Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
23 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
21 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
3
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
23 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
4
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
23 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
23 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
20 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Diskusi soal Corona, Syaifullah Tamliha Singgung Perang yang Lebih Canggih

Diskusi soal Corona, Syaifullah Tamliha Singgung Perang yang Lebih Canggih
Dok. KWP
Kamis, 06 Februari 2020 16:35 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI, Syaifullah Tamliha mengungkapkan, persoalan corona virus dan pemulangan WNI Eks simpatisan ISIS menjadi dua isu yang berkembang di komisinya.

Hal itu disampaikan Syaifullah dalam diskusi "Efek Domino Virus Corona" di Media Center DPR RI, Kamis (6/2/2020).

"Oleh karena itu kita memberikan pengertian dan pemahaman tentang pertahanan itu tidak semata-mata bahwa pertahanan itu adalah perang terbuka tetapi juga bisa perang yang lebih canggih," kata Syaifullah.

Menurut Syaifullah, adanya pernyataan dari intelijen Israel, Mossad, bahwa seolah-olah ada indikasi China memproduksi senjata biologis yang kemudian bocor dan mewabah di Wuhan, menjadikan persoalan Corona "menarik," dari perspektif Komisi I selaku yang membidangi pertahanan negara.

Belum diungkap bagaimana kajian sementara Komisi I terkait dugaan itu. Syaifullah lanjut menyinggung soal kepulauan-kepulauan Indonesia yang belum difungsikan optimal, termasuk dalam penanganan Corona.

Sebenarnya, kata Syaifullah, "Indonesia itu kan memiliki banyak pulau, tapi kita tidak bisa mengelola pulau-pulau itu untuk 'karantina' (atau Observasi jika khusus terkait Corona, Red),".

Misalnya, lanjut dia, "kita itu ingin membeli sapi dari India, sapi itu kita larang masuk ke Indonesia karena sapi India terindikasi penyakit kumu (kuku dan mulut).

"Nah, kenapa tidak ada pulau tersendiri yang khusus untuk mengkarantina sapi-sapi itu, supaya bisa kita mendapatkan harga daging yang lebih murah dan kompetitif dibandingkan dengan sapi yang berasal dari Australia, Brazil atau Amerika," ujarnya.

Dengan begitu-jika pulau yang ada sudah dikelola dengan baik dan dibuatkan pulau khusus untuk karantina atau Observasi, menurut Syaifullah, WNI dari Wuhan bisa untuk ditangani di pulau khusus, bukan DI Natuna.

"Tidak Perlu lah ditaruh di Natuna itu. Masih banyak pulau kok! Tapi kita tidak menyiapkan pulau-pulau itu untuk dikelola. Tapi begitu, pulau-pulau kita diganggu, baru kita ribut," tandas Syaifullah.

Seperti diketahui, ratusan WNI dari pusat penyebaran Corona di Wuhan, China, tengah diobservasi di Natuna. Pemerintah menjamin bahwa ratusan WNI tersebut dalam kondisi sehat. Penanganan sementara di Natuna hanya merupakan standar yang ditetapkan dunia.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/