Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
8 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
10 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
3 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
3 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
8 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Soal Lintah dan Kutu di Destinasi Wisata, Venna Melinda: Enyahkan Ego Sektoral demi Berkembangnya Danau Toba

Soal Lintah dan Kutu di Destinasi Wisata, Venna Melinda: Enyahkan Ego Sektoral demi Berkembangnya Danau Toba
Anggota Komisi X DPR RI, Venna Melinda. (istimewa)
Jum'at, 24 Februari 2017 20:00 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Menanggapi maraknya isu banyaknya kutu dan lintah serta masih adanya limbah di kawasan Danau Toba Sumatera Utara, Anggota Komisi X DPR yang membidangi Pariwisata mengajak semua elemen untuk menghilangkan ego sektoral.

"Saya merasa bahwa komitmen Presiden Joko Widodo sudah bulat untuk masa depan Danau Toba. Sebuah visi besar untuk meningkatkan percepatan pembangunan pariwisata Danau Toba merupakan agenda yang menjadi bagian dari program "Nawa Cita" yang digagas oleh Presiden pada tahun 2014 lalu. Atas dasar inilah yang menjadikan Menteri Pariwisata, Arief Yahya berani mencanangkan untuk mendatangkan 15 juta wisman dan 265 juta wisnus untuk tahun 2017," ujar Venna Melinda kepada GoNews.co, Jumat (24/2/2017).

Semangat inilah kata dia, yang harus ditularkan dan wajib dijalankan oleh seluruh stakeholder di Danau Toba. "Namun, saya membaca bahwa isu sampah dan limbah yang masuk ke Danau Toba telah menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan Danau Toba," tukasnya.

Oleh karena itu katanya lagi, perlu dilakukan upaya penyelamatan secara bersama-sama dan terintegrasi. "Untuk itu menurut hemat saya, koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten saat ini belum berjalan dengan baik. Hal inilah yang mengakibatkan program penataan dan pelestarian kawasan Danau Toba seolah-olah berjalan sendiri-sendiri dan tidak terintegrasi," paparnya.

Masih kata Venna, belum lagi banyaknya lembaga swadaya masyarakat yang mengatasnamakan peduli Danau Toba dengan program sendiri-sendiri telah menambah disintegrasi program penataan kawasan Danau Toba. "Ego sektoral inilah yang harus diberikan perhatian lebih. Sinergikan budaya suku asli untuk menjaga ekosistem lebih penting lagi bagi saya, saat ini dibutuhkan kerendahan hati dari semua pihak untuk membangun semangat kebersamaan untuk mengintegrasikan program penataan dan kelestarian Kawasan Danau Toba demi penyelamatan kawasan tersebut," tandasnya.

Reformasi sosial dan budaya mencintai lingkungan secara masif harus ditanamkan kepada penduduk lokal yaitu suku Batak sebagai garda lingkungan terdepan di Danau Toba. Pertama katanya, masyarakat lokal yang menetap di Danau Toba harus lebih proaktif dalam melestarikan lingkungan mereka. Kedua, menjaga kebersihan merupakan sebagai faktor penting untuk menarik banyak wisatawan untuk mengunjungi Danau Toba.

"Ketiga, kita bisa mengembalikan kesucian hutan adat yang diwariskan kepada suku Batak. Kenapa Bali bisa maju? Karena mereka masih memegang teguh adat istiadat. Haram bagi masyarakat Bali untuk menodai daerah wisata yang dianggap sakral. Ini adalah hasil dari kekayaan budaya asli (local genious). Terjangan globalisasi dan bisnis bisa bergerak bersama demi kebaikan pariwisata jika kita menghormati budaya lokal. Jika hal ini terjadi, maka keinginan pemerintah untuk memoles Danau Toba menjadi Bali selanjutnya atau bahkan Monako Asia bukanlah mimpi atau dongeng," tandasnya.

Politisi asal Demokrat ini juga mengungkapkan, untuk mengembalikan ekosistem danau tidaklah mudah dan akan memakan waktu puluhan tahun. Oleh karena itu, setiap tindakan atau kegiatan usaha yang membahayakan di Danau Toba harus segera dihentikan.

"Sebagai legislatif, saya mengedepankan kebijaksanaan pemerintah yang saat ini berada di dua sisi mata uang, apakah berpihak kepada masyarakat atau berpihak kepada yang empunya bisnis? Permasalahan yang telah berlangsung lama di depan mata. Seharusnya pemerintah tidak lemah dan gentar dalam melakukan evaluasi yang mengancam kelestarian Danau Toba serta berdiri tegak lurus diatas kepentingan rakyatnya. Bolehlah kita berusaha di kawasan danau Toba, tapi jangan usik pariwisatanya," tandasnya.

Jadi tugas besar kedepan kata dia, yang akan diemban oleh Badan Otorita Danau Toba bersama para bupati di Danau Toba. Walaupun pembentukan Badan Otorita Danau Toba masih dalam perencanaan dan polemik. Sudah sewajarnya, pembentukan Badan Otorita Danau Toba kedepan juga harus melibatkan masyarakat lokal di Danau Toba dan tokoh-tokoh adat setempat agar satunya tujuan pengembangan Danau Toba menjadi Monako Asia dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan visi Presiden Jokowi.

Perhatian lebih juga harus diberikan dalam pegembangkan masa depan Danau Toba. Bahwa tidak hanya berorientasi pada bisnis semata karena keunikan danau terletak pada ekosistem dan budayanya. "Sehingga Danau Toba bukan saja warisan bagi bangsa indonesia dan juga warisan bagi seluruh bangsa di dunia. Mari kita jalankan motto "Save Lake Toba, Save Our Heritage'' demi kemajuan pariwisata Indonesia," pungkas Venna. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/