Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
8 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
Umum
16 jam yang lalu
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
3
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
8 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
4
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
4 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
5
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
4 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
6
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
Pemerintahan
6 jam yang lalu
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Aktivis Trisakti 98 Ingin Mahasiswa yang Gugur dalam Gerakan Reformasi Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Aktivis Trisakti 98 Ingin Mahasiswa yang Gugur dalam Gerakan Reformasi Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Para Aktivis 98 saat bersama Bunda Tety (Alm), Ibunda pejuang Reformasi Elang Mulya Lesmana. (Foto: Istimewa)
Rabu, 10 November 2021 23:18 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Ketua Persatuan Persaudaraan Trisakti (PAPERTI) 98, Iwan Kurniawan ST, mengatakan Gerakan reformasi 1997-1998 telah mengubah sejarah Indonesia. Gerakan yang ada menurutnya bukan hanya mengakhiri kekuasaan sebuah rezim kediktatoran yang berdiri kokoh selama 32 tahun, Orde Baru, tetapi juga telah melahirkan lanskap baru politik Indonesia yang demokratis.

"Gerakan Reformasi adalag suatu tatanan yang diniatkan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme," ujarnya, Rabu (10/11/2021) di Jakarta.

"Suatu era politik baru di mana supremasi kekuasaan sipil dan kedaulatan hukum ditegakkan," tambahnya.

Dalam era inilah kata Iwan, Indonesia baru di mana cita-cita proklamasi hendak diwujudkan kembali secara otentik. Menurut pria yang akrab disapa Iwan ini, Gerakan Reformasi dicetuskan para aktivis mahasiswa. Gerakan yang ingin tumbangnya kekuasaan Orde Baru yang korup. "Gagasan ini sesungguhnya melampaui perdebatan mengenai hakikat gerakan mahasiswa dalam dikotomi sebagai gerakan moral atau gerakan politik," ujarnya.

Dikatakan, bila ide esensial yang diperjuangkan adalah perubahan, maka gerakan mahasiswa memang selaluh menempati posisi sentral yang mempengaruhi arus perjalanan sejarah. Menurutnya posisi sentral mahasiswa dan kalangan pemuda terpelajar dalam berbagai gerakan untuk mengubah lanskap politik dan kekuasaan memang selalu berulang dalam sejarah Indonesia.
 
Iwan mengajak kita mengenang kembali sejarah bangsa Indonesia di mana peran mahasiswa sangat vital. Sejak jaman pergerakan tahun 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998, gerakan yang dipelopori mahasiswa mampu membawa perubahan-perubahan yang sangat mendasar. "Mereka berjuang dengan mengorbankan segala jiwa dan raga. Mereka yang gugur menjadi kusuma bangsa," tuturnya.
 
Diungkapkan dalam Gerakan Reformasi Tahun 1998, dua puluh tiga tahun yang lalu, gugur empat mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. "Mereka adalah pejuang dan tonggak bangsa dalam menyongsong era baru walaupun kasusnya tak kunjung terungkap," tandasnya.
 
Pengorbanan sebagai pendobrak dan pembawa perubahan membuat pemerintah menetapkan mereka sebagai pejuang reformasi. Dalam Keppres 057/PK/2005 tertanggal 15 Agustus 2005, mereka ditetapkan sebagai pejuang reformasi atas jasa-jasanya yang besar kepada bangsa Indonesia. "Dengan pengorbanan jiwa, keempatnya telah mendorong bergulirnya reformasi yang telah memungkinkan perubahan besar dan mendasar dalam tata kenegaraan," ujar Iwan.
 
Perubahan yang terjadi memungkinkan kehidupan bernegara yang lebih demokratis, demikian pernyataan dalam keppres tersebut. Sebagai pahlawan reformasi mereka juga dianugerahi Bintang Jasa Kehormatan Pratama. Penganugerahan itu disampaikan langsung Presiden SBY kepada orangtua keempat pahlawan reformasi di Istana Negara.
 
Ditambahkan oleh Sekretaris Jenderal PAPERTI 98 Saidu Solihin, jasa mereka dalam perjuangan reformasi sangatlah vital. "Mereka adalah bagian dari ribuan mahasiswa yang turun ke jalan untuk menentang dan melawan kekuasaan yangh menyimpang," ujarnya.

Para mahasiswa yang turun ke jalan mewakili harapan banyak mahasiswa Indonesia lainnya yang menginginkan perubahan. "Menginginkan tatanan baru  yang menjalankan amanah sesuai cita-cita nasional para pendiri bangsa. Untuk itu mereka pantas untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional," ujar Saidu
 
Semangat pergerakan mahasiswa yang masih ada sampai saat ini menrutnya adalah merupakan bukti nyata bahwa hingga kini warisan spirit dari keempat pejuang tersebut masih terus hidup dan masih terus dikenang, mereka tidak gugur sia-sia, mereka masih hidup bersama-sama kita untuk menuntaskan cita-cita dan agenda reformasi.
 
"Seharusnya pemerintah sekarang, yang menikmati hasil perjuangan dari reformasi, dapat menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Reformasi untuk keempat pejuang reformasi tersebut. Pemerintah jangan pernah melupakan sejarah JAS MERAH dan juga harus hadir dalam penuntasan kasus gugurnya empat pejuang reformasi," tegasnya.
 
Berkah Gerakan Reformasi menurut Saidu Solihin telah membawa bangsa ini berada dalam suasana yang demokratis, kebebasan pers, berserikat, berkumpul, dan mengkritik kepemimpinan pemerintahan. Meski demikian ditegaskan, segala kebebasan tersebut haruslah dimaknai dengan penuh tanggung jawab, harus dihayati proses perjuangannya yang telah dicapai dengan pengorbanan dari pendahulu-pendahulu dan pahlawan-pahlawan bangsa Indonesia.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/