Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
Umum
24 jam yang lalu
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
2
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa
Umum
24 jam yang lalu
Rihanna Sebut Album Barunya Istimewa
3
Meski Terjal, Peluang Persis Ke 4 Besar Masih Terbuka
Olahraga
4 jam yang lalu
Meski Terjal, Peluang Persis Ke 4 Besar Masih Terbuka
4
Barito Putera Merasa Beruntung Menjelang Akhir Musim
Olahraga
4 jam yang lalu
Barito Putera Merasa Beruntung Menjelang Akhir Musim
5
Tavares Ungkap Kiat Bangkitnya PSM Makassar
Olahraga
3 jam yang lalu
Tavares Ungkap Kiat Bangkitnya PSM Makassar
6
Ruben Onsu Akui Lama Tak Bertegur Sapa dengan Adiknya Jordi
Umum
3 jam yang lalu
Ruben Onsu Akui Lama Tak Bertegur Sapa dengan Adiknya Jordi
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Siaran Pers

'Para Tokoh bagai Kerbau Dicucuk Hidungnya oleh Oknum WP KPK'

Para Tokoh bagai Kerbau Dicucuk Hidungnya oleh Oknum WP KPK
Ketua IPW, Neta S Pane. (Foto: Dok. IPW)
Sabtu, 31 Agustus 2019 13:38 WIB
JAKARTA - Ind Police Watch (IPW), menyesalkan ulah sejumlah politisi dan tokoh senior yang mau dikibuli dan diprovokasi oknum WP KPK and the Gang untuk mendukung penyebaran fitnah, kabar bohong, dan mengkriminalisasi terhadap Pansel maupun 20 Capim KPK.

"Para tokoh dan politisi senior itu bagai kerbau dicucuk hidungnya digiring oleh oknum WP KPK and the Gang untuk ikut berdemonstrasi ke Gedung KPK, untuk menghujat Pansel dan 20 capim KPK," kata Ketua IPW, Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (31/08/2019).

Padahal, kata Neta, para tokoh dan politisi senior itu tidak pernah memegang ataupun melihat bukti akurat yang ikut mereka fitnahkan kepada Pansel dan 20 Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

IPW, kata Neta, sangat menyayangkan kapasitas para tokoh nasional tersebut, yang abai check-recheck dan gampang terprovokasi untuk ikut-ikutan menjadi penyebar fitnah. IPW, sebenarnya, mendukung penuh jika para tokoh itu memang punya data atau pernah melihat data yang ikut mereka fitnahkan.

"Para tokoh yang ikut berdemo itu harus mendorong KPK mau membuka data tentang; Siapa saja Capim KPK yang tidak patuh dalam pelaporan LHKPN? Siapa saja Capim yang diduga terlibat penerimaan gratifikasi? Siapa Capim yang diduga pernah menghambat kerja KPK? Dan siapa Capim yang diduga melakukan pelanggaran etik, kapan sidang etiknya dan apa hasil sidang etiknya?" kata Neta.

IPW berharap, para tokoh itu bersikap cerdas dan harus mampu mendesak oknum WP KPK untuk membuka data, kapan sidang etik itu berlangsung dan apa isi keputusannya.

"Jika data itu tidak ada, sama artinya para tokoh itu menjadi kambing congek yang dikadali oknum WP KPK and the Gang," kata Neta.

Jika hanya isu yang ditebar, kata Neta, "sama artinya para tokoh nasional itu hanya ikut-ikutan menyebar fitnah dan diperalat untuk mengkriminalisasi orang orang yang dimusuhi oleh oknum WP KPK and the Gang,".

Para tokoh yang diperalat oknum WP KPK and the Gang itu, dinilai mestinya menyadari bahwa saat ini sangat banyak kebusukan di KPK yang harus dibenahi. Antara lain, ungkap Neta, "KPK tidak WTP audit BPK-nya, adanya Novel Baswedan sebagai tersangka pembunuhan yang kebal hukum di KPK, adanya pimpinan yang selama ini tidak bisa menjaga soliditas KPK hingga terbelah menjadi "polisi India dan polisi Taliban", adanya penyidik yang sudah 12 tahun berkuasa di satu tempat di KPK, serta tidak transparannya audit barang-barang sitaan KPK selama ini,".

IPW berharap, para tokoh nasional tersebut eling dan waspada dalam menghadapi oknum WP KPK yang keblinger. Sebab, kata Neta, "bagaimanapun, hasil kerja keras pansel dalam melahirkan Capim KPK patut dihargai semua pihak,".

"Berbagai tuduhan, fitnah, dan kriminalisasi tanpa bukti yang diarahkan kepada pansel dan capim KPK harus dilawan, apalagi para penuduh punya agenda kepentingan sendiri," pungkas Neta.

Neta tak menyebut siapa oknum WP KPK dan Tokoh Nasional yang Ia maksud. Tapi sebelumnya, Jumat 10 Agustus 2019, ratusan orang berlabel 'Koalisi Masyarakat Sipil Darurat KPK', menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Merah Putih, Jakarta.

Salah satu orator menyebut, Capim KPK bermasalah itu barat kucing penuh kurap yang sibuk garuk-garuk diri sendiri sehingga tak sempat menangkap koruptor di hadapannya.

Di proses seleksi Capim KPK menuju 10 Capim terpilih ini, tensi penolakan memang kian tinggi. Suara-suara 'Cicak Vs Buaya 4' juga mulai terdengar.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:DKI Jakarta, Politik, Hukum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/