Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
17 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
18 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
17 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
18 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
19 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
17 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Mahfud Sidik: Fahri Bukan Saja Kontroversi, Tapi Mirip Panglima Perang

Mahfud Sidik: Fahri Bukan Saja Kontroversi, Tapi Mirip Panglima Perang
Bedah buku Fahri Hamzah bersama Rocky Gerung di Gedung Nusantara. (GoNews.co/Muslikhin)
Kamis, 29 Agustus 2019 17:44 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Sosok Fahri Hamzah dimata teman seperjuangannya tidak hanya dikenal sebagai tokoh kontroversial saja. Lebih dari itu, Wakil Ketua DPR Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu dianggap sebagai Panglima Perang.

Begitu penilaian politisi PKS, Mahfudz Siddik pada acara Diskusi dan Peluncuran buku bertema "Gelora Kata-Kata" karya Fahri Hamzah di Ruang Abdul Muis Gedung Nusantara di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (29/8/2019). Pembicara lainnya pengamat politik Rocky Gerung.

Mahfudz Siddik diawal pembicaraan memuji langkah Fahri Hamzah yang kerap menuangkan segala idenya ke dalam buku. Sepengetahuannya, begitu akan direposisi dari Komisi III DPR ke Komisi VI DPR, Fahri membuat buku, begitu juga sebelum direposisi dari Komisi VI menjadi Wakil Ketua DPR, hal yang sama juga dilakukannya.

"Bahkan sebelum berakhir masa jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah pun membuat buku Gelora Kata-Kata," sebut mantan Ketua Komisi I DPR RI itu.

Meskipun buku itu hanya cuitannya di twitter, namun bagi Mahfudz, setiap buku yang dibuat sahabatnya itu bukan buku sembarangan.

"Sebab yang membuat buku juga bukan orang sembarangan. Fahri Hamzah yang saya kenal adalah tipe orang yang serius dan memiliki ide brilian yang dituangkan dalam buku," kata Mahfudz.

Tak sungkan, Mahfudz pada kesempatan itu mengakui kalau dirinya tidak bisa menyaingi kemampuan 'urat syaraf' Fahri Hamzah, terutama dalam menuangkan ide dan gagasannya ke media sosial, utamanya twitter.

"Harus saya akui kalau urat syaraf saya kalah dengan Fahri Hamzah dalam menggunakan media sosial sekelas twitter," ucap mantan Ketua F-PKS DPR RI itu lagi.

Ide dan kritik Fahri, menurut Mahfudz begitu dahsyat dan mendapat respon yang luar biasa, hingga followersnya mencapai 1,2 juta.

"Sedangkan followers twitter saya jumlahnya setengah ribuan saja," aku Mahfudz seraya memberikan pencerahan kepada undangan yang memadati ruang Abdul Moeis itu, tentang siapa sesungguhnya Fahri Hamzah.

Lepas dari ide brilian yang dimilikinya, Fahri adalah sosok kontroversial terutama di dunia politik. Kontroversial dari sosok yang dikenal dekat dengan pekerja media, terutama yang meliput di DPR.

"Tidak saja didongkrak dari ide briliannya, tapi juga dari gaya bicaranya yang blak-blakan, terutama ketika berbicara soal nasib rakyat, katanya.

Bagi Mahfudz sikap Fahri yang sangat vokal membela nasib rakyat sesunggguhnya tidak bisa dilepaskan siapa sosok yang membentuk karakter Fahri. Bahkan jika dikaitkan dengan kultur politik, ia menjelaskan kalau sahabatnya itu bukan orang Jawa, tapi asli Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Nama Hamzah adalah nama ayahnya. Oleh masyarakat NTB, sosok Hamzah identik dengan Panglima Perang. Jangan kan orang, setan saja takut," seloroh Mahfudz yang disambut tawa paserta diskusi.

Selain itu kevokalan Fahri terkait nasib rakyat, juga tidak bisa dilepaskan dari daerah asalnya yakni NTB. Menurut catatan Mahfudz, daerah asal Fahri adalah provinsi termiskin dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.

Mahfudz juga mengakui kalau karakter Fahri Hamzah yang konsisten memperjuangkan nasib rakyat tidak bisa dilepaskan dari dua tokoh yang menjadi gurunya yang berasal dari Sulawesi dan Jawa.

"Gurunya dari Sulawesi adalah Anismata (mantan Presiden PKS), dan yang dari Jawa, Adi Sasono. Kedua tokoh ini mempengaruhi pola pikir Fahri Hamzah dalam melihat persoalan rakyat," tutup Mahfudz.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/