Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
2
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
20 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
3
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
22 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
21 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
23 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
20 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Home  /  Berita  /  Umum

50 Tahun Tanpa Renovasi, Masjid Pusat Pembinaan Mualaf Terancam Roboh

50 Tahun Tanpa Renovasi, Masjid Pusat Pembinaan Mualaf Terancam Roboh
Masjid Al Jihad, pusat pembinaan mualaf di Blok Pugag, Dusun Kujangsari, Desa Kutawaringin, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (republika.co.id)
Jum'at, 22 Januari 2021 09:33 WIB
KUNINGAN -- Masjid Al Jihad yang terletak di Blok Pugag, Dusun Kujangsari, Desa Kutawaringin, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah umat Islam, tapi juga merupakan pusat pembinaan bagi mualaf.

Namun sangat menyedihkan, saat ini masjid tersebut mengalami kerusakan berat pada berbagai bagian. Sebab, sejak didirikan sekitar 50 tahun lalu, masjid tersebut tidak pernah direhab atau mengalami perbaikan sama sekali.

Dikutip dari Republika.co.id, warga Muslim di Blok Pugag berharap Masjid Al Jihad itu segera direhab agar kerusakannya tidak semakin parah.

''Pak, tolong bangunkan masjid ini,'' ujar Ketua Yayasan Mualaf Ikhlas Madani Indonesia (Mukmin), Kabupaten Kuningan, Ade Supriadi, saat menirukan ucapan salah seorang warga di Blok Pugag, Dusun Kujangsari, Desa Kutawaringin, Kecamatan Selajambe.

Ade mengaku sangat miris dan prihatin mendengar permintaan warga tersebut. Menurutnya, perbaikan terhadap masjid itu memang harus segera dilakukan.

Dituturkannya, plafon masjid telah berlubang-lubang sehingga bocor saat hujan. Lantai keramiknya pun sudah banyak yang pecah, bahkan terlepas. Tembok mulai rapuh dan kayu penyangga masjid juga sudah lapuk dimakan usia.

Ade mengkhawatirkan, Masjid Al Jihad terancam roboh bila tidak segera direhab.

''Masjid itu dikhawatirkan mau roboh, sudah tidak layak,'' kata Ade, kepada Republika, Kamis (21/1).

Padahal, Masjid Al Jihad merupakan satu-satunya masjid di daerah tersebut. Meski hanya berukuran 8x8 meter persegi, namun masjid itu menjadi tempat ibadah utama bagi Muslim di sana, termasuk untuk penyelenggaraan shalat Jumat.

Selain menjadi tempat ibadah shalat lima waktu, Masjid Al Jihad selama ini juga menjadi pusat pembinaan para mualaf di dusun tersebut. Di masjid itulah pengurus dan relawan Yayasan Mukmin memberikan pembinaan kepada para mualaf.

Pembinaan yang diberikan kepada mualaf itu terutama yang menyangkut akidah, ibadah, fikih, maupun sosial ekonomi. Diharapkan, pembinaan tersebut bisa menjadi benteng yang menguatkan  keimanan para mualaf dan Muslim dari godaan akidah di tengah kesulitan mereka

Ade menyebutkan, jumlah warga di Blok Pugag ada 70 jiwa atau 21 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, tiga perempat di antaranya merupakan mualaf dan Muslim sejak lahir. Sedangkan seperempat lainnya, merupakan non muslim.

Secara geografis, Blok Pugag terletak di atas bukit dengan ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Akses menuju blok itu pun hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, tidak bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor. Kondisi itu cukup menguras tenaga mengingat jarak Blok Pugag dengan Desa Kutawaringin sekitar tiga kilometer.

Kondisi geografis itu menjadi salah satu kendala dalam renovasi Masjid Al Jihad. Betapa tidak, untuk sekedar mendatangkan satu sak semen, harus diangkut dengan menggunakan motor trail yang telah diberi rantai pada bannya. Hanya motor seperti itu yang sanggup menaiki jalan menanjak, terjal dan licin untuk sampai ke lokasi.

‘'Itupun hanya bisa dilakukan oleh pemuda Pugagnya saja yang sudah terbiasa. Kalau kami tidak bisa menghadapi medan seperti itu, takut jatuh ke jurang,'' tutur Ade.

Belum lagi untuk mengangkut berbagai bahan bangunan lainnya. Karenanya, anggaran renovasi masjid menjadi membengkak karena tingginya biaya akomodasi.

Ade memperhitungkan, untuk merenovasi Masjid Al Jihad, sebenarnya hanya butuh anggaran kurang lebih Rp120 juta. Namun, akibat sulitnya akses untuk mengangkut bahan-bahan bangunan, biaya yang dibutuhkan pun membengkak menjadi sekitar tiga kali lipatnya.

Tak jauh dari lokasi Masjid Al Jihad, berdiri pula tempat ibadah non Muslim. Namun, berbeda dengan Masjid Al Jihad, bangunan tempat ibadah non Musim itu berdiri megah dan kokoh.

Untuk itu, Ade berharap, ada uluran tangan dari para hamba Allah SWT untuk membantu renovasi Masjid Al Jihad. Dengan demikian, kaum Muslim di Pugag bisa beribadah lebih khusyuk di masjid tersebut dan pembinaan mualaf bisa berjalan lebih baik.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Umum
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/