'Jeritan Pilu Hati Ibu', Puisi Seorang Guru SLB di Pekanbaru yang Gelisah dengan Pekatnya Kabut Asap
Penulis: Nyimas Naima Azzahra
Kondisi asap yang semakin pekat setiap harinya ini, membuat Walikota Pekanbaru, Firdaus mengeluarkan instruksi untuk meliburkan sekolah selama dua hari, mulai 10-11 September 2019.
Hal inilah yang melatarbelakangi seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pembina Pekanbaru bernama Dewi Anggraini, untuk mencurahkan kegelisahannya akan bencana kabut asap di Provinsi Riau melalui sebuah puisi.
Puisi yang berjumlah tujuh paragraf ini, ditulisnya sebagai bentuk kekecewaan dan keprihatinannya akan bencana kabut asap.
"Saya tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa berdoa dan melepas resah dan sesak di dada melalui puisi ini," kata Dewi kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Selasa (10/9/2019).
"Puisi ini sebagai bentuk kegelisahan saya, sebagai seorang ibu bagi anak-anak saya, dan seorang guru bagi anak-anak istimewa di SLB ini. Gelisah dengan keadaan lingkungan yang sudah tidak sehat," sambungnya.
SLB Negeri Pembina sendiri, lanjutnya, juga sudah mulai diliburkan, mengikuti instruksi dari Walikota Pekanbaru, Firdaus. "Kemarin anak-anak cepat dipulangkan. Hari ini dan besok insyaallah diliburkan," katanya.
Dewi juga berharap, agar pemerintah bisa menindak tegas pelaku-pelaku pembakar lahan yang menyebabkan kabut asap ini.
"Ini bukan hanya terjadi di tahun ini, rasanya setiap tahun ada saja pembakaran yang terjadi. Dan ini yang terparah sejak 2015, karena itu besar harapan saya agar pemerintah bisa bertindak tegas," keluhnya.
Berikut adalah puisi berjudul Jeritan Pilu Hati Ibu karya Dewi Anggraini.
Jerebu membuat kelu
Melukai hati semua ibu
Eksplorasi anak tak berlaku
Jendela kaku, pintu dipaku
Oh anakku, maafkan ibumu
Bukan kehendak ibu membuatmu jemu
Jerebu membatasimu menuntut ilmu
Enyahkan asap ibu tak mampu Jerebu
Perlahan dan diam-diam
Hutan dibakar kota pun mencekam
Asap merajalela paru kita dihantam
Alam menjerit jantung dihujam
Entah apa yang ada dalam pikiran mereka
Sandiwara apa lagi yang akan ditampilkan sang penguasa
Jerit tangis orangtua tampak sia-sia
Tidakkah mereka takut akan api neraka
Lambat laun, jerat israil mendekat
Kotoran hitam kuat melekat Menggerogoti paru-paru, mengikat racun dengan erat
Sampai kapan kita terikat?
Pagi ini ibu pandangi cakrawala
Burat senyumnya tak lagi sama
Kicau burungpun tak berirama
Kemana perginya dirimu wahai cahaya
Duhai Allah penguasa alam
Keluatkan kami dari asap yang hitam kelam
Selamatkan anak cucu kami dari bahaya yang mencekam
Sesungguhnya engkau yang dapat membuat api-api padam
Dan hanya Engkau yang dapat singkirkan orang-orang yang kejam
Semoga jerebu segera berlalu.***
Kategori | : | Pemerintahan, Riau, Pendidikan, Lingkungan, Umum, GoNews Group |