Home  /  Berita  /  Olahraga

Kabid Binpres PP Pelti Akui Masih Banyak PR Harus Diselesaikan

Kabid Binpres PP Pelti Akui Masih Banyak PR Harus Diselesaikan
Kabid Binpres PP Pelti, Suharyadi. (Dok. Pribadi)
Senin, 29 Mei 2023 10:34 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Timnas Tenis Lapangan Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan mengoleksi 4 emas, 2 perak, dan 3 perunggu pada cabang olahraga tenis SEA Games 2023 Kamboja. Sebanyak 4 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu dihasilkan Pasukan Merah Putih yang dibentuk Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) pimpinan Edward Omar Sharif Hiariej.

Ke-4 medali emas tersebut dipersembahkan Tim Beregu Putri (Priska Madeylin, Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, dan Jessy Rompies), pasangan Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi (Ganda Campuran), Priska Madelyn Nugroho (tunggal putri), dan Muhammad Rifqi Fitriadi (tunggal putra).

Meski sukses meraih prediket juara umum pada pesta olahraga multievent negara-negara Asia Tenggara edisi ke-32 itu, Edward Omar Sharif Hiariej yang menjabat sebagai Wakil Menteri Hukum dan HAM ini punya segudang Pekerjaan Rumah (PR) dalam upaya mempertahankan prestasi dan juga mengembalikan kejayaan tenis meja Indonesia.

Hal itu diungkapkan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PP Pelti, Suharyadi saat dihubungi Minggu (28/5/2023) malam. "Kita memang sukses merebut gelar juara umum di SEA Games 2023 Kamboja. Tetapi, PB Pelti itu masih punya banyak PR yang harus diselesaikan dalam upaya mempertahankan serta mengembalikan kejayaan tenis Indonesia ke depan," kata Suharyadi.

"Tenis itu merupakan cabang olahraga resmi dipertandingkan di Olimpiade. Dan, perjalanan tenis Indonesia juga cukup membanggakan sebelumnya. Jadi, wajar saja jika Pak Omar Sharif Hiariej punya keinginan PP Pelti yang dipimpinnya kembali melahirkan petenis Indonesia yang tangguh sebagai pengganti pasangan Atet Wiyono/Yustedjo Tarik, Suharyadi/Wailand Walalangi dan juga Yayuk Basuki serta Susana Anggarkusuma yang pernah meraih medali emas pada Asian Games. Begitu juga dengan keinginan menempatkan petenis Indonesia berada dalam jajaran Kontingen Indonesia yang tampil di Olimpiade," tambahnya.

Sebenarnya, kata Suharyadi, PP Pelti sudah punya blue print pembinaan dan sudah terbukti hasilnya. Namun, blue print yang lahir di era PB Pelti di bawah kepemimpinan Moerdiono itu tidak dijalankan secara utuh. Hal ini menjadi penyebab minimnya petenis unggulan yang muncul sebagai penganti petenis senior.

"PP Pelti (Red-sebelumnya PB Pelti) itu sudah punya blue print pembinaan yang cukup bagus pada era kepemimpinan Pak Moerdino. Saya, Wailand Walalangi, Yayuk Basuki, Susana Anggar Kusuma, dan Tintus Arianto Wibowo itu merupakan hasilnya. Tetapi, blue print itu tidak dijalankan secara utuh sampai era kepemimpinan Pak Rildo Anwar yang berakhir pada 2023. Akibatnya, regenerasi atllet tenis Indonesia tidak terjaga dengan baik. Itu bisa dilihat dari keberadaan petenis senior di jajaran petenis elit nasional hingga saat ini."

Penyebab tidak terjaganya regenerasi ini, kata Suharyadi, minimnya kegiatan Pengprov Pelti se-Indonesia dalam menggelar event tingkat junior dan senior. Hal ini terkait dengan ketidakmampuan pengurus Pengprov Pelti mencari sumber dana penyelenggaraan. Baik itu dari pemerintah daerah maupun sponsor. Apalagi, cabor tenis itu tidak termasuk dalam daftar cabang olahraga Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

"Dulu kita punya banyak event di berbagai daerah baik skala daerah maupun nasional. Tetapi, sekarang semuanya sudah terhenti. Saat saya tanyakan kenapa? Pengurus Pengprov Pelti menyebut terkendala dana. Ini PR yang harus diselesaikan karena dalam menjalankan program pembinaan PB Pelti kan tidak bisa bekerja sendiri tanpa ada dukungan dari Pengprov Pelti se-Indonesia," bebernya.

