Emak-emak Dominasi Unjuk Rasa Buruh Tolak Omnibus Law di Bandung
Salah seorang peserta unjuk rasa, Etin Suprapti (39) mengatakan, ia datang berjalan kaki bersama 2.000 karyawan dari kawasan industri di Soekarno Hatta Kota, Kelurahan Cibuntu, Bandung. Sambil menenteng payung terbuka, mereka berjalan sekitar enam kilometer dari titik kumpul menuju Balai Kota Bandung.
Lewat berjalan kaki dengan jumlah masif, Etin berharap aspirasi buruh bisa lebih didengarkan untuk mempertahankan hak dan kesejahteraannya. "Kami yang sudah tidak lagi dipedulikan oleh pemerintah dan legislatif sebagai perwakilan rakyat, dengan menyetujui dan mengesahkan Undang-undang Omnibus Law ini yang jelas-jelas tidak berpihak bagi kaum buruh," ujar Etin.
Ratusan hingga ribuan buruh ini kemudian duduk di tengah Jalan Wastukencana, tepatnya di depan pintu gerbang masuk utama Balai Kota. Setelah itu, mereka kompak membuka payung mereka sambil mengikuti aba-aba dari atas mobil komando.
"Jadi maksud kami membawa payung ini, menjadi simbol perlindungan hukum dan perlawanan dari matinya hati nurani pemerintah, selain juga payung ini untuk melindungi batasan jarak diantara kami dan juga panas matahari," ucapnya.
Ia berharap, aksi yang dilakukan oleh ribuan buruh hari ini bisa didengar oleh pemerintah pusat sehingga muncul Perpu untuk mencabut UU Cipta Kerja. "Harapan kami hanya satu, segera cabut UU Omnibus Law," kata Etin.
Emak-emak ini duduk menyemut. Suara dari balik mobil komando pun tak henti-henti mengingatkan mereka untuk tetap memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan.***
Editor | : | Muslikhin Effendy |
Sumber | : | detik.com |
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Politik, Banten, Jawa Barat |