Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
2
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
Olahraga
14 jam yang lalu
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
3
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
4 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
4
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
3 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Home  /  Berita  /  Olahraga

Airlangga Hartarto Pantas Jadi Ikon Olahraga di Tengah Pandemi Covid 19 

Airlangga Hartarto Pantas Jadi Ikon Olahraga di Tengah Pandemi Covid 19 
Jum'at, 11 Desember 2020 21:10 WIB
Penulis: Azhari Nasution
DI tengah pandemi Covid 19, Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) boleh dibilang paling aktif dalam menjalankan program pembinaan. Bukan hanya menjalankan program pelatnas, tetapi organisasi beladiri asal China ini aktif menggelar event.

Rasanya pantas jika Ketua Umum PB WI, Airlangga Hartarto menjadi ikon pembinaan olahraga Indonesia. Kenapa demikian? Di saat cabang olahraga lain belum bergerak, PB WI sukses menggelar Virtual Wushu Championship Indonesia (VWC) Seri I yang digelar, 10-17 Oktober 2020. Kini, Virtual Wushu Championship Indonesia Seri II yang juga kembali digelar 1-11 Desember 2020. 

Yang mengangetkan, peserta VWC Seri II ini membludak. Sebanyak 1.000 atlet junior dari 83 sasana sudah tercatat. Jumlah ini melebihi pada Seri I yang diikuti 632 atlet dari 50 sasana se-Indonesia. Belum lagi, tampilnya sasana wushu dari Singapura, Brunai, Macao, dan Kazakhstan untuk tingkat internasionalnya. Boleh dibilang wushu telah membuat sejarah sebagai cabang olahraga pelopor event dilakukan secara live di Indonesia di tengah pandemi Covid 19.

Pada periode kedua memimpin PB WI, Airlangga Hartarto benar-benar melakukan revolusi total sistem pembinaan. Sasana wushu benar-benar dijadikan ujung tombak pembinaan. Seperti kata Sekjen PB WI, Ngatino bahwa pelaksanaan VWC  ini akan dijadikan sebagai pendataan atlet dan sasana  serta meraih atlet terbaik untuk dipersiapkan menuju event internasional. 

Kalimat mengumpulkan data dan mencari atlet terbaik yang disebut Ngatino itu memang sangat sederhana. Namun, tujuannya sangat dalam. Dengan adanya data tersebut praktis perebutan atlet yang selama ini terjadi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) akan bisa dengan cepat diselesaikan sesuai peraturan yang berlaku. 

Dari data itu juga bisa diihat sejauh potensi daerah untuk melahirkan atlet wushu berkualitas dan mengevaluasi kinerja Pengurus Provinsi (Pengprov) WI dalam mendorong pembinaan sasana-sasana wushu yang berada di wilayahnya.

Yang lebih penting lagi, keberadaan VWC ini jelas mempermudah sasana yang berada di seluruh daerah untuk ambil bagian. Sebab, pengelola sasana atau orang tua atlet tidak perlu mengeluarkan biaya akomodasi dan transportasi untuk mengikuti kejuaraan yang berada di berbagai daerah.  Bahkan, VWC ini membuka peluang atlet wushu junior berkualitas untuk meraih tiket ke pelatnas wushu yang akan dipersiapkan menuju event internasional.

Tak ada lagi penyekat yang bisa menghalangi atlet terbaik karena semua mata memandang secara live penampilannya. Kedekatan dengan pengurus maupun asal sasananya sudah tak lagi berlaku. Di sini  bukan hanya memacu sasana untuk berprestasi tetapi wujud konsep sasana menjadi ujung tombak benar-benar terealisasi. 

Dampak lain juga akan munculnya persaingan ketat antar atlet dan gengsi sasana wushu sehubungan dengan ketentuan yang diberlakukan dimana atlet junior terbaik Seri I dan Seri II harus berjuang lagi pada Sirkuit Wushu 2021 untuk menembus Tim Nasional (Timnas) Wushu Indonesian. Kebanggaan sebagai anggota Tim Nasional (Timnas) Wushu akan terpatri dalam hatinya karena mereka adalah atlet best of the best.

Berbicara masalah pelatnas junior mungkin tidak ada salahnya jika PB WI tidak menerapkan sistem sentralisalisasi di Jakarta. Kenapa demikian? Berbagai persoalan dipastikan akan banyak terjadi. Dari atlet yang rata-rata berusia muda yang rindu orang tua, kampung halaman atau kekhawatiran orang tua terhadap masalah pendidikan anaknya jika mengikuti pelatnas.

Mungkin ada baiknya PB WI memikirkan sistem pelatnas junior desentralisasi yang dibagi dalam 2 wilayah apalagi dari hasil VWC Seri II dan VWC Seri II lebih didominasi atlet Pulau Jawa. Yakni, Wilayah I dipusatkan di Jakarta dengan memilih sasana yang dianggap memadai. Sedangkan Wilayah II di Jawa Timur bisa dipusatkan di Sasana Wushu yang berada di Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Dengan demikian, para atlet muda yang berada di Jawa Timur bisa dengan gampang mengobati kerinduan terhadap orang tua bisa cepat terobati karena jaraknya dekat. Manfaat lain, pelatih sasana daerah punya kesempatan menimba ilmu cara yang baik menangani atlet pelatnas junior di bawah arahan PB WI.

Penulis: Azhari Nasution, wartawan Gonews.co Group  

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/