Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
18 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
18 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
12 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
5
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
13 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
10 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel

Profesor Ganteng Ini Diboikot Mengajar Gara-gara Beragama Islam

Profesor Ganteng Ini Diboikot Mengajar Gara-gara Beragama Islam
Profesor Firoz Khan. (indiatimes)
Senin, 02 Desember 2019 11:14 WIB
NEW DELHI - Pimpinan Universitas Hindu Banaras (BHU), Kota Varanasi, India, tiga pekan lalu menunjuk Profesor Firoz Khan mengajarkan sastra Sansekerta. Namun hingga kini Firoz belum bisa mengajar, karena diboikot para mahasiswa.

Dikutip dari inilah.com, para mahasiswa memrotes penunjukan Khan mengajarkan sastra Sansekerta karena sang guru besar tersebut beragama Islam.

Mereka mengatakan seseorang yang beragama Islam tidak dapat mengajarkan bahasa yang sering dikaitkan dengan agama Hindu kuno. Rajnish Kumar dari BBC melaporkan, seperti diberitakan BBC Indonesia, Senin (2/12/2019).

Ketika Firoz Khan ditawari pekerjaan pertamanya untuk mengajar sastra Sansekerta di Universitas Hindu Banaras (BHU) yang bergensi, pria berparas ganteng itu merasa sangat gembira.

Ketika berita tentang penugasannya beredar di kampus pada 6 November silam, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari sekitar 30 orang melakukan aksi duduk di luar kantor wakil dekan untuk melakukan demonstrasi. Karena menurut mereka, tidak tepat bagi seorang profesor Muslim mengajarkan sastra Sansekerta.

Namun, hubungan Profesor Khan dengan bahasa klasik yang termasuk dalam bahasa Indo-Aryan dan menjadi akar dari banyak bahasa India, cukup personal.

''Ketika ayah saya memutuskan untuk mengirim saya sekolah, ia memilih sekolah yang mengajarkan dalam bahasa Sansekerta, sebab dia juga mempelajarinya dan menyukai bahasa itu. Kecintaaan saya dan pergaulan saya dengan bahasa Sansekerta dimulai ketika saya masih kecil di sekolah,'' katanya.

Pada masa India kuno, Sansekerta adalah bahasa utama yang digunakan oleh para sarjana dan kadang-kadang disebut sebaga devabhasa, atau bahasa para dewa.

Kini, bahasa itu digunakan oleh kurang dari 1% orang India dan sebagian besar digunakan oleh para pendeta Hindu dalam upacara keagamaan.

Partai Bharatiya Janata yang kini tengah berkuasa memiliki agenda untuk menghidupkan kembali bahasa tersebut, yang terkait erat dengan agama dan teks-teks agama Hindu.

Chakrapani Ojha, salah satu mahasiwa yang memimpin aksi protes adalah anggota Akhil Bharatiya Vidyarthi Parishad, organisasi sayap mahasiswa BJP. Dia mengatakan penunjukkan Profesor Khan melanggar hukum universitas.

Namun, para pejabat dari universitas tidak setuju. Mereka menyebut bahwa Khan tidak melanggar aturan apa pun.

''Universitas dengan suara bulat memilih kandidat terbaik untuk pekerjaan itu,'' kata seorang pejabat kampus.

Namun, bagi sebagian mahasiswa yang menentang, masalah utamanya terletak pada agama yang dianut Khan.

''Jika seorang profesor mengajar di Fakultas Sansekerta, maka kebesaran agama Hindu akan terpengaruh,'' ujar Anand Mohan Jha.

Di tengah seruan pemecatannya, ada juga guru yang mendukung Profesor Khan.

''Selama lebih dari 30 tahun, seorang pria Hindu mengepalai departemen yang mencakup bahasa Urdu, Farsi dan Arab. Bahkan, dia memiliki gelar yang memungkinkannya untuk mengajarkan Alquran,'' ujar Kepala Departemen Urdu di universitas itu, Aftab Ahmad Afaqi.

''Departemen Urdu juga memiliki profesor-profesor Hindu. Agama dan bahasa adalah dua hal yang sangat berbeda,'' tambahnya.

Mahasiswa telah berhenti melakukan aksi di kampus, namun mereka mengatakan akan terus memboikot kelas sampai profesor diberhentikan.

Kendati begitu, Profesor Khan mengatakan dia tak mengerti apa hubungan agama dengan keahliannya dalam bahasa.

''Mengapa jadi masalah jika seseorang dari agama tertentu belajar dan mengajar bahasa yang terkait dengan agama lain? Saya belajar Sansekerta karena saya ingin memahami sastra bahasa ini.''

''Dikatakan bahwa prestise India memiliki dua sisi untuk itu--satu untuk bahasa Sansekerta dan yang lainnya bahasa yang diterjemahkan dalam budaya. Jika Anda ingin memahami India, Anda tidak dapat melakukannya secara keseluruhan tanpa membaca bahasa Sansekerta,'' kata Khan.

Betapa pun, banyak mahasiswa yang mendukung sang profesor. Pada aksi dukungan yang dilakukan untuknya, mahasiwa membawa spanduk bertuliskan, ''Kami mendukungmu, Dr Firoz Khan''.

''Aksi protes terhadapnya itu bodoh dan sewenang-wenang,'' ujar seorang mahasiswa, Rashmi Singh.

''India adalah negara yang demokratis dan sekular, pemilihan seorang profesor tidak dapat didasarkan pada agama atau kasta.''. ***

Editor:hasan b
Sumber:inilah.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/