Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
11 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
11 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
11 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
5
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Olahraga
23 jam yang lalu
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
6
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
5 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir

Peneliti Ungkap Hubungan Patah Hati dengan Kanker

Peneliti Ungkap Hubungan Patah Hati dengan Kanker
Ilustrasi patah hati. (int)
Sabtu, 20 Juli 2019 08:54 WIB
NEW YORK - Stress-induced cardiomyopathy atau takotsubo cardiomyopathy (patah hati) bisa menyebabkan seseorang berumur pendek. Buktinya, sejumlah orang meninggal dunia tak lama setelah pasangannya atau orang yang dicintainya meninggalkannya.

Dikutip dari republika.co.id yang melansir CNN pada Jumat (19/7), saat patah hati seseorang biasanya tiba-tiba merasakan sakit pada bagian dada yang disebabkan oleh lonjakan jumlah hormon stres. Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of the American Heart Association, ditemukan fakta bahwa patah hati dapat berkaitan dengan kanker.

Studi itu mendapati satu dari enam orang dengan sindrom patah hati juga menderita kanker. Mereka lebih berpotensi meninggal dalam lima tahun setelah diagnosis, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami sindrom patah hati. Meskipun, para peneliti menunjukkan hubungan antara sindrom patah hati dan kanker belum sepenuhnya dieksplorasi.

Riset ini melibatkan 1.600 pasien dengan sindrom patah hati. Akan tetapi para peneliti tidak menemukan sebab akibat. Penelitian hanya menjelaskan bahwa ada hubungan antara keduanya.

Di satu sisi, bagi orang-orang yang menderita kanker atau sindrom patah hati, hal ini tidak selalu menjadi alasan untuk khawatir. Ini berarti bahwa pasien dengan sindrom patah hati mungkin harus menjalani lebih banyak skrining untuk memantau pertumbuhan kanker.

Dalam penelitian itu disebutkan jumlah pasien yang mengalami patah hati dan serangan kanker ganas cukup besar. Hal ini terjadi karena riwayat keganasan dapat meningkatkan resiko sindrom patah hati. Karena itu, skrining yang tepat untuk keganasan kanker harus dipertimbangkan pada pasien dengan sindrom patah hati. ***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/