Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
15 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
15 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
13 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
4
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
15 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
15 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
12 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ketika Oligarki yang Dimainkan Media Mainstream Tergilas Media Sosial, Ini Kata DPR

Ketika Oligarki yang Dimainkan Media Mainstream Tergilas Media Sosial, Ini Kata DPR
Ilustrasi.
Minggu, 18 Februari 2018 20:28 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Menjamurnya pertumbuhan sosial media katimbang media mainstream, bagi wakil ketua DPR, Fahri Hamzah, merupakan keuntungan bagi masyarakat.

Pasalnya, oligarki yang dimainkan pemilik media mainstream teralienasi dengan kemunculan sosial media sebagai pilihan informasi.

"Media mainstream, yang seharusnya memberikan informasi terkait banyak peristiwa sesungguhnya justru tertutupi oleh kepentingan politik dan ekonomi sang pemilik, yang terkadang menjadi pengurus partai politik," ujar deklarator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Alhasil, katanya, masyarakat menerima informasi sesuai keinginan pemilik media mainstream yang sekaligus memberangus idealisme jurnalis yang menjadi karyawannya.

"Untungnya, masyarakat mendapat informasi yang seringkali lebih akurat dan cepat melalui sosial media. Di sinilah keuntungan masyarakat dari menjamurnya sosial media," paparnya.

Kendati demikian Ketua DPR, Bambang Soesatyo, berpendapat lain. Dengan menjamurnya sosial media malah seringkali muncul akun palsu yang disalahgunakan untuk menyebarkan fitnah berupa berita hoax ataupun ujaran kebencian terhadap kredibilitas seseorang.

Ia mencontohkan, seperti yang dialami Presiden Joko Widodo, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, hingga terakhir Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.

"Kami mendesak Komisi I DPR bersama Kemenkominfo dan Badan Siber & Sandi Negara untuk melakukan pengawasan intensif terkait penyebaran fitnah, berita hoax, dan hate speech di media sosial yang berpotensi menimbulkan konflik," terang Bamsoet yang juga politikus Partai Golkar itu. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/