Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Red Sparks Incar Wilda Siti Nurfadhilah
Olahraga
23 jam yang lalu
Red Sparks Incar Wilda Siti Nurfadhilah
2
Gebrakan Menpora Dito Bangkitkan Industri Olahraga dan Prestasi Olahraga Bola Voli Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
Gebrakan Menpora Dito Bangkitkan Industri Olahraga dan Prestasi Olahraga Bola Voli Indonesia
3
Kondisi Tukul Arwana Mulai Membaik Menuju Kesembuhan
Umum
22 jam yang lalu
Kondisi Tukul Arwana Mulai Membaik Menuju Kesembuhan
4
Film Dokumenter tentang Kisah Celine Dion Segera Tayang
Umum
22 jam yang lalu
Film Dokumenter tentang Kisah Celine Dion Segera Tayang
5
Buku tentang Sejarah The Beatles Laris Usai Rilis Film Beatles
Umum
22 jam yang lalu
Buku tentang Sejarah The Beatles Laris Usai Rilis Film Beatles
6
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
1 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Belum Tentukan Dukungan ke Paslon Pilpres, Yusril: PBB Ambil Posisi Netral Sejalan dengan Ijtima' Ulama

Belum Tentukan Dukungan ke Paslon Pilpres, Yusril: PBB Ambil Posisi Netral Sejalan dengan Ijtima Ulama
Sabtu, 11 Agustus 2018 22:48 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Partai Bulan Bintang (PBB) hingga saat in menempatkan diri di tengah, belum memutuskan mendukung Prabowo-Sandi, apalagi mendukung Jokowi-Kiyai Ma’ruf yang menuai banyak kecaman di medsos.

Sikap netral itu, ternyata adalah sikap yang sejalan dengan ulama yang menyelenggarakan ijtimak di Hotel Peninsula, Jakarta, jelang pencapresan tiga minggu lalu.

Sikap Yusril yang masih berada di tengah begitu banyak dikecam seolah PBB tidak manut (patuh) pada ulama. “Lha, kami ini Partai Islam. Kalau tidak manut sama ulama, manut sama siapa lagi? Masa kami manut sama orang yang teriak-teriak di medsos yang tdk jelas juntrungannya” kata Yusril kepada media hari ini (Sabtu 10/8/2018).

Ijtimak ulama, tambahnya, memutuskan mendukung Prabowo sebagai Capres dan salah satu dari dua ulama, Ustad Abdul Samad dan Habib Salim Segaf Aljufri sebagai Cawapres. Habib Salim, oleh sejumlah ulama yang hadir berijtimak di Hotel Peninsula, dianggap bukan sembarang ulama, karena beliau diyakini sebagai "zuriyat" atau keturunan Rasulullah Muhammad SAW.

Tetapi apa yang diputuskan oleh partai-partai 'koalisi keumatan' yang tidak pernah ngajak PBB untuk musyawarah itu, justru bukan ulama, melainkan Sandiaga Uno, seorang saudagar kaya raya yang sedang menjabat Wagub DKI.

"Karena yang dipilih bukan ulama, ya PBB nunggu dulu, nunggu bagaimana petunjuk ulama yang berijtimak di Hotel Peninsula itu. Kan mereka yang memutuskan," imbuh Yusril.

Ketika sedang menunggu, Yusril tidak henti-henti digempur dari kiri-kanan, mengapa 'netral' dan tidak segera umumkan mendukung Prabowo-Sandi.

"Malah ada yang menuduh saya mengkhianati komando para ulama. Lha, yang berkhianat tidak memilih pendamping Prabowo adalah seorang ulama, itu siapa? Memang saya," tanya Yusril.

Dirinya merasa tidak ikut-ikutan dan samasekali tidak pernah diajak bicara oleh partai2 'koalisi keumatan' itu. Diapun juga merasa tidak pernah diajak bicara oleh Prabowo Subianto.

"Beliau menganggap saya selalu berada di luar negeri ketika diajak bertemu," kata Yusril sambil tersenyum.

Hari Sabtu sore 11/8/2018 ini banyak pihak terperangah, setelah Imam Besar Habibina Muhammad Rizieq Syihab dengan tegas meminta segera diadakan Ijtimak Ulama Jilid II untuk memutuskan, apakah para ulama dapat menerima keputusan partai2 koalisi keumatan dan juga keputusan Prabowo Subijanto yang memilih seorang pengusaha, Sandiaga Uno, menjadi wakilnya, bukan ulama sebagaimana diputuskan oleh Ijtimak Ulama Jilid I.

Sementara pada kubu sebelah, Jokowi, yang tidak dikomando ulama manapun, malah memilih seorang ulama, KH Ma’ruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia dan Rais Am PB NU. Jokowi kini mungkin merasa dirinya makin sakti mandraguna sebab bisa menjadi “satrio pinandito kasanding ngulama” (satria bijak yang bersanding dengan ulama), terlepas dari kontroversi tentang sosok Kiyai Ma'ruf Amin.

Terhadap keulamaan Kiyai Ma'ruf, Yusril balik bertanya. "Siapa di antara umat Islam Indonesia yang berani mengatakan bahwa Kiyai Ma’ruf Amin bukan ulama?"

"Kalau kita, sepakat bahwa Kiyai Ma’ruf Amin adalah ulama dan beliau kini menjadi calon Presidennya kubu Jokowi, maka bagaimana umat harus bersikap," tanya Yusril.

Ijtimak Ulama Jilid I memutuskan mendukung Prabowo sebagai Presiden dan salah satu dari dua ulama sebagai wakilnya. Tetapi keputusan itu tidak ditaati. Sementara Jokowi yang tidak disuruh oleh ulama manapun, malah memilih ulama menjadi cawapresnya. Saya berharap Ijtimak Ulama Jilid II dapat menjernihkan dan menjawab pertanyaan ini.

Yusril menambahkan bahwa Ijtimak Ulama Jilid II memang dilematis. Kalau ada ijtihad baru yang membatalkan keputusan semula, yakni memberikan legitimasi kepada Prabowo yang telah memutuskan memilih bukan ulama menjadi Cawapresnya, para ulama harus nenunjukkan dengan jelas rujukan nash syar'i yang menjadi dasar keputusannya. Salah2 mengambil keputusan bisa menyebabkan merosotnya wibawa ulama di mata umat.

"Sementara belum ada keputusan Ijtimak Ulama Jilid II, PBB kini berada di tengah. Ini sesuai dengan tausiyah Imam Besar Habibina Muhammad Rizieq Syihab. PBB juga memohon kejelasan keberadaan Ulama Kiyai Ma’ruf Amin yang kini sudah resmi menjadi cawapresnya Jokowi dari para ulama peserta Ijtimak Ulama Jilid II, karena sejak awal PBB telah mengatakan tidak akan mendukung Jokowi sebagai capres 2019. Kami, PBB manut kepada para ulama," kata Yusril mengakhiri keterangannya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/