Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
11 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
2
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
Olahraga
11 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
3
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
6 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
4
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
Olahraga
5 jam yang lalu
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
5
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
Olahraga
5 jam yang lalu
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
6
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Olahraga
5 jam yang lalu
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Home  /  Berita  /  Politik

Jika Menang Pemilu, Anis Matta: Partai Gelora Akan Revolusi Total Sistem Pendidikan

Jika Menang Pemilu, Anis Matta: Partai Gelora Akan Revolusi Total Sistem Pendidikan
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta. (Foto: DPP Gelora)
Rabu, 07 Juni 2023 12:31 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta, dengan tegas menyatakan bahwa salah satu reformasi besar yang akan dilakukan oleh Partai Gelora jika diberi kesempatan memimpin bangsa ini adalah melakukan revolusi total dalam Sistem Pendidikan.

"Kita harus menyadari bahwa sistem pendidikan saat ini tidak akan pernah mampu melahirkan individu-individu yang mampu berpikir secara kompleks, karena sejak awal unsur-unsur penting dalam kepribadian kita sebagai manusia tidak terpenuhi dengan baik," ujar Anis Matta dalam keterangannya pada Rabu (7/6/2023).

Contohnya, dalam hal pelajaran sastra, seni, dan musik, yang sayangnya kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat kita. Padahal di dalamnya terdapat perdebatan yang mendalam mengenai kebudayaan global dalam era globalisasi ini.

Di mana negara-negara seperti Amerika, Korea, India, dan China sedang berlomba-lomba untuk menghasilkan produk kebudayaan mereka guna mempengaruhi dunia. "Ketika kita melihat kemajuan teknologi, kita harus menyadari bahwa itu bukan semata-mata hasil dari kecakapan ilmiah seseorang. Seperti yang pernah dikatakan oleh Einstein, imajinasi itu lebih penting daripada ilmu pengetahuan itu sendiri. Semua kemajuan tersebut didorong oleh imajinasi, tetapi sayangnya, di kalangan kita, kurang diperhatikan aspek imajinasi tersebut," jelasnya.

Akibat kurangnya pemahaman terhadap imajinasi, menurut Anis Matta, saat ini di Indonesia jarang ditemui pemimpin politik atau pejabat publik lainnya yang memiliki imajinasi besar.

"Masalahnya terletak pada sistem pendidikan yang tidak memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan imajinasinya. Karena itu, kita jarang menemui orang-orang dengan visi yang besar, karena sistem pendidikan yang ada saat ini tidak memfasilitasi kemampuan mereka untuk berpikir secara kompleks. Seharusnya kita selalu berpikir jauh ke depan dan memiliki daya imajinasi yang tinggi. Namun, sayangnya, kita terlalu fokus pada kehidupan sehari-hari dan hanya memikirkan kepuasan pribadi," ungkapnya.

Menurut Anis Matta, sistem pendidikan saat ini perlu mengalami perombakan total agar setiap individu dapat berpikir secara kompleks dan memiliki daya imajinasi yang kuat. "Pemimpin di seluruh dunia mencapai keberhasilannya karena mereka memiliki daya imajinasi yang besar," tandasnya.

Selain melakukan revolusi dalam sistem pendidikan, Anis Matta menyatakan bahwa Partai Gelora juga akan mendorong penggunaan bahasa Indonesia oleh para pemimpin dan pejabat dalam forum-forum internasional.

"Kadang-kadang kita merasa rendah diri untuk menggunakan bahasa Indonesia. Pemimpin kita di luar negeri lebih suka berbicara dalam bahasa Inggris, seolah-olah penggunaan bahasa Inggris membuat mereka terlihat cerdas dan terpelajar," katanya.

Namun, Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Presiden China, Xi Jinping, dan mantan Presiden Soeharto, tidak pernah menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi mereka di forum internasional. Mereka dengan bangga menggunakan bahasa asli mereka, bukan karena tidak mampu berbahasa Inggris.

"Pengguna bahasa Indonesia atau Melayu berjumlah lebih dari 300 juta orang. Mengapa kita tidak bangga dengan itu? Seharusnya kita mendapatkan Penghargaan Nobel dalam bidang sastra sebagai negara dengan jumlah pengguna bahasa Indonesia yang signifikan. Hal ini sangat memprihatinkan," ungkapnya.

Menurut Anis Matta, sekali lagi, kunci utamanya terletak pada sistem pendidikan, di mana individu-individu sejak awal tidak diajarkan untuk berpikir secara kompleks. Tidak hanya berpikir kritis atau logis, tetapi juga bagaimana mengembangkan kemampuan berpikir yang komprehensif dan kompleks.

"Dengan mengembangkan kemampuan berpikir kompleks, kita dapat menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada," jelas Anis Matta.

Sebagai pengagum karya sastrawan seperti Chairil Anwar dan gerakan Pujangga Baru, Anis Matta mengungkapkan kekagumannya terhadap karya-karya sastra mereka yang selalu menarik untuk dibaca. Karya-karya mereka memuat cerita-cerita tentang perjuangan budaya yang diolah dengan apik menjadi narasi yang menarik dan abadi.

"Di dalam masyarakat kita, terdapat banyak pertentangan, bukan hanya dalam karya sastra, tetapi juga dalam warisan budaya seperti Candi Borobudur yang dibangun sebelum abad ke-9, bahkan sebelum zaman Renaissance, dan menjadi salah satu keajaiban dunia. Namun, setelah itu, tidak ada pencapaian serupa lagi. Kita mengalami distkontinyu tidak hanya dalam sastra dan produk budaya, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan," paparnya.

Contohnya, dalam industri perfilman, Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan teknis dalam industri tersebut, namun negara tidak memberikan dukungan dan pemerintah tidak memberikan bantuan untuk mengembangkan industri perfilman. Semuanya dikelola oleh sektor swasta.

"Ini juga merupakan impian kami di Partai Gelora. Kami akan menciptakan 'Cinema City'. Ini akan menjadi proyek yang strategis bagi pemerintah daripada proyek lainnya. Di sana akan terdapat industri perfilman, teknologi perbankan, universitas, sektor ekonomi kreatif, dan lain-lain yang terkumpul dalam satu tempat," katanya.

Model pembangunan seperti itu, tambahnya, akan mengurangi biaya dan pembengkakan anggaran untuk proyek-proyek pembangunan, karena semua hal akan difokuskan di satu lokasi, sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan produktivitas tenaga kerja.

"Namun, semua ini juga bergantung pada sistem pendidikan. Kami membayangkan bagaimana pendidikan seni dapat menghasilkan produk kebudayaan yang menjadi salah satu keunggulan Indonesia, seperti yang telah dicapai oleh Korea. Dengan menggabungkan keunggulan budaya dengan kemajuan ekonomi dan kekuatan teknologi, diharapkan Indonesia akan menjadi kekuatan besar baru di dunia," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/