Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
19 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
20 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
20 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
21 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
19 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Gunung Kidul Punya Peran Besar dalam Kemerdekaan Indonesia

Gunung Kidul Punya Peran Besar dalam Kemerdekaan Indonesia
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid saat hadir secara virtual di Sosialisasai Empat Pilar MPR. (Foto: Istimewa)
Minggu, 06 Desember 2020 13:41 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
YOGYAKARTA - Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan peran Gunung Kidul dalam kesepakatan Indonesia merdeka, dasar negara, dan ideologi Pancasila. Ini tak lain karena salah satu putra Gunung Kidul, KH. Abdul Kahar Muzakir menjadi anggota BPUPKI sekaligus Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta.

Ia menjelaskan pada tahun 1929 Abdul Kahar Muzakir belajar di Mesir. Di sana dia juga menjadi wartawan dan banyak menulis tentang perjuangan Indonesia sehingga wajar pada 1945, pengakuan Indonesia merdeka datang dari negara-negara Timur Tengah.

"Seperti, Palestina, Mesir dan Arab Saudi. Karena mereka sudah lebih dulu mengenal Indonesia dari tulisan-tulisan Abdul Kahar Muzakir," ujar HNW dalam keterangannya, Minggu (6/12/2020).

Pernyataan ini disampaikan HNW saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR pada acara Temu Tokoh Nasional/Kebangsaan, kerja sama MPr dengna Yayasan Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya Umat (YP2SU) secara daring yang berlangsung di Rumah Makan Padmi (45), Jalan Ngawis-Munggur, Gondang, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta.

HNW menjelaskan setelah pulang dari Mesir, Abdul Kahar Muzakir bergabung dengan pergerakan kemerdekaan Indonesia, menjadi anggota BPUPKI dan terlibat dalam diskusi sola bentuk negara setelah merdeka. Ia menjadi salah satu figur yang mengusulkan Islam sebagai dasar negara dengan alasan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Abdul Kahar Muzakir juga dipilih Bung Karno menjadi Panitia Sembilan.

"Bersama Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Muzakir menerima dan menterjemahkan sila pertama Pancasila versi 18 Agustus, Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna akidah atau tauhid. Sehingga selamatlah Indonesia merdeka dari ancaman perpecahan. Karena saat itu ada ketegangan, akibat keberatan utusan Indonesia Timur terhadap tujuh kata pada sila pertama piagam Jakarta," katanya menambahkan.

Abdul Kahar Muzakir menjadi salah satu orang yang mempermanenkan pengakuan Indonesia merdeka berkat rahmat Allah SWT. Itu dilakukan dalam Pembukaan UUD 1945 yang tidak bisa diubah oleh siapapun. HNW mengungkapkan hal tersebut membuktikan Abdul Kahar Muzakir konsisten membawa persoalan tauhid sesuai sila pertama Pancasila ke dalam pembukaan sekaligus menegaskan kemerdekaan Indonesia bukan pemberian Jepang atau Belanda.

"Mengetahui jasa Prof. Dr. KH. Abdul Kahar Muzakir mestinya masyarakat dan pemkab Gunung Kidul merasa bangga. Nama serta jasa beliau perlu dikenang, dan harus diabadikan menjadi nama jalan, masjid atau mungkin rumah sakit. Apalagi, pada 2018 beliau resmi diakui dan diberi gelar Pahlawan Nasional," jelasnya.

HNW juga mengatakan Abdul Kahar Muzakir juga berjasa mendirikan Sekolah Tinggi Islam yang menjadi cikal bakal UII. Pendirian sekolah ini didasari pemikiran umat Islam harus menjadi umat yang maju karena mereka akan ikut memimpin Indonesia.

Ia juga mengingatkan Pemerintah untuk segera menganulir calling visa bagi Israel ke Indonesia karena hal tersebut bertentangan dengan alinea pertama pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Ia menyebut Pemerintah harus meniru sikap Bung Karno yang menolak keikutsertaan Israel pada Konferensi Asia Afrika dan lebih memilih mengundang Imam Masjid Al Aqsa, Al Amin Al Husaini.

"Saat ini Israel jelas-jelas menjajah bangsa Palestina, dan itu bertentangan dengan Pembukaan UUD NRI 1945. Tidak ada cara lain untuk menjaga Marwah pembukaan UUD, kecuali Calling Visa Israel ke Indonesia, itu harus dicabut," pungkasnya.

Sebagai informasi, ikut hadir pada acara tersebut anggota MPR RI FPKS yang juga bertindak sebagai pembicara pendamping Dr. H. Sukamta. Anggota DPRD Prov. DIY Ir. Imam Taufiq. Juga anggota FPKS DPRD Kabupaten Gunung Kidul, yaitu Ari Siswanto, Arif Wibowo, Wahyu Suharjo dan Hudi Sutamto. Juga Ketua YP2SU Nurcahyo Nugroho.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/