Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
8 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
2
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
8 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
5 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
3 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
4 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
3 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Komisi IV DPR: Kenapa Mesti Impor, Beli Saja Beras dari Petani!

Komisi IV DPR: Kenapa Mesti Impor, Beli Saja Beras dari Petani!
Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan. (foto: Istimewa)
Rabu, 17 Maret 2021 14:33 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI, dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Daniel Johan, mengaku tidak habis pikir dengan rencana pemerintah yang ingin mengimpor beras disaat petani dalam negeri akan segera panen raya.

Bahkan menurut politisi asal Kalimantan Barat itu, jika alasan untuk stok atau cadangan beras, pemerintah tinggal beli beras dari petani sebanyak-banyak dengan harga yang lebih baik.

"Saya tidak habis pikir, petani sampai bulan april ini akan panen raya, kok malah mau impor, apa tidak kasihan dengan nasib petani," ujar Daniel Johan saat dihubungi GoNews.co, Rabu (17/3/2021) di Jakarta.

Lebih lanjut Daniel Johan berpendapat, rencana pemerintah melakukan impor 1 juta ton beras disaat petani akan panen raya adalah kebijakan yang tidak tepat. "Sekali lagi, ini tidak tepat. Jika alasan untuk stok atau cadangan beras, pemerintah kan bisa tinggal beli beras dari petani sebanyak-banyak dengan harga yang baik, lalu buat apa program food estate kalau ujung-ujungnya impor beras dari negara lain," sesalnya.

Padahal kata Dia, tujuan awal food estate adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan secara nasional. Pemewrintah lanjutnya, harus menununjukan hasil dari food estate yang sudah berjalan. "Kasihan petani jadi babak belur terus, karena disuruh produksi sebanyak-banyaknya namun pada akhirnya harga gabah anjlok gara-gara kebijakan impor," tegasnya.

"Jika selalu mengandalakan impor, kapan kita mau mewujudkan kemandirian apalagi kedaulatan di bidang pangan," tanya Johan.

Untuk itu, Ia berharap, Pemerinntah segera mengurungkan niatnya untuk melakukan impor. "Solusi CBP yang tepat adalah serap gabah petani sebanyak-banyaknya, karena luas lahan sebagaimana yang disebutkan BPS 2021, potensi peningkatan produksi padi
kita sebesar 4,86 juta hektar atau naik sebesar 26,56 persen dari tahun sebelumnya," tandasnya.

"Jadi tolong, beri kesempatan petani untuk menikmati hasil panen padi dengan harga yang pantas, jangan dibuat rugi dengan adanya rencana impor tersebut," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi meyakini, kebijakan impor beras 1 juta ton di 2021 tidak bakal menghancurkan harga gabah di tingkat petani. Menurut dia, langkah ini dilakukan untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga. "(Impor) ini bagian dari strategi memastikan harga stabil. Percayalah tidak ada niat pemerintah untuk hancurkan harga petani, terutama saat sedang panen raya," ujar Lutfi dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Lutfi mengakui, berdasarkan data BPS, produksi beras nasional alami kenaikan tipis 0,07 persen menjadi mencapai 31,63 juta di 2020. Kenaikan produksi pun diperkirakan berlanjut di 2021.

Potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan produksi pada periode sama pada 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.

Kendati demikian, kata Lutfi, angka produksi tahun ini masih bersifat ramalan. Artinya, masih ada kemungkinan mengalami kenaikan atau bahkan penurunan, terlebih mengingat kondisi curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah Indonesia akhir-akhir ini.

Sementara itu, Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Budi Waseso mengaku tak mengusulkan impor beras pada tahun ini. Langkah impor beras ini muncul setelah pihaknya menerima perintah mendadak dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto. "Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag, kami akhirnya dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor," beber Buwas, sapaan akrabnya, Rabu (17/3/2021).

Menurut dia, kala itu, rapat koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebelumnya tak pernah membahas impor beras. Rapat itu hanya membahas stok pangan dalam negeri dan ancaman gangguan cuaca yang dapat mengganggu stok beras.

Buwas juga mengatakan, isu mengenai keputusan pemerintah untuk impor beras sebanyak 1 juta ton mulai memberi tekanan terhadap harga gabah petani. Sebab, hal itu diketahui saat memasuki masa panen raya pertama tahun ini yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021.

"Ini ada panen, berarti ada benturan produksi dalam negeri dengan impor. Ini baru diumumkan saja sekarang dampaknya di lapangan harga di petani sudah drop," ujar dia.

Mantan Kabareskrim dan Kepala BNN itu menyebutkan, impor beras bakal jadi beban buat Perum Bulog. Ini karena Bulog juga masih menyimpan stok beras sisa impor lalu, bahkan kini kualitasnya semakin mengkawatirkan karena lama menumpuk di gudang.

Ia mengatakan, pihaknya siap untuk menampung beras hingga 3,6 juta ton sesuai kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia. Namun, ia meminta agar ada pangsa pasar untuk menyalurkan beras yang diserap. "Kalau kami membeli sebanyak apa pun kami siap, asalkan hilirnya dipakai," kata Buwas.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/