Masyarakat Tidak Ragu dengan Janji Syamsuar jika Menjadi Gubernur Riau, Pengalaman Birokratnya Sudah Teruji
Penulis: Ira Widana
Saat dialogis dengan masyarakat Perumahan Putri Tujuh, Panam Pekanbaru, Cagub Riau nomor 1, Syamsuar menjelaskan sedikit profilnya kepada masyarakat yang bertanya bagaimana cara Syamsuar mengontrol atau monitoring program yang sudah dijanjikan saat kampanye dengan realisasinya.
"Nantinya dengan menjadi gubernur, tanggungjawab pekerjaan semakin banyak. Program kampanye serta janji politik yang sudah disampaikan bagaimana mengontrolnya," ujar salah seorang warga, Senin (4/6/2018).
Bupati Siak dua periode yang ingin membangun Riau lebih baik ini dengan pasangannya Edy Natar Nasution menyakin masyarakat dengan apa yang sudah dilakukannya di Kabupaten Siak hingga membawa negeri Istana itu menoreh banyak prestasi.
"Dengan pengalaman kami pegawai negeri dan kami tamatan APDN manajemen pemerinthan daerah, menjadi modal kami untuk bisa mengawal semua program yang dibuat oleh dinas-dinas, seperti yang sudah saya lakukan di Siak," kata Syamsuar.
Syamsuar berjanji bahwa program yang akan dibuat oleh masing-masing Dinas nantinya tidak hanya menguntungjan bagi Dinas itu sendiri. Melainkan bermanfaat untuk kepentingan publik.
"Dengan menerapkan a government di Riau ini, semua kegiatan OPD akan menggunakan ITE. Tujuannya agar tidak terjadi penyalahgunaan anggaran yang disediakan. Alhamdulillah di Siak sudah mulai kami terapkan juga, sehingga kami satu-satunya Kabupaten di Riau yang sudah meraih 7 kali Opini WTP dari BPK RI," sebutnya.
Dalam kampanye dialogis itu juga, calon gubernur Riau nomor urut 1 ini juga menyebutkan bahwa dirinya sangat konsen dalam bantuan pendidikan madrasah dan sekolah agaman. Sebab tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa tidak hanya pada sekolah umum saja.
"Ini merupakan salah satu program prioritas kami bersama pak Edy Nasution jika nanti menjadi Gubernur Riau. Saat ini banyak sekali masyarakat Pekanbaru yang masih mengeluhkan tingginya biaya pendidikan. Dan kami tidak ingin anak-anak putus sekolah karena tak sanggup bayar biaya pendidikan," katanya lagi. ***