Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
14 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
13 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
14 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
15 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
13 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Saring sebelum Sharing

Rembuk Aparatur Tentang Literasi Informasi Digelar di Medan

Rembuk Aparatur Tentang Literasi Informasi Digelar di Medan
KETUA FKPT Sumut, Dr Zulkarnain Nasution MA (podium) membuka Kegiatan Rembuk Aparatur Tentang Literasi Informasi
Kamis, 05 September 2019 21:17 WIB
MEDAN-Rembuk aparatur kelurahan dan desa tentang literasi informasi bertemakan ‘Saring sebelum Sharing digelar di Kota Medan, Kamis (5/9/2019).

Kegiatan literasi yang berlangsung di Hotel Grand Kanaya, Jalan Darusalam Medan tersebut diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara (Sumut).

Rembuk aparatur kelurahan dan desa yang diikuti seratusan peserta dari aparatur kelurahan/desa, termasuk Bhabinsa, Bhabinkamtibmas serta jurnalis di Kota Medan sekitarnya yang dibuka oleh Ketua FKPT Sumut, Dr Zulkarnain Nasution MA dihadiri Kasat Binmas Polrestabes, AKBP Rudy Hartono SIK MM.

Sedangkan Setyo Pranowo SH MM, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT serta Drs Eddy Sofyan M. AP, Tokoh daerah Sumut dan Dr Devie Rahmawati M.Hum., CPR, Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi Univerisitas Indonesia (UI), tampil sebagai narasumber.

Dalam sambutan pembukanya, Ketua FKPT Sumut, dr Zulkarnain Nasution MA mengatakan bahwa kelurahan adalah basis penyebaran paham radikalisme, apakah itu melalui media cetak, media online, dan yang paling rawan adalah media sosial. “Semoga dengan adanya kegiatan ini kita bisa memperbanyak pengetahuan dan informasi bagaimana pencegahan dan pemetaan agar tidak tersebar berita hoaks, berita bohong dan berita yang tidak ada faktanya yang bisa memicu tindakan anarki di lingkungan tempat tinggal kita,” katanya.

Sementara itu, Kasat Binmas Polrestabes Medan dalam sambutannya mengatakan, pihaknya juga telah melalukan kegiatan penertiban anti radikalisme dan anti pancasila “Setiap bulan kami mengeluarkan maping untuk mengidentifikasi terpaparnya paham radikalisme dan terorisme di kota Medan. Mulai Januari 2019 sampai saat ini ditemukan tidak terjadinya penurunan paparan radikalisme, malahan meningkat,” katanya.

Pada kesempatan ini, Polrestabes Medan berharap semua dapat memahami ciri-ciri dan karakteristik gerakan radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat, agar dapat bekerja sama untuk mencegahnya.

Seorang ustaz, Kasat menjelaskan, pernah berdakwah, ceramah di lingkungan kepolisian, yang menyampaikan jenazah pelaku bom bali ketika dibongkar setelah 4 tahun jasadnya masih utuh. “Ini jelas hoaks yang dapat menyesatkan umat. Oleh karena itu kita mesti bisa membedakan mana informasi yang benar dan salah,” jelasnya.

Oleh karena itu, Polrestabes Medan mengimbau kepada Bhabinkamtibmas agar melakukan cara-cara bijak menghadapi media, jangan mudah percaya dengan berita yang disampaikan. “Penyebaran berita hoaks juga menyebabkan tumbuhkembangnya penyebaran paham radikal. Inilah yang harus kita cegah bersama-sama,” imbaunya.

Sementara itu, Ir Hamli, M.E, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Setyo Pranowo SH MM, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT mengatakan bahwa terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Disrupsi informasi menjadikan masyarakat yang tidak siap menjadi gagap kesulitan membedakan informasi yang benar dan salah. Karena itu, dibutuhkan kedewasaan pada diri kita untuk bijak dan membuka diri terhadap kemajuan teknologi dan informasi. Dan tak lelah untuk memverifikasi setiap informasi yang didapat,” katanya.

Menurutnya, proses pencegahan tidak bisa dilakukan oleh aparatur keamanan saja, apakah itu kepolisian, TNI, atau BNPT.

Dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat, karena radikalisme dapat menyasar siapa saja tanpa memandang pangkat, jabatan, dan status sosial. “Dalam konteks ini pelibatan aparatur kelurahan dan desa beserta Babinsa, Bhabinkantibmas di kota Medan menjadi sangat kental. Sebab, masyarakat kita masih sangat kental percaya apa yang dicontohkan oleh pemimpinnya. Oleh karena itu kami mendorong aparatur kelurahan dan desa untuk memahami apa dan bagaimana bahaya terorisme menjadi ancaman nyata. Kemudian mengetahui bagaimana melaksanakan pencegahannya dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut kepada masyarakat,” sebutnya.

Melalui kegiatan, ini, katanya, sekali lagi disampaikan bahwa masyarakat dari setiap elemen memiliki tugas dan peranan yang sama untuk bersama-sama mencegah terorisme.

Senada dengan itu, Drs Eddy Sofyan M. AP, Tokoh daerah Sumut menyampaikan materi terkait strategi komunikasi mencegah berita bohong dan ujaran kebencian yang merupakan cikal bakal munculnya paham radikalisme dan terorisme.

Pada kesempatan yang sama, Dr Devie Rahmawati dalam kesempatannya memaparkan tentang pentingnya public speaking untuk mempengaruhi pikiran orang supaya pesan-pesan penting dan tujuan dapat tersampaikan dengan baik. “Para teroris yang menebarkan paham radikal hanya mengandalkan komunikasi. Oleh karenanya, komunikasi menjadi penting agar kita tidak kalah dengan marketing ajaran paham radikal. Dalam komunikasi hal pertama yang harus dilakukan adalah kita mendengarkan,” katanya.

Lebih lanjut dipaparaknnya, para pedagang paham radikal tahu persis siapa calon pembelinya. “Anak-anak cenderung ingin jadi pahlawan agar dianggap keren. Kelompok teroris memanfaatkan itu. Mereka sengaja melakukan kejahatan dan kekerasan untuk dipublikasikan agar terlihat keren di mata anak-anak yang melihatnya. Hal itu memudahkan mereka menjual paham radikal untuk merekrut anak-anak tersebut menjadi pengikutnya,” papar Devie.

Pada kesempatan tersebut, Devie mencontohkan kesuksesan Adolf Hitler dalam mendoktin lewat komunikasi. “Kejahatan terbesar di muka bumi masih dipegang oleh Adolf Hitler. Senjatanya hanya dengan public speaking/pidato/ bicara di depan umum,” ujarnya seraya menambahkan orang-orang yang berada di puncak radikalisme adalah orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi.

Editor:Kamal
Kategori:Sumatera Utara, Peristiwa, Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/