Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
16 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
13 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
13 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
5
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
6
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
14 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Home  /  Berita  /  DPR RI

Mitigasi Inflasi, Anggota DPR Desak Percepatan Realisasi Anggaran PC-PEN

Mitigasi Inflasi, Anggota DPR Desak Percepatan Realisasi Anggaran PC-PEN
Ilustrasi inflasi. (gambar: ist./panaynewsnet)
Senin, 08 Agustus 2022 12:27 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan dalam keterangannya yang dibaca, Senin (8/8/2022) menyatakan, dirinya mendesak pemerintah untuk mempercepat realisasi anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).

Menurut Heri, realisasi anggaran PC-PEN harus diprioritaskan terutama untuk menjamin pasokan bahan pangan yang mencukupi, murah dan mudah diakses. Lalu, menopang daya beli masyarakat berpenghasilan rendah melalui distribusi Bansos secara tepat dan cepat.

Baca Juga: DPR: APBN 2023 Harus Antisipasi Dampak Ketegangan Beijing-Taipei 

Baca Juga: Wujudkan Parlemen Modern, DPR Kuatkan Kolaborasi dengan Wartawan 

"Realisasi anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang hingga 22 Juli 2022 baru mencapai Rp146,7 triliun atau 32,2 persen dari pagu yang dialokasikan yakni Rp455,6 triliun," kata Heri sebagaimana dikutip GoNEWS.co dari siaran parlemen.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis tingkat inflasi pada Juli 2022 mencapai 0,64 persen (mom) dan 4,94 persen (yoy). Tingkat inflasi secara tahunan merupakan inflasi tertinggi sejak Oktober 2015 yang mencapai 6,25 persen. Karena itu, Heri mendorong pemerintah dan Bank Indonesia agar memperkuat koordinasi untuk mengatasi merambatnya inflasi.

Baca Juga: Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Masih Diatas Inflasi 

Baca Juga: Jaga Inflasi, Pemerintah Rancang Subsidi Energi Lebih Tepat Sasaran 

Bauran antara kebijakan fiskal dan moneter yang tepat diyakini akan mampu mempertahankan tingkat inflasi pada rentang yang moderat dan terukur. Idealnya, kata Heri, pada periode Semeter I-2022 realisasi PC-PEN sudah mencapai 50 persen, sehingga pada Semester II tidak menumpuk. Masih rendahnya realisasi PEN dikhawatirkan akan mengulang realisasi tahun lalu yang tidak optimal, yakni hanya 88,4 persen.

"Realisasi PC-PEN perlu lebih didorong agar terserap lebih optimal, terutama program perlindungan sosial karena akan dijadikan bantalan untuk menopang daya beli masyarakat yang berpenghasilan rendah," tegas politisi Partai Gerindra tersebut.

Baca Juga: DPR Minta Tim Pengendali Inflasi Kendalikan Harga Pangan 

Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Nasional On The Track, Praktisi Ekonomi: Tetap Waspadai Inflasi 

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI ini juga mengingatkan, sejatinya tingkat inflasi yang hampir menyentuh angka 5 persen sudah melebihi target yang ditetapkan dalam APBN 2022 yaitu pada rentang 2 persen hingga 4 persen. Namun, menurutnya, Bank Indonesia perlu mengkaji lebih mendalam bila ingin menaikkan suku bunga. Hal tersebut mengingat tingkat inflasi Indonesia yang masih lebih rendah dibanding negara-negara maju yang sudah menaikkan suku bunganya.

"Misalnya, Amerika Serikat tingkat inflasinya sudah mencapai 9,1 persen pada Juni 2022. Maka, suku bunga The Fed dinaikkan dari 0,25 persen menjadi 2,25 persen hingga 2,50 persen. Lalu, Inggris tingkat inflasinya mencapai 9,4 persen, maka suku bunga Bank of England dinaikkan dari 0,1 persen menjadi 1,2 persen," paparnya.

Baca Juga: Ekonom: Indonesia Aman tapi Waspadai Laju Inflasi 

Baca Juga: Penyebab Inflasi di Riau Dipicu Melonjaknya Harga Cabai Merah hingga Tiket Pesawat 

Heri juga menegaskan, pertumbuhan ekonomi di Amerika dan Inggris juga sudah mencapai pada titik optimal pasca terpuruk saat Pandemi Covid-19. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal II-2020 yang terkontraksi hingga 9,10 persen (yoy). Lalu pada kuartal II-2021 melesat tumbuh positif hingga 13,40 persen (yoy).

"Lalu, pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal II-2020 terkontraksi hingga 21,10 persen (yoy). Namun, pada periode yang sama 2021 membalikkan keadaan menjadi tumbuh positif hingga 24,50 persen (yoy)," tegasnya.

Baca Juga: Mahfud Sebut Rp1,24 Triliun Anggaran Pemilu akan Dicairkan 

Baca Juga: Setahun ke Depan, HRS Dilarang Lakukan Pelanggaran 

Ia menyimpulkan, tingginya pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut mengerek naik tingkat inflasi dari sisi permintaan. Keadaan diperparah dengan terganggunya rantai pasok sehingga mengerek inflasi dari sisi penawaran.

"Berbeda dengan Indonesia yang pertumbuhan ekonomi tertinggi hanya tercapai pada level 7,16 persen pada kuartal II 2021. Sehingga bagi Indonesia masih perlu mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui suku bunga bank sentral yang rendah," tambah legislator daerah pemilihan Jawa Barat IV tersebut.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Ekonomi, Nasional, DPR RI, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/