Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
12 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
12 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
3
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
13 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
4
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
11 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
11 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  DPR RI

Anis Sebut ada Diagnosis Keliru di Ciptaker

Anis Sebut ada Diagnosis Keliru di Ciptaker
Foto: Ist.
Minggu, 18 Oktober 2020 16:20 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati menilai, ada kekeliruan dalam memandang tantangan ekonomi bangsa jika solusi yang digunakan adalah membuat Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).

Sementara pemerintah mengganggap RUU Omnibus Law Cipta Kerja diperlukan untuk menstimulus perekonomian nasional yang melambat akibat krisis sebagai dampak Pandemi Covid-19, menurut Anis, perlambatan ekonomi saat ini tidak bisa diselesaikan dengan hanya regulasi. Pasalnya, permasalahan ekonomi Indonesia terletak kepada hal yang lebih mendasar (fundamental).

"Di antara permasalahan ekonomi Indonesia yang mendasar adalah produktivitas tenaga kerja kita yang masih rendah. Menurut laporan Indeks Kompetisi Global yang dirilis di World Economic Forum (WEF) pada tahun lalu, kemampuan pekerja Indonesia berada di peringkat ke 65 dari 141 negara dengan skor 64,” terang Anis.

Kata Anis, perimgkat tersebut memunjukkan bahwa Indonesia kalah dari negara tetangga seperti Malaysia yang berada di peringkat ke 30 dengan skor 72.5, "walaupun kita masih unggul dari Thailand dan Vietnam yang berada di peringkat 73 dan 93,".

"Sementara RUU Cipta Kerja hanya fokus untuk menghasilkan lapangan kerja baru, bukan untuk meningkatkan produktivitas pekerja," tandas Anis.

Berdasarkan data ini, Anis menilai RUU Cipta Kerja tidak menjawab permasalahan.

Selanjutnya, tambah Anis, Omnibuslaw Ciptaker hanya menyentuh problem ekonomi struktural negara dengan fokus utama untuk mempermudah investasi, dan melonggarkan regulasi ketenagakerjaan bukan ke arah ekonomi fundamental (mendasar).

Jika pemerintah gagal mengatasi permasalahan fundamental ini, menurut Anis ekonomi Indonesia tidak akan bangkit dari stagnasi.

Anis melanjutkan, Omnibuslaw Ciptaker yang dimaksudkan untuk mempermudah investasi, tapi meletakkan prioritas pada isu ketenagakerjaan, "adalah diagnosis yang keliru,".***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:DKI Jakarta, GoNews Group, DPR RI, Nasional, Politik, Ekonomi
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/