Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
14 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
14 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
14 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
14 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
14 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
14 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tahukah Anda, Menulis Itu Ternyata Sebagai Pintu Menuju Peradaban 'Term Of Reference'

Tahukah Anda, Menulis Itu Ternyata Sebagai Pintu Menuju Peradaban Term Of Reference
Para narasumber, saat memberikan paparan materi dihadapan para pelajar.
Senin, 14 Maret 2016 21:57 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Menulis merupakan identitas kehidupan. Dengan menulis, maka seseorang akan terus ada sekalipun jasadnya sudah dipendam tanah. Bahkan seseorang yang rajin menulis maka hidupnya akan "abadi", tak lekang di gerus zaman. Ia senantiasa hidup berkat karya-karyanya. Dan sudah barang tentu, keabadiannya terletak pada karya-karya tulisannya yang dibaca banyak orang, yang pada akhirnya mengalirkan pahala kebaikan bagi si empunya tulisan.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris PT Melvana Media Mujahidin Nur, dalam kegiatan yang ditaja khusus untuk mengkader para penulis profesional, dengan tema "Creative Writing Course" pada tanggal 13 Maret 2016, dan akan berakhir pada 13 Juni 2016, di Kampus Putih Jl KH Hasyim Asyari 1/1 Segeran, Indramayu, Jawa Barat.

"Di kalangan para ulama tradisi menulis merupakan sesuatu yang sangat mereka cintai, yakni al-Ghazali, misalnya, ia berhasil menyusun buku-buku Tahafutul Falasifah, Ihya Ulumuddin, Manthik, Fiqih, Tafsir, Akhlak juga kitab al-Muqidz Minadh dholal (penyelamat kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikiran dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan," ungkapnya kepada Legislatif.co (GoNews Group), Senin (14/03/2016).

Masih menurut Mujahidin, para penulis lainya juga digemari, Imam Syafi’i, Ar-Risalah, Al-Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, al-Musnad yang berisi tentang hadist-hadist Rasulullah yang dihimpun dalam kitab Al-Umm serta ikhtilaf al-Hadist.

"Al-Biruni juga menghasilkan karya besar dalam bidang Astronomi lewat Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma’sud menghadiahkan seekor gajah bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al-Biruni mengembalikan hadiah yang ditermanya itu ke kas Negara. Sebagai bentuk penghargaan, Ma’sud juga menjamin Al-Biruni dengan uang pensiUn yang dapat membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan," cerita Mujahidin yang juga penulis buku kisah Syekh Abdul Rasyid dengan judul The Holy Child ini.

Mujahidin juga menambhakan, Al-Biruni juga menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Selain itu, sang ilmuwan itu pun menulis sederet karya dalam kedokteran, geografi, serta fisika.Al-Biruni telah menulis risalah tentang astrolabe serta memformulasikan table Astronomi untuk Sultan Ma’sud.

"Selain itu, Al-Biruni juga berjasa menuliskan risalah tentang planisphere dan armillary sphere. Dia bahkan mengatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat," tukasnya.

Tradisi menulis juga dilakukan oleh para bapak bangsa Indonesia, Mujahidin juga mencotohkan seperti, Tan Malaka yang mempunyai karya fenomenal berjudul Madilog, Soekarno dengan buku Di bawah bendera revolusi, Mentjapai Indonesia Merdeka, Habibie , Gusdur dan seterusnya selain seorang negarawan mereka adalah juga seorang penulis handal dan terkenal.

"Begitu juga dengan Hatta, Syahrir, Habibie, sampai Gusdur yang juga rajin menulis. Tulisan-tulisan mereka tersebar di berbagai media, jurnal, dan buku. Pemikiran-pemikiran mereka dapat terus kita nikmati untuk diambil saripati hikmahnya sekalipun mereka telah tiada," ujarnya.

Bahkan menurutnya, celotehan-celotehan intelektual para bapak bangsa seperti Gus Dur, juga bakal abadi sampai bumi ini hancur, dapat dikaji tanpa kenal waktu.

"Mereka ada dalam tiap-tiap kalimat tulisannya itu, karya tulisan seseorang (terutama yang diterbitkan baik berupa buku, media cetak, online, dan seterusnya) merupakan alur pemikiran mendalam dan komprehensif atas suatu permasalahan sebagai bentuk sumbangsihnya terhadap masyarakat," papar Mujahidin yang merupakan Presiden The Islah Centre itu.

Dengan tulisannya itu, bukan tidak mungkin, jalan pemikirannya akan dipakai untuk kepentingan banyak orang. Semakin sering dia menulis maka semakin banyak orang percaya bahwa dia seorang ahli berkaitan dengan hal yang ditulisnya.

"Sudah tak terhitung orang yang karena tulisan-tulisannya baik di media maupun buku dikenal masyarakat sebagai seorang ahli di bidang tertentu (sesuai dengan yang ia tulisnya), diundang ke acara-acara seminar, dijadikan narasumber," jelasnya.

Bahkan saat ini menurut Mujahidin, semakin banyak politisi yang memang pada dasarnya membutuhkan publisitas supaya dikenal dan kemudian dipilih ketika pemilihan umum nantinya, menjadikan ruang media atau buku sebagai sarana untuk “pencitraannya”. "Menulis memang akan memberikan efek berganda multiflyer effect , " pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/