Bukan hanya minimnya kejuaraan di daerah, kata Suharyadi lagi, hilangnya klub-klub tenis juga ikut mempengaruhi. "Dulu, PP Pelti terbantu dengan keberadaan klub tenis besar antara lain Pelita Jaya, UMS, Mercu Buana, dan Nugra Santana yang merekrut petenis potensial dan membiayainya mengikuti turnamen di tingkat nasional dan internasional. Kini, klub-klub tersebut sudah tidak ada lagi. Makanya, PP Pelti memberikan apresiasi adanya RANS Tenis yang dibentuk pengusaha muda Raffi Ahmad dengan menggandeng peraih emas SEA Games 2023 Kamboja, M Rifqi Fitriadi. Dan, kita berharap kemunculan RANS Tenis ini bisa memicu kemunculan klub tenis lainnya sehingga gairah tenis di Tanah Air kembali semarak," katanya.

Tidak hanya itu, jelas Suharyadi, berkurangnya lapangan tenis yang menjadi sentra pembinaan nasional dan junior juga menimbulkan persoalan tersendiri. Makanya, peran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sangat dibutuhkan dalam menyediakan lapangan pengganti yang bisa dijadikan sentra pembinaan nasional untuk senior dan junior.

"Jumlah lapangan untuk sentra pembinaan tenis nasional sudah jauh berkurang. Dulu di Komplek GBK Senayan Jakarta, kita punya 20 lapangan standar internasional tetapi saat ini hanya tinggal 4 lapangan saja. Sedangkan lapangan tenis di Kemayoran, Jakarta Pusat yang biasanya sentra pembinaan junior dan tempat pertandingan sudah tidak ada lagi. Makanya, kita berharap Kemenpora melalui Mas Menteri Dito Ariotedjo bisa mengupayakan adanya lapangan pengganti yang sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan prestasi atlet tenis Indonesia," tambahnya.

Terkait hilangnya klub besar, kata Suharyadi, posisinya memang telah tergantikan dengan munculnya tempat-tempat pelatihan tenis. Tetapi, hal itu belum banyak membantu dalam upaya meningkatkan prestasi tenis Indonesia. Karena, petenis berkualitas yang diciptakan dari tempat-tempat latihan tersebut hanya dijadikan sebagai daya tarik dalam perekrutan petenis baru.

"Makanya peran Pengprov-pengprov Pelti sangat dibutuhkan dalam merekrut petenis-petenis berkualitas untuk dibina dalam sentra pembinaan dan diikutsertakan dalam turnamen-turnamen tingkat nasional dalam upaya meningkatkan prestasinya. Jadi, PP Pelti bisa terbantu dalam menjaring petenis berkualitas yang menjadi penghuni pelatnas untuk diterjunkan membela Merah Putih pada single maupun multi event internasional," jelas Suharyadi.

Diakui Suharyadi, tenis Indonesia sudah semakin menggeliat dengan kehadiran RANS Tenis. Begitu juga dengan adanya Sirkuit Tenis khusus putra yang dimotori Medco dan BNI. "Kehadiran RANS Tenis dan Sirkuit Tenis khusus putra yang diinisiasi Medco dan BNI ini sangat membantu program pembinaan tenis Indonesia. Dan, kita masih membutuhkan adanya Women Sirkuit dalam rangka mendongkrak prestasi petenis wanita," ungkapnya.

Terkait Sirkuit Tenis bertajuk BNI-MedcoEnergi Internasional Tennis M25K yang digelar dalam lima seri ini, lanjut Suharyadi, PP Pelti terus berupaya mendorong petenis nasional lainnya ikut ambil bagian.

"Memang masih ada petenis nasional yang enggan ambil bagian untuk menghadapi petenis luar negeri berkualitas dalam upaya menaikkan peringkatnya di sirkuit tersebut. Makanya, kita mencoba mengubah mindset mereka sehingga tidak lagi mengutamakan tampil di turnamen lokal hanya mengejar hadiah," tutupnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/