Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
2
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
12 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
3
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
4
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
11 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
5
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
10 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
9 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  Ekonomi

RAPP Tak Beroperasi, Eks Pekerja Adu Nasib Sampai ke Malaysia

RAPP Tak Beroperasi, Eks Pekerja Adu Nasib Sampai ke Malaysia
Ilustrasi - net
Jum'at, 13 Oktober 2017 21:22 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Pasca tak beroperasi, banyak eks pekerja PT RAPP Pulau Padang mengadu nasib hingga ke Malaysia. Berpisah dengan sanak keluarga pun harus dilakoni setiap bulan.

Karim, ketika ditemui di Sei Hiu Pulau Padang mengatakan bahwa istrinya Niar terpaksa mencari pekerjaan hingga ke Malaysia. Sebelumnya Niar berjualan (buka kantin) di areal PT RAPP. "Kalau ada kerja di sini ngapain harus keluar, jauh dari anak dan keluarga," ujar Karim, Jumat (13/10/2017).

Niar bukanlah satu-satunya eks pekerja PT RAPP yang mengadu nasib ke Malaysia. Rata-rata diantara mereka nekad bekerja meski hanya mengantongi paspor (dokumen) pelancong. "28 hari sekali dia pulang. Kadang sedih juga mengenang nasib seperti ini," cerita Karim.

Ratusan warga setempat sebelumnya bekerja di PT RAPP. Mereka tersebar di empat titik lokasi nurseri. Baik di Sei Hiu (akasia dan karet), Sei Kuat nurseri akasia dan Tanjunggambar nurseri karet. Rata-rata pekerja nurseri akasia mencapai 150 orang, sedangkan nurseri karet sekitar 40 hingga 50 orang.

Namun, operasional PT RAPP mulai berhenti sejak tanggal 21 November 2016. Sejak itu pula, warga dari dusun-dusun di konsesi PT RAPP mulai mencari pekerjaan lain untuk menghidupi keluarga. Ketersediaan pekerjaan di daerah yang tak mampu menjawab kebutuhan memaksa warga untuk bekerja di Malaysia.

Memang sebelum ada PT RAPP banyak warga menyadap karet. Namun, untuk saat ini harga karet tidak seperti dulu. Harga karet sudah sering anjlok. Satu kilogram karet tidak bisa lagi untuk membeli satu kilogram beras.

Seperti diakui Ketua Koperasi Karya Bersama Izwan. "Kalau ditunggu di rumah tak makan, mau tak mau kerja ke Malaysia. Dulu kerja karet harganya masih tinggi, sekarang harga karet 4 sampai 6 ribu rupiah perkilogram, tak bisa terjangkau lagi," ujar Izwan.

Diakui laki-laki penyedia jasa rental speedboat dan mobil saat RAPP beroperasi itu, dulu warga bisa mendapat penghasilan 2 hingga 3 juta rupiah perbulan. Namun sejak setahun belakangan, operasional PT RAPP dihentikan, tak sedikit warga kehilangan pekerjaan.

"Dulu anggota kita ramai. Speed rental 9 unit sekarang tinggal 4 unit. Pekerja nurseri kita banyak keluar daerah, di kampung tak ada kerja juga," cerita Izwan.

Hal sama juga dirasakan Sutrisno dari Koperasi Kudap Lestari. Ia menyedia jasa transportasi speedboat 6 sebanyak unit sejak 2010. Namun sekarang semuanya tidak lagi beroperasi. Tak sedikit pula anggotanya kehilangan pekerjaan.

Di tempat terpisah, Manajer RAPP Estate Pulau Padang Sumardi Harahap ketika dihubungi menjelaskan, akibat tak beroperasinya perusahaan, banyak pekerja tak lagi 'dipakai'. Dari 117 karyawan tetap PT RAPP, sekarang tinggal 98 orang. Sedangkan dari karyawan kontraktor yang semula berjumlah 398 orang berkurang menjadi 61 orang.

"Meski tak beroperasi, kita terus saja melakukan patroli lapangan, dan melihat tata kelola air. Agar tak kebanjiran saat hujan atau kekeringan saat kemarau," ujar Sumardi Harahap.

Beberapa warga ditemui mengaku merasakan manfaat atas beroperasinya perusaan tersebut. Terutama dari program CD yang disalurkan setiap tahun. Tidak hanya itu, anak-anak mereka juga berkesempatan dapat beasiswa (kuliah gratis sampai selesai), dan ditarik bekerja (ikatan dinas). Selain itu, perusahaan juga disiapkan bonus bagi desa bebas dari kebakaran.

Yandi Masnur, CDO Pulau Padang ketika ditanya tentang program CD menjelaskan, sejak 2011 hingga 2016, dana yang dikucurkan perusahaan lebih Rp20 miliar.

Beberapa program CD yang rutin disalurkan antara lain program sistem pertanian terpadu, pendidikan dan talent pool, UMKM, program keagamaan, pelatihan ustadz, khatib, imam dan program pembangunan infrastruktur (pembangunan jalan sepanjang 12 KM). Selain itu, ada juga program CD pelatihan keterampilan bagi kaum ibu seperti menjahit dan membatik, program kesehatan (sunatan massal, sosialisasi, gosok gigi, dan cuci tangan) dan gotong-royong.

"Goro ini tiap tahun kita gelar. Apa yang mau dikerjakan di sana, misal cat masjid, cat sekolah, materilnya dari kita," kata Yandi.

"Program CD yang kita sebutkan di atas, di luar program beasiswa Instiper Jogja dan Akademi Teknologi PULP dan Kertas Bandung," tambah Yandi.

Untuk di Pulau Padang saja, sejauh ini, sudah 14 orang mendapat beasiswa ikatan dinas (kuliah). 6 diantaranya sudah selesai dan bekerja dengan perusahaan. Mereka adalah Muthammimah CDO Pulau Padang, M Effendi di Pelalawan, Arif Marta Saputra di Mandau, Noriah di Kerinci, Sri Nia Sari di Kerinci, Nusaibah di Tanoto Fondation. "Mereka asli anak Pulau Padang Kepulauan Meranti," kata Yandri.

Selain itu, beberapa warga yang membentuk kelompok tani juga merasa manfaat dari PT RAPP. Mereka diberi indukan sapi (jantan dan betina) sehingga bisa diternak dan sudah menghasilkan.

Namun, harapan untuk terus bekerja belum ada kepastian. PT RAPP belum boleh melakukan penanaman (baru) pohon akasia yang membuat ratusan warga tak bisa bekerja. Isu pencabutan izin pun menjadi momok tersendiri bagi warga yang selama ini menggantungkan hidup dari PT RAPP.

Mereka meminta pemerintah mempertimbangkan kelangsungan hidup orang banyak. Dengan berhentinya beroperasi PT RAPP, sudah dipastikan sangat banyak warga tak lagi punya penghasilan. Sementara ketersediaan pekerjaan di lapangan atau di daerah tak mampu menjawab kebutuhan masyarakat. ***

Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/