Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
23 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
2
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
18 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
3
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
18 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
4
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
23 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
5
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
13 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
6
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Olahraga
12 jam yang lalu
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Jalan Kaki dari Pekalongan untuk Naik Haji, ini 6 Fakta Tersembunyi Tentang Khamim Setiawan

Jalan Kaki dari Pekalongan untuk Naik Haji, ini 6 Fakta Tersembunyi Tentang Khamim Setiawan
Khamim Setiawan. (istimewa)
Jum'at, 28 Juli 2017 12:43 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
PEKALONGAN - Anda masih ingat dengan film 'Haji Backpacker?' Dari judul filmnya saja kita bisa membayangkan bagaimana jalan ceritanya.

Pasti tentang kisah seseorang yang berangkat naik haji dengan berjalan kaki mencangklong ransel dan membawa bekal secukupnya. Itulah film Haji Backpacker yang dijalani Mada (diperankan Abimana Aryasatya) dan sukses merebut perhatian pemerhati film beberapa tahun yang lalu.

Namun bagaimana jika ternyata kisah 'haji backpacker' ini ada di kehidupan nyata? Seseorang yang benar-benar berjalan kaki menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.

Itulah fakta yang dijalani pemuda asal Pekalongan, Mochammad Khamim Setiawan (28). Pemuda lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang ini pergi meninggalkan kampung halamannya, Wonopringo, Pekalongan, pada 28 Agustus 2016 lalu.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, ia berhasil menggapai Masjidil Haram yang menjadi puncak impiannya selama ini.

Tak jarang, ia harus beristirahat di Masjid, di rumah warga hingga bermalam di hutan. Pada 19 Mei 2017 lalu, Khamim telah sampai di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Sebelumnya ia telah menargetkan untuk tiba di Mekkah pada 30 Agustus 2017, atau sebelum waktu wukuf. Namun ternyata, ia tiba lebih cepat dari perkiraannya. Kamis 27 Juli 2017 kemarin, dia telah mengunggah foto berlatar belakang Kabah. Dalam foto itu, tampak Khamim yang mengenakan pakain ihram.

Di akun Facebook itu dia menuliskan, "Muhammad Khamim (28), pemuda asal Wonopringgo, Kab.Pekalongan yang berjalan kaki dari Pekalongan menuju Mekkah selama berbulan-bulan ini, alhamdulillah dia sudah sampai di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji."

Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam, Tribun Jateng memutuskan menemui Syaufani Solichin, ayah Khamim.

1. Rajin Puasa Daud

Pria berusia 73 tahun tersebut mengungkapkan, Khamim sering berpuasa Daud dalam perjalanannya.

Dalam kondisi tengah berpuasa, Khamim hanya bisa berjalan di malam hari. Jika kondisi badannya tengah baik, ia bisa menempuh perjalanan sekitar 50 kilometer setiap harinya.

Namun jika ia merasa lelah, Khamim hanya bisa menempuh perjalanan sejauh 15 kilometer.

2. Berangkat bersama dua rekannya

Pada awal perjalanan, Khamim sebenarnya ditemani oleh dua rekannya yang sama-sama berniat untuk naik haji bersama.

Namun kedua orang rekannya itu menyerah sesampainya perjalanan di Tegal, Jawa Tengah. Tinggallah Khamim seorang diri melanjutkan perjalanan. Ia sempat dua kali jatuh sakit dalam perjalanannya, yakni saat di Malaysia dan India.

Selama perjalanan itu, Khamim hanya menggunakan madu untuk ketahanan tubuhnya.

3. Perbekalan minim

Dalam perjalanan menuju ke tanah suci, Khamim hanya membawa perbekalan seadanya. Barang-barang yang ia bawa antara lain adalah, kaos dan celana, dua pasang sepatu, kaus kaki, pakaian dalam, kantung tidur dan tenda, lampu, telepon pintar dan GPS.

Peralatan tersebut dimasukkannya ke dalam tas carrier yang terpasang bendera merah putih di bagian belakangnya. Khamim juga mengenakan sebuah kaus bertuliskan "I'm on my way to Mecca by foot".

4. Profesi kontraktor

Cara Khamim untuk naik haji ini terbilang tak lazim. Banyak orang memilih untuk naik pesawat atau alat transportasi lainnya untuk menuju ke Mekkah.

Namun, Khamim memilih berjalan kaki bukan karena tak mampu membayar biaya transportasi. Khamim diketahui merupakan seorang kontraktor. Kini usaha yang telah ditekuninya itu ditinggalkan demi menuju tanah suci.

