Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
12 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
8 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
3
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
6 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
4
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
5 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
38 menit yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
21 menit yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Home  /  Berita  /  GoNews Group

HNW: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita

HNW: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita
Kamis, 08 November 2018 15:31 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Di hadapan ratusan anggota Serikat Pekerja Nasional (SPN), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan dirinya untuk kedua kalinya bertemu dengan mereka dalam acara yang sama. "Ini Sosialisasi Empat Pilar yang kedua dengan SPN", ujarnya ketika mengawali pemaparan sosialisasi.

Dalam acara yang diselenggarakan di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, 8 November 2018, HNW mengungkapkan sosialisasi yang dilakukan oleh MPR merupakan amanat dari UU. No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. "Dengan demikian kita menjalankan undang-undang," ujarnya.

Dengan melakukan sosialisasi, menurut Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu MPR telah mematuhi aturan hukum yang ada. "Sehingga rakyat menjadi percaya," tuturnya.

Dalam melakukan sosialisasi, disebut MPR menggunakan berbagai metode, seperti lewat cerdas cermat, outbond, focus group discussion, training of trainer, legal drafting, debat konstitusi, seni dan budaya, serta metode lainnya. Diungkapkan, dirinya merasa kagum saat lomba cerdas cermat Empat Pilar yang peserta datang dari kalangan pelajar SMA. Mereka bisa hafal UUD NRI Tahun 1945, istilahnya dari A sampai Z. "Luar biasa," paparnya.

Lebih lanjut dikatakan, sosialisasi yang dilakukan itu bekerja sama dengan berbagai pihak seperti guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah daerah, perguruan tinggi, TNI, Polri, pekerja atau buruh, dan komponen masyarakat lainnya. “Dari semua yang dilakukan menunjukan posisi sosialisasi sangat jelas legal hukumnya”, ucap pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

Dalam sosialisasi yang juga dihadiri oleh Ketua SPN Banten, Ahmad Syaukani, HNW memaparkan bagaimana proses lahirnya Pancasila. Proses itu dimulai dari pidato Bung Karno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945, kemudian Pancasila 22 Juni 1945, hingga 18 Agustus 1945. "Proses lahirnya Pancasila melalui suasana yang sangat demokratis," tuturnya.

Ada saran dan masukan dalam proses itu seperti apa yang hendak dinamakan dari lima gagasan besar yang dilontarkan Bung Karno. Pancasila dilahirkan oleh berbagai kalangan dengan latar suku, agama, profesi, yang beragam untuk menyepakati dan bertanggungjawab dalam membentuk satu kebersamaan, Indonesia.

Untuk itu sosialisasi yang digelar ditujukan meningkatkan cinta seluruh komponen bangsa kepada Indonesia. Sebagaimana proses lahirnya Pancasila yang dilahirkan oleh golongan Islam dan kebangsaan maka dengan sosialisasi masalah yang dihadapi bangsa ini yakni islamophobia dan kebangsaan phobia tidak terjadi.

"Supaya tidak terjadi fitnah antar golongan," tuturnya.

Dikatakan kontribusi kelompok Islam kepada bangsa dan negara sangat penting dan mendasar, demikian juga kontribusi dari kelompok kebangsaan. Bila ada kritik dan perdebatan diharapkan untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara. "Pendiri bangsa dahulu mengkritik dengan  baik dan benar," paparnya.

Kritik dianggap oleh HNW sebagai bukti kita cinta pada bangsa dan negara. Dalam kritik biasanya ingin terciptanya sebuah tatanan yang adil. "Soal keadilan, dalam Pancasila disebut dua kali, pada SIla II dan Sila V," ungkapnya.

Menurutnya, UUD memberi ruang yang sangat lebar kepada rakyat untuk memperbaiki kondisi bangsa salah satunya lewat Pemilu. Untuk itu bila kita memilih calon pemimpin, diharap memilih yang mempunyai kapasitas, baik, dan mengedepankan kepentingan bangsa. Hal demikian disebut sebagai langkah konstitusional. “Untuk itu jangan mubazirkan hak pilih kita”, tegasnya. “Jangan menganggap satu suara tidak berarti, satu suara bisa menciptakan kondisi yang lebih baik”, tambahnya.

UUD memberi ruang untuk perubahan menuju kondisi yang lebih baik dikatakan tidak hanya pada masalah kedaulatan rakyat. Dalam pendidikan pun juga mengarahkan bangsa dan negara pada tujuan seperti amanat yang tertera dalam Pembukaan UUD.

"Negara tidak membiarkan pendidikan begitu saja. Pendidikan kita mengarahkan kepada masyarakat yang beriman, bertakwa, dan mempunyai akhlak yang mulia," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/