Industri Kaleng di Bireuen Digilas Peralatan Moderen
Penulis: Joniful Bahri
BIREUEN – Di Dusun Lagang, Gampong Geulanggang Tengoh, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, terdapat 20 perajin kaleng. Usaha ini masih dikelola secara manual tanpa mesin moderen.
Dimulai sejak tahun 1965, industri rumah tangga di Gampong Geulanggang Tengoh ini awalnya bersifat fungsional untuk kehidupan sehari-hari mereka. Kerajinan yang dihasilkan pun masih terbatas seperti penanak nasi, wajan, dandang serta kebutuhan rumah tangga lainnya.
“Awalnya dulu cuma buat kaleng penyiram tanaman, wajan gelas di warung kopi, kaleng untuk takaran beras. Tapi sekarang usaha ini dikembangkan sesuai permintaan pasar,” kata Ketua kelompok Industri, Yuliadi (49), kepada GoAceh, Minggu (27/11/2016).
Awalnya hanya empat kepala keluarga yang meneknui profesi ini dan menggantungkan hidup dari hasil keranjian industri dan tukang patri kaleng. Kini usaha tersebut diteruskan secara turun temurun.
Menurut Yuliadi, belakangan ini Ia juga melayani pembuatan alat-alat pertanian dan perabot dapur seperti oven, kukusan, cetakan roti, dandang nasi berbagai ukuran yang dibantu empat karyawan. “Saat ini produk kerajinan kaleng di Dusun Langan, Geulanggang Tengoh sudah punya pelanggan tersendiri di wilayah Bireuen, Aceh Tengah, Meulaboh, Banda Aceh, Sigli hingga ke Kota Langsa,” katanya.
Meski di Geulanggang Tengoh terdapat empat dusun, hanya di dusun Langang-lah dapat ditemui rumah-rumah yang membuka usaha kerajinan keleng tersebut. Kendati dikerjakan manual tanpa alat modern, pangsa pasar kerajinan industri kaleng ini masih mampu bertahan di tengah gempuran derasnya produk pabrikan yang berkembang di pasaran saat ini.
Mengalirnya pesanan dari berbagai tempat, turut dipengaruhi hasil yang didapat oleh para perajin, termasuk biaya bagi karyawannya yang selama ini bekerja ditempatnya. “Untuk saat ini, modal untuk menghasilkan sebuah produk serta gaji karyawan bisa mencapai Rp2 juta setiap hari, termasuk untuk bahan bakunya,” ujarnya.
Disinggung tentang perhatian dan bantuan pemarintah, Yuliadi mengaku hingga saat belum ada sama sekali. “Pihak Disperindakop dan UKM Bireuen setiap tahun datang untuk mendata seluruh industri yang ada di tempat kami. Apa lagi dari anggota DPRK Bireuen. Tapi bantuan modal usaha belum ada sama sekali,” katanya.
Hal senada diutarakan perajin lainnya, Basri, Menurut Basri pesanan tetap stabil ke berbagai daerah di pelosok Aceh walaupun beberapa harga material naik.“Penguruh kenaikan ini dipicu akibat bahan baku seng atau alumunium di pasran naik sehingga kami terpaksa harus menyesuaikan harganya juga,” katanya.
Kendati ada kemajuan dan terkenalnya industri buatan putra Bireuen, kususnya di Geulanggang Tengoh, sejauh ini belum mendapat pembinaan, perhatian serius dari pemkab setempat, padahal mereka butuh pengembangan usaha yang lebih sempurna.
"Kami para perajin kaleng di Geulanggang Tengoh, Bireuen tetap mengedepankan kualitas produk dan tidak mengecewakan pelanggan," tutup Basri.
Editor | : | Zainal Bakri |
Kategori | : | Ekonomi |