paspor.

Salah satu warga Indonesia asal Aceh, Frilla Geubrina mengatakan kepada ABC bahwa ia baru saja selesai mencoblos sekitar pukul 07:30 malam.

"Tadi jam 6 sore semua yang DPK disuruh masuk dan antrian masih panjang hingga ke ujung jalan [Kantor KJRI]," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Ia menjelaskan karena membludaknya warga yang datang, antrian sempat tidak terkontrol dan terjadi dorong-dorongan.

Tetapi kemudian situasi masih terkendali dan proses pencoblosan masih bisa dilakukan semestinya, seperti pengecekan jari tangan sebelum mencoblos dan pemilih memastikan kartu suara belum dicoblos.

Di Melbourne, pemilih tetap mencapai lebih dari 13.000 orang dan Panita Pemilihan Luar Negeri (PPLN) belum memastikan berapa jumlah pemilih yang datang.

Antrian panjang sudah terlihat di sekitar kantor KJRI Mebourne sejak pagi hari dengan panjang mencapai ratusan meter dan sempat membuat kemacetan.

Kebanyakan pemilih di Melbourne adalah mahasiswa dan beberapa diantaranya bahkan mengaku baru pertama kali mencoblos dalam hidupnya.

Salah satunya adalah Albert Witanto, mahasiswa di Melbourne yang mengaku persaingan pemilu kali ini terasa begitu ketat dan bahkan menyamakan dengan pemilu Amerika Serikat saat Donald Trump dan Hillary Clinton bersaing.

Albert baru pertama kali memilih dan ia merasa sedikit cemas menunggu hasil pemilu yang baru akan diumumkan bersamaan dengan pemilu di Indonesia.

"Saya berharap Indonesia akan terus berkembang dan lebih maju dan menciptakan pemerintahan yang efektif," ujarnya kepada ABC Indonesia.

Siauw Exel Prasadhana Setiawan yang juga mahasiswa, pada awalnya mengaku sempat tidak akan ikut mencoblos pada pemilu kali ini karena melihat kekurangan dari kedua kandidat presiden.

Exel menginginkan seorang pemimpin yang dapat berani menutaskan korupsi, masalah lingkungan, serta meningkatkan perlindungan bagi warga minoritas di Indonesia.

Karenanya ia mengaku mencoblos adalah salah satu bentuk kekuasaan yang dimilikinya sebagai warga untuk melakukan perubahan.

Melihat antrian yang panjang, Anggraini Prawira merasa bersyukur karena ia sudah melakukan pendaftaran online untuk memilih sehingga tidak perlu lama mengantri.

Ia mengaku sangat terkejut dengan minat memilih di Pemilu 2019 kali ini apalagi dibandingkan dengan Pemilu 2014.

"Semua orang sangat antusias untuk datang dan kita ingin mencoblos, kita ingin yang terbaik untuk Indonesia," ujarnya.

"Meskipun kita tinggal di Australia, kita masih peduli dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini."

Pemilu 2019 telah menciptakan banyak perdebatan soal pilihan politik, khususnya di jejaring sosial seperti Facebook dan Whatsapp group yang juga telah memicu perpecahan dalam keluarga dan pertemanan.

Tapi Anggraini berharap Pemilu 2019 bisa tetap berjalan lancar dan damai dan hasilnya bisa diterima dan dihormati oleh seluruh warga Indonesia, siapa pun pemenangnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:DETIK.COM
Kategori:DKI Jakarta, Politik, Pemerintahan, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/