Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
Olahraga
23 jam yang lalu
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
2
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
Olahraga
23 jam yang lalu
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
3
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
Umum
23 jam yang lalu
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
4
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
5
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter 'Espresso'
Umum
22 jam yang lalu
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter Espresso
6
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
10 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Kondisi UMKM Makin Sulit, Jokowi Diminta Bubarkan BOP Labuan Bajo Flores

Kondisi UMKM Makin Sulit, Jokowi Diminta Bubarkan BOP Labuan Bajo Flores
Ilustrasi, Wisata Labuan Bajo. (Net)
Rabu, 22 Juli 2020 23:24 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Forum Masyarakat Penyelamat Wisata Manggarai Barat (FMPWM) mendesak Presiden Jokowi mencabut Peraturan Presiden (Perpres Nomor 32 Tahun 2018 tentang Badan Otorita Pengelola (BOP) Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores yang dianggap tidak memihak kepada pelaku UMKM dan hanya menguntungkan pemodal besar yaitu asing.

"Kehadiran BOP memperburuk kemiskinan dan memperkaya kaum elit. Segala aturan dibuat seakan-akan rumah ini miliknya, pemilk rumah dibuat tak berdaya. BOP adalah produk kapitalis asing ingin menguasai seluruh aset di Flores dan Labuan Bajo," kata Kordinator Forum Masyarakat Penyelamat Wisata Manggarai Barat, Raffael melalui keterangan tertulisnya, Rabu (22/7/2020).

Parahnya lagi, kata dia. Ditengah terpuruknya ekonomi dan ketidakberdayaan masyarakat ditengah pandemi Covid-19 ini dimamfaatkan untuk memuluskan rencana tersebut tanpa memikirkan kelangsungan hidup masyarakat setempat.

"Pasca pandemi, situasi dimanfaatkan untuk kemulusan kekuasaan yang sejak lama mereka targetkan, keberadaan orang lokal pun tidak tau dikemanakan," tegasnya.

Ia menuding, Presiden Jokowi tidak serius menjadikan Labuan Bajo sebagai leading sektor pariwisata berbasis membangkitkan UMKM. Terbukti, pelaku pariwisata berbasis UMKM di Labuan Bajo Flores saat ini berada diambang kematian.

"Presiden Jokowi pernah mengatakan. Jika BOP tidak menguntungkan masyarakat lokal, tidak boleh dilanjutkan. Tetapi itu hanyalah gurauan belaka, sebab BOP tau segala yang ada di Flores dan labuan Bajo, sama sekali tidak memihak rakyat kecil," ucap Rafael.

Seharusnya, kata dia, pembangunan pariwisata mestinya dialamatkan untuk kesejahteraan rakyat seperti yang diamanatkan pada Sila ke-2 dan ke-5 Pancasila. Namun kenyataanya yang dilakukan oleh pemrintah berkiblat kapitalis atau kelompok pemilik modal besar.

"Oleh karena itu model koperasi dan UMKM adalah corak dasar ekonomi kita atau koperasi sebagai soko guru pembangunan ekonomi kerakyatan. Bukan sistem kapitalisme, bukan sistem monarki absolut, bukan sistem monopoli dan oligopoli kelompok kapitalis," ujarnya.

Raffael mengatakan, saat ini Badan Ootorita Pengelola Labuan Bajo Flores (BOPLF) menguasi aset lahan seluas 400 HA dan telah mengakuisisi hutan konservasi menjadi investasi. "Ini adalah rencana strategi awal yang dilakukan BOP didalam upaya percepatan arus pemodal (kapitalis_red) datang ke Labuan Bajo," kesalnya.

Raffael menyebut, privitasi ruang publik dan swastanisasi, ruang konservasi dengan invasi perekonomian yang berbasis kapitalis menabrak Ruang Regulasi Nomor 5 tahun 1990 dan menyasar sampai Taman Nasional Komodo yakni PT. KWE yang berada di Pulau Rinca dan PT. FLE di Pulau Padar.

"Pemburu rente menyebarkan invansi investasi dengan menabrak ruang konservasi TN Komodo, ruang regulasi ditabrak dan dikangkangi oleh nafsu profit bisnis," ujarnya.

Ironisnya lagi, smabung dia, para pengusaha tempatan saat ini dihadapkan dengan pasar bebas yang dikuasai mengatasnamakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menguasai aset vital Labuan Bajo mereka kuasai, sehingga masyarakat setempat hanya bisa menonton saja.

"UMKM di Manggarai Barat long ata lonto, lonto ata long (menjadi penonton). Aset-aset vital seperti tanah, TN Komodo, Marina Labuan Bajo, Kapal Ferry Komodo (KMP KOMODO) merupakan milik BUMN, dan petarung UMKM dipersilahkan ruang untuk beradu jotos dengan raksasa Kapitalis," tandasnya.

Untuk itu, Ia mendesak mulai dari pemerintah pusat hingga daerah agar menciptakan regulasi yang melandasi pembangunan ekonomi dengan subjek utama adalah rakyat masyarakat dan menghindari penggunaan terminologi trickle down effect atau efek menetes kebawah sebagai dampak domino pembangunan pariwisata di Manggarai Barat.

"Mesti ada grand design pembangunan yang didasari atas kedaulatan rakyat adalah legitimasi kekuasaan saudara, sehingga jangan berperilaku seperti kacang lupa kulit," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/