Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
12 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
3
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
15 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
4
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
12 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
21 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah

Setelah 2 Ulama, Giliran Santri Ponpes Dianiaya di Jabar, Korban Dibacok dan Dipukul Pakai Bambu

Setelah 2 Ulama, Giliran Santri Ponpes Dianiaya di Jabar, Korban Dibacok dan Dipukul Pakai Bambu
Ilustrasi penganiayaan. (int)
Senin, 05 Februari 2018 18:33 WIB
GARUT - Setelah dua ulama, kini giliran santri pula menjadi korban penganiayaan di Jawa Barat (Jabar), Sabtu kemarin.

Dikutip dari republika.co.id, Abdullah, santri asal Pondok Pesantren Al Futuhat di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jabar, dipukuli dan dibacok dengan senjata tajam oleh sejumlah pria di Desa Karangtengah, Kecamatan Kadungora pada Sabtu (3/2) malam.

Pimpinan Ponpes Al Futuhat KH Ahmad Syatibi mengungkapkan memang diketahui sempat ada dua perempuan yang menanyakan lokasi Ponpes pada Sabtu siang. Tapi saat itu ia tak menaruh curiga.

Kemudian pada malam harinya, salah seorang santrinya atas nama Abdullah didatangi oleh seseorang yang menyebut telah terjadi kecelakaan tak jauh dari Ponpes. Abdullah diminta ikut membantu menolong korban kecelakaan. Lalu berangkatlah Abdullah bersama orang tersebut. Tapi diperkirakan korban justru dibawa sejauh empat kilometer dari lokasi Ponpes hingga sampai daerah Kadungora.

 ''Korban dibawa seseorang yang minta tolong bantuan katanya ada kecelakaan sekitar empat kilo dari arah Ponpes. Lalu pihak korban diturunkan dari motor, lalu setelah ditinggalkan ada enam orang berperawakan besar,'' katanya pada wartawan saat pra rekonstruksi bersama Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, Senin (5/2).

Kemudian, keenam orang tersebut tak langsung menganiaya korban. Mereka menanyakan terlebih dahulu perihal korban mondok, dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah diketahui santri berasal dari Ponpes Al Futuhat, keenam orang itu menganiaya korban.

''Enam orang berperawakan besar nanya pakai bahasa Sunda karena korban pakai atribut Ponpes ditanya, 'maneh santri haji (KH Ahmad Syatibi)? santri jawab iya'. Lalu ada pemukulan, dibacok golok, pisau tapi anak itu selamat, baru anak itu roboh saat dengan dipukul bambu," ujarnya.

Beruntung santri tersebut dapat selamat dari kejadian. Korban pun segera menuju Ponpesnya untuk melapor. KH Ahmad merasa tak bermusuhan dengan pihak manapun. Sehingga ia heran ada santrinya jadi sasaran penganiayaan.

''Sejam kemudian korban jalan kaki datang ke Ponpes, saya ada acara lalu baru setelah selesai laporkan ke saya. Tidak tahu siapa orang itu, saya merasa tidak ada musuh. Harapan semua jaga keselamatan NKRI, masyarakat jaga ulama, karena kemerdekaan ini termasuk atas jasa ulama,'' tuturnya.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/