Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Usai Operasi Cedera Lutut, Dua Pemain PSIS Jalani Fisioterapis
Olahraga
24 jam yang lalu
Usai Operasi Cedera Lutut, Dua Pemain PSIS Jalani Fisioterapis
2
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
Umum
19 jam yang lalu
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
3
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
Umum
18 jam yang lalu
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
4
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
Umum
19 jam yang lalu
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
5
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
Umum
18 jam yang lalu
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
6
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
Olahraga
18 jam yang lalu
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tak Ingin Seperti BPJS, Netty Soroti Realisasi Kartu Pra Kerja

Tak Ingin Seperti BPJS, Netty Soroti Realisasi Kartu Pra Kerja
Senin, 25 November 2019 13:00 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
CIREBON - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani yang juga istri mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyoroti rencana realisasi kartu pra kerja.

Netty tak ingin program kartu pra kerja hanya jadi isapan jempol belaka. Sebab program tersebut merupakan salah satu janji kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Komisi IX masih membahas isu ini bersama Kementrian Ketenagakerjaan (Kemenaker). Ini menyangkut janji kampanye presiden dengan nilai sekitar Rp 10 triliun untuk dua juta pengangguran," kata Netty dalam keterangan yang diterima detikcom, Senin (25/11/2019).

Politisi PKS itu mengingatkan pemerintah bisa memanfaatkan anggaran yang ada untuk menuntaskan masalah pengangguran. Menurutnya sasaran untuk program kartu pra kerja harus jelas.

"Kita tahu APBN 2019 itu defisit Rp 199 triliun. Jadi, pemerintah harus transparan. Anggaran besar kalau berdampak positif dan berkorelasi menyelesaikan pengangguran pasti akan kita dukung. Tapi sekecil apapun anggaran kalau terjadi inefisiensi dan terjadi kebocoran, tentu ini tidak menyelesaikan masalah. Jangan sampai cita-cita baik, dalam implementasinya malah menimbulkan persoalan baru," katanya.

"Saya juga ingin menanyakan dan memastikan siapa sebetulnya penerima manfaat kartu pra kerja ini. Jangan sampai terjadi kisruh seperti di BPJS. Di mana banyak orang yang harusnya masuk Penerima Bantuan Iuran (PBI), tapi tidak masuk," ucap Netty.

Lebih lanjut, Netty menjelaskan, sejatinya kartu pra kerja merupakan program yang positif bagi para pencari kerja khususnya di Cirebon. Perwujudan kartu pra kerja tersebut bisa berbentuk pemberian program pelatihan atau pembekalan kerja yang bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK).

"BLK juga harus direvitalisasi. Termasuk bagaimana menajamkan orientasi BLK. Banyak yang mati suri, jangan sampai juga pelatihan di BLK tidak sesuai dengan kebutuhan industri yang ada," ucapnya.

Ia juga meminta pelatihan kerja itu disesuaikan dengan perkembangan revolusi 4.0. Selain itu, Netty juga mendorong agar Pemkab Cirebon membuat regulasi terkait penyerapan tenaga kerja lokal.

"Ini perlu political will dari Pemkab Cirebon guna mendorong dunia industri dan bisnis, memperhatikan warga sekitar untuk direkrut sebagai pekerja," kata Netty.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77