Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
16 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
16 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
15 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
15 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
15 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
15 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Inflasi Sumut pada April masih Terkendali

Inflasi Sumut pada April masih Terkendali
ilustrasi
Senin, 07 Mei 2018 18:45 WIB
Penulis: Anita
MEDAN - Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi Sumatera Utara di bulan April 2018 terkendali. Hal ini terutama didukung oleh pasokan bahan makanan yang memadai.

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumut, Arief Budi Santoso mengatakan, kondisi tersebut sejalan dengan pola historisnya yang masih berada dalam periode panen. Secara bulanan inflasi tercatat 0,06% (mtm), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,10% (mtm).

"Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan periode laporan inflasi tercatat sebesar 0,43% (ytd) atau 4,43% (yoy). Angka ini masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 3,5% + 1% (yoy)," kata Arief, Senin (7/5/2018).

Diutarakannya, secara spasial, inflasi terjadi di Kota Pematang Siantar sebesar 0,56% dan Kota Padang Sidimpuan sebesar 0,76%. Sementara Kota Medan dan Kota Sibolga mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,01% dan 0,64%.

"Sumber inflasi di bulan ini terutama berasal dari kelompok administered prices dan core inflation. Sementara sumber penahan inflasi berasal dari kelompok volatile food," bebernya.

Kelompok volatile foods (VF), sambung Arief, tercatat deflasi 0,72% (mtm) berbeda arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 1,23% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada sub-kelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan cabai rawit dan sub-kelompok ikan segar.

Hal ini didorong oleh aktivitas panen yang berlangsung sesuai dengan polanya, serta kondusifnya cuaca sehingga pasokan cabai dan ikan di pasaran masih cukup baik. Namun demikian, masih terdapat tekanan pada kelompok VF yang berasal dari komoditi bawang merah seiring dengan kegagalan panen komoditi tersebut di beberapa sentra produksi. Sehingga, secara tahunan, inflasi pada kelompok VF masih tercatat relatif tinggi, yaitu 9,22% (yoy).

"Untuk tekanan inflasi Administered Price cenderung meningkat yaitu mencapai 0,72% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 0,22% (mtm). Meningkatnya tekanan administered price terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara yang ditengarai dipicu oleh kenaikan permintaan tiket pesawat untuk keperluan perayaan Cheng Beng pada 5 April 2018," paparnya sembari menyebutkan, andil inflasi angkutan udara tercatat sebesar 0,12% (mtm).

Selain itu, tekanan pada administered price juga didorong oleh masih terasanya dampak lanjutan kenaikan harga Pertamax sebesar Rp300,- pada akhir bulan Februari. Secara tahunan, inflasi pada kelompok administered prices mengalami tren penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 5,96% (yoy) tahun 2017 menjadi 4,47% (yoy).

Di sisi lain, kelompok core inflation relatif terjaga yang didukung ekspektasi inflasi yang terkelola dengan baik. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,14% (mtm), relatif stabil dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,18% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat relatif rendah, yaitu 1,86% (yoy).

Ke depan, inflasi diyakini dapat tetap terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 3,5%±1% (yoy), namun tetap mewaspadai potensi tekanan inflasi pada bulan Ramadhan.

Untuk itu, dalam ranga mitigasi lonjakan harga khususnya menyambut Ramadhan dan Lebaran, KPw Bank Indonesia Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap yang telah disusun. Dalam jangka pendek, upaya pengendalian difokuskan pada pengelolaan pasokan dan distribusi bahan kebutuhan pokok.

Editor:Fatih
Kategori:Sumatera Utara, Ekonomi, Peristiwa, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/