Lolos dari Pandemi, Industri Dalam Negeri Hadapi Tantangan Baru
"Kenaikan harga BBM serta imbas dari konflik geopolitik dirasakan betul oleh dunia industri dan karenanya pemerintah bisa membantu mereka dengan cara memberikan stimulus, fasilitas maupun insentif, agar industri tetap berjalan. Bisa membuka lapangan kerja dan mendorong peningkatan investasi," kata Ahmad sebagaimana dikutip GoNEWS.co.
Baca Juga: Ekomon Optimis UU PDP Tumbuhkan Ekonomi Digital, Tapi Butuh Badan Pengawas Data
Baca Juga: Pemerintah: Ekonomi Indonesia Terus Tumbuh
Pertama, kata Ahmad, terkait kenaikan harga energi yang mengerek kenaikan harga transportasi. "BBM naik, inflasi tinggi, suku bunga acuan meningkat, artinya bunga kredit juga lebih tinggi, sehingga mengancam ekspansi; yang tadinya siap ekspansi menjadi tertunda."
Kenaikan harga transportasi dan juga sebagian bahan baku, kata Ahmad, juga makin memperberat ongkos produksi. Dikhawatirkan ada penyesuaian berupa pengurangan tenaga kerja.
Baca Juga: Terapkan PHK, Penjelasan Shopee Indonesia Singgung Ekonomi Dunia
Baca Juga: Jokowi Senang Airlangga Maju Pilpres, Pengamat: Kinerja Ekonomi Jadi Alasan
Namun, kata AHmad, pemerintah bisa membantu industri dengan cara memberikan stimulus maupun insentif. "Katakan diberikan fasilitasi dalam rangka industri sedang mengalami tekanan harus dibantu, katakan dalam biaya logistik, fasilitas ekspor, ekspor kan kapal mahal, diberikan diskon tarif listrik untuk jam tertentu, apapun yang bisa berdampak langsung terhadap industri," ungkap Ahmad Heri.
Sejauh ini kata dia, pemerintah hanya memberikan bantuan pada masyarakat terdampak sebagai kompensasi atas kenaikan BBM, namun belum pada industri.
Baca Juga: Masuki Endemi, Ekonomi Digital Diyakini Makin Kuat
Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Pastikan Percepatan
Lebih jauh, Ahmad mengatakan, keanggotaan Indonesia dalam sejumlah forum seperti G20, ASEAN maupun lainnya diharapkan bisa memperkuat kerjasama yang menguntungkan. "Kerjasama untuk aliran barang dan jasa yang lebih lancar, perlu dilakukan pertemuan dalam forum seperti kemarin itu. Negosiasi untuk menurunkan tarif non tarif, dan kerjasama investasi perdagangan yang menguntungkan saya rasa banyak," ucapnya.
Namun, lanjut Dia, ada tantangan baru, dimana sejumlah negara melakukan restriksi ekspor untuk menjaga stok mereka. "Harusnya, dalam forum seperti G20 ini bisa dibicarakan lebih jauh tentang global supply chain, dan diyakinkan bahwa bisa menjalin kerjasama tanpa restriksi," pungkasnya.
Baca Juga: Pertemuan Airlangga-Prabowo Dipastikan Bahas Politik Termutakhir
Baca Juga: Koalisi Masih Cair, Pengamat Baca Potensi Duet Airlangga-Prabowo
Terkait hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sempat menyampaikan bahwa kemampuan industri menjadi unsur utama bagi ketahanan ekonomi sebuah negara di masa pandemi. Industri akan mendorong penciptaan lapangan kerja dan memerlukan sektor perdagangan dalam distribusi, serta mendorong peningkatan investasi.
"Oleh karena itu, G20 harus mendorong upaya peningkatan di sektor industri, perdagangan dan untuk lebih menarik investasi. Ini merupakan seruan bagi negara-negara G20 untuk bekerja sama lebih baik lagi dalam memberikan dukungan yang diperlukan guna mendorong aspek-aspek industri dan perdagangan yang mengadopsi teknologi, khususnya di negara-negara berkembang," kata Menko Airlangga.***
Editor | : | Muhammad Dzulfiqar |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan, Nasional, DKI Jakarta |