5. Tampil di media internasional

Kisah Khamim yang berjalan kaki untuk menunaikan ibadah Haji in ijuga mendapat sorotan dari media Uni Emirat Arab, Khaleej. Dikutip dari Khaleej, Khamim mengaku hanya membawa uang secukupnya dan mengaku tak pernah meminta-minta.

"Saya tak pernah meminta-minta. Namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lain," kata Mochammad Khamim.

Khamim juga mengaku kerap bersinggah ke rumah ibadah agama lain. Di tempat-tempat ibadah itu, ia mendapat perlakuan yang baik.

6. Perjalanan Khamim legal

Perjalanan Khamim yang ditempuh dengan jalan kaki ini merupakan perjalanan yang legal. Ia telah mengurus dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk perjalanan panjang melintasi berbagai negara itu.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi. Ia mengatakan jika perizinan Khamim telah dilengkapi dengan baik.

Paspor dan visa semua lengkap. Ia juga merasa bangga pada Khamim yang memiliki semangat tinggi untuk menunaikan ibadah Haji ke tanah suci. Selain Khamim, ada pula kisah para orang tua yang tak mampu namun memiliki telad kuat untuk naik haji. Mereka adalah Maksum dan Mulyono. Berikut ini kisah mereka:

Seperti halnya kisah Maksum, si tukang becak asal Bangkalan, madura ini. Berbekal penghasilan Rp 20 ribu per hari, Maksum, si tukang becak asal Bangkalan Madura ini menggapai keinginannya untuk beribadah di tanah suci.

Saat dihampiri wartawan Surya, pria tua berusia 79 itu tengah mengadakan syukuran atas keberangkatannya ke Makkah.

Ia tampak letih, meski senyumnya tak pernah padam saat menyapa para tamu yang datang di kediamannya di Kapasan Samping gang 3 nomor 31.

Maksun mengaku mengumpulkan uangnya dari tiap kayuhan pedal becak miliknya. "Saya tidak ingat berapa lama (mengumpulkan uang), yang jelas sudah lama sekali," tuturnya tidak berhasil mengingat, Kamis (27/7/2017).

"Kalau dapat uang sedikit saya simpan, makan sudah sama anak-anak. Kebetulan dua anak saya masih tinggal di rumah. Nanti kalau uangnya sudah terkumpul Rp 500 ribu, saya tabung. Biasanya sebulan bisa Rp 500 ribu. Sudah dapat Rp 20 juta, saya buka rekening haji,” kisahnya.

Ia mengaku tak memiliki cara khusus untuk meraih impiannya itu. Namun saat masih kecil, ia ingat akan sebuah hadis yang diajarkan 'ngaji' di pesantren di Madura.

“Yang artinya Rukun iman ada enam. Nomor satu, percaya kepada Allah. Saya percaya jika Allah mengehendaki, semua pasti akan terjadi. Jadi saya ikhtiar, menabung dan berdoa,” tutur pria yang mengayuh becak sejak tahun 1996 tersebut.

Setiap hari ia mengaku selalu berdoa kepada Tuhan untuk mendapat rejeki yang halal. Saat mendengar jika dirinya bisa naik haji tahun ini, ia semakin bersyukur dan semangat bekerja.

Petugas kebersihan Masjid naik haji

Seperti halnya Maksum, Mulyono (75) asal Tulungagung juga menampakkan wajah sumringah saat ditemui oleh wartawan Surya.

Kemudian matanya berkaca-kaca saat ditanya mengenai persiapannya untuk pergi ke tanah suci. “Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” ucapnya dengan suara bergetar, karena rasa haru.

Mulyono yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung hanya memiliki pendapatan Rp 350.000 ribu tiap bulannya.

Namun, kakek lima cucu ini tetap bersemangat untuk mencari rezeki setelah dirinya didaftarkan haji oleh sang anak pada 2011 silam.

Semenjak itu, ia harus mengangsur sebesar Rp 500.000 tiap bulannya. “Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi infaq kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk angsuran. Kalau ada sisa dipakai untuk keperluan,” ujar Mulyono.

Mulyono mengaku berkeinginan untuk naik haji setelah beberapa kali hadir di acara pengajian orang yang baru pulang dari ibadah haji. Semenjak saat itu tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukum Islam yang ke-5 itu. Alhasil, setelah enam tahun mengangsur, Mulyono kini dapat mewujudkan impiannya. ***

Sumber:tribun jateng
Kategori:GoNews Group, Umum, Peristiwa, Jawa Tengah
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/