Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
20 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
22 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
21 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
23 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
20 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Firli Ngaku Tahun 2002 Sudah Baca Buku yang Diposting Anies, Ternyata Baru Terbit Pertama Tahun 2018

Firli Ngaku Tahun 2002 Sudah Baca Buku yang Diposting Anies, Ternyata Baru Terbit Pertama Tahun 2018
Ilustrasi Ketua KPK dan Gubernur DKI Jakarta. (Foto: Istimewa)
Selasa, 24 November 2020 18:45 WIB
JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri turut mengomentari postingan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat membaca buku 'How Democracies Die'. Anies memposting fotonya saat membaca buku 'How Democracies Die' melalui akun resmi instagram pada Minggu, 22 November 2020.

Menurut Firli, buku 'How Democracies Die' yang dibaca Anies Baswedan dan kemudian diposting di halaman instagramnya, adalah buku lama. Firli mengklaim, dirinya sudah lama membaca buku tersebut, jauh sebelum Anies Baswedan.

"Kemarin saya lihat ada di media, Pak Anies membaca 'How Democracies Die'. Sebelum itu ada bukunya 'Why Nations Fail', itu sudah lama saya baca pak, tahun 2002 saya sudah baca buku itu," ujar Firli, dilansir Okezone Selasa (24/11/2020).

"Kalau ada yang baru baca sekarang, kayak baru bahwa ya itu udah lama. Nah makanya banyak yang mengkritisi. Udah lama buku itu pak," imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan isi dalam buku 'How Democracies Die' tersebut. Salah satunya isi dalam buku tersebut, kata Firli, kegagalan negara dalam mencapai tujuannya adalah karena maraknya tindak pidana korupsi.

"Disitu (buku How Democracies Die) dikatakan salah satunya negara banyak gagal menuju tujuannya karena korupsi," ungkap Firli.

"Karena korupsi tidak hanya sekadar kejahatan merugikan keuangan negara, tidak hanya kejahatan sekedar merugikan perekonomian negara, tetapi korupsi adalah kejahatan yang merasuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan," sambungnya

Firli tak memungkiri, perilaku korupsi dapat merusak seluruh sendi kehidupan. Dia menyebut, penanganan korupsi dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, melakukan penyelamatan keuangan dan negara.

Kemudian yang kedua, menjamin tersampaikannya hak-hak politik dan sosial. Terakhir atau yang ketiga, ujar Firli, menjamin keselamatan bangsa dan warga negara. "Tiga hal itu yang harus kita pahami Kenapa kita harus melakukan pemberantasan korupsi," pungkasnya.

Namun pernyataan Firli jadi perbincangan netizen. Berdasarkan penelusuran, buku 'How Democracies Die' baru terbit pertama pada tahun 2018. Sedangkan buku 'Why Nation Fail' terbit pertama tahun 2012. Lalu buku apa yang dibaca Firli pada tahun 2002 itu?

Aktivis Ravio Patra menertawai klaim Firli melalui akun twitternya. "LMAO", celetuknya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Okezone.com
Kategori:Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/