PKS: Target 10 Juta Barel Minyak per Hari Kurang Realistis
Target 1 juta barel minyak per hari tahun 2030 itu dinilai kurang realistis mengingat setiap tahunnya defisit minyak Indonesia kian meningkat. Menurut Mardani, langkah-langkah strategis dan terukur harus dipaparkan secara rinci oleh pemangku kebijakan sehingga para pelaku industri hulu migas dapat memahami dan menerapkannya.
"Indonesia mengalami defisit minyak sejak tahun 2004. Defisit ini terus meningkat hingga saat ini yang menyebabkan beban impor minyak terus meningkat," ujarnya dikutip GoNEWS.co.
Selain itu, tantangan lain yang harus dihadapi industri hulu migas di Indonesia adalah bagaimana menggairahkan kembali iklim investasi untuk eksplorasi. Diketahui, sepanjang tahun 2020 kemarin, realisasi investasi hulu migas hanya mencapai 10,21 miliar dolar AS dari target sebesar 12,10 miliar dolar AS. Hal ini menurut Mardani, menjadi salah satu faktor yang menandakan target pemerintah kurang realistis karena masih banyak yang harus dibenahi di industri hulu migas.
"Dalam 15 tahun terakhir aktivitas eksplorasi cukup minim terjadi di Indonesia. Padahal, negara lain yang cadangan migasnya di bawah Indonesia sudah banyak berbenah untuk menghadirkan investasi hulu migas," tuturnya.
Oleh karena itu, rancangan strategis oleh SKK Migas perlu di kaji dengan seksama karena memiliki tantangan tersendiri dalam penerapannya. Hal tersebut disampaikan dalam rangka menyambut acara 'PKS Energy Talk II' yang diselenggarakan oleh DPP PKS, Selasa 21 September mendatang. Acara ini bertujuan untuk mendiskusikan rasionalisasi strategi pemerintah dalam meraih target produksi minyak nasional di tahun 2030. Mardani menambahkan, isu lingkungan juga harus diperhatikan pada era transisi energi ini.
"Tantangan lainnya yaitu isu global terhadap pengurangan emisi karbon, dan ini menjadi tekanan tersendiri bagi industry hulu migas. Terobosan dan strategi difersifikasi bisnis energi harus dilaksanakan oleh industri migas," imbuhnya.
Sebagai penutup, Mardani juga mengingatkan beberapa hal penting dalam pelaksanaan strategi yang dirancang SKK Migas, salah satunya adalah waktu yang tersisa untuk mencapai target tersebut.
"Waktu yang tersisa sampai 2030 itu cukup pendek, apalagi untuk skala Migas yang mana rata-rata waktu diperlukan dari kegiatan explorasi sampai dengan produksi komersial saja mencapai 7 – 15 tahun, dan itupun jika berhasil," tutupnya.***
Editor | : | Muhammad Dzulfiqar |
Kategori | : | Ekonomi, Nasional, DKI Jakarta |