Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
23 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
2
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
21 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
3
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
Olahraga
19 jam yang lalu
Arval Raziel dan Ricky Dhisulimah Ikut Kualifikasi Olimpiade di UEA 
4
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
Olahraga
20 jam yang lalu
Cerita Kekesalan Shin Tae-yong dan Menyebut Takdir Bertemu Korsel di Perempat Final
5
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
Umum
19 jam yang lalu
Nicholas Saputra Soroti Peran Penting Anak Muda Diakui Sebagai Agen Perubahan
6
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Korsel, Rizky Ridho Siap Jalankan Instruksi Demi Capai Target ke Paris
Home  /  Berita  /  Internasional

Tiga Orang Tembak dan Granat Pasien di Rumah Sakit, 16 Tewas, Termasuk 2 Bayi Baru Lahir

Tiga Orang Tembak dan Granat Pasien di Rumah Sakit, 16 Tewas, Termasuk 2 Bayi Baru Lahir
Warga mengevakuasi korban terluka akibat serangan bom bunuh diri, di acara pemakaman komandan polisi di Provinsi Nangahar, Afghanistan, yang dihadiri ribuan orang, Selasa (12/5/2020). (reuter/farwiz/tempo.co)
Rabu, 13 Mei 2020 08:43 WIB
KABUL - Tiga orang pria yang menyamar sebagai polisi melakukan teror di rumah sakit Rumah Sakit Dashti Barchi yang berlokasi di Kabul dan dikelola oleh lembaga non pemerintah, Doctors Without Borders, Selasa (12/5/2020).

Dikutip dari Tempo.co, ketiga pelaku melepaskan tembakan dan melemparkan granat kepada para pasien dan petugas medis di rumah sakit itu. Sedikitnya 16 orang tewas akibat teror di rumah sakit tersebut.

''Pelaku menyerang siapa pun yang berada di dalam rumah sakit. Tanpa peringatan, tanpa alasan yang jelas. Banyak ibu dan anak-anak di dalamnya