Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
18 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
2
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
17 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Warga Topang Tak Lagi Bersawah ke Penyalai, Ini Alasannya

Warga Topang Tak Lagi Bersawah ke Penyalai, Ini Alasannya
Senin, 03 Desember 2018 15:20 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Sejak tiga tahun belakangan, warga Pulau Topang Kepulauan Meranti, tak lagi bersawah ke Penyalai, Pelalawan, Riau. Pasalnya, di pulau yang memiliki luas 29,13 KM itu telah ada lahan yang digunakan untuk sawah.

Menurut Syamsuharto Kades Topang, sebelum ini banyak warga Pulau Topang mencari kerja ke Penyalai. Mereka bersawah di sana. Kondisi ini telah berlangsung sejak lama.

Namun, setelah Kepulauan Meranti mekar menjadi kabupaten tersendiri, perlahan-lahan melakukan pembenahan dan pembangunan. Salah satunya pemanfaatan lahan tidur menjadi produktif. Hingga 2018, ribuan lahan di Meranti kini menjadi lahan persawahan produktif.

Khusus di Pulau Topang, saat ini sudah ada lebih 300 hektar lahan persawahan. Produksi padi pun telah mampu mencukupi kebutuhan daerah itu sendiri.

"Hasil sawah mampu mencukupi kebutuhan di sini (Topang-red)," kata Syamsuharto.

Setelah adanya aktivitas bersawah, warga Topang yang dulunya hijrah ke Penyalai kini kembali pulang. Mereka sudah bisa menanam padi di kampung halamannya sendiri.

"Baru tiga tahun belakangan ini lah mereka tak ke Penyalai. Sebab di sini sudah bisa bersawah," ata Syamsuharto.

Dijelaskan Kades dua periode itu, di Topang, dua dari lima dusun (Dusun Makmur dan Dusun Harapan) mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bersawah. Sementara 3 dusun lainnya sebagai nelayan dan petani kelapa. Di samping itu, ada jug warg bekerja di penambangan timah.

''Hampir 80 persen warga kita bertani. Nelayan 10 persen dan sisanya pedagang, buruh, dan lainnya," kata Syamsuharto.

Untuk persawahan, selain membutuhkan tanggul, Desa Topang juga perlu dibangun embung berukuran besar. Air dari embung akan dimanfaatkan untuk mengairi lebih 300 hektar sawah disana, agar produksi padi tak hanya sekali dalam setahun

"Saya sudah membuktikan di Topang bisa bersawah dua kali setahun dan itu berhasil. Hanya saja dibutuhkan air yang cukup," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Peternakan (DKPTPP) Sri Novriani melalui Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Endang Purwati SP mengakui Kepulauan Meranti merupakan wilayah tadah hujan. Artinya, bersawah masih sangat tergantung dengan kondisi alam (musim penghujan).

"Kita daerah tadah hujan. Hanya satu kali dalam setahun," kata Endang. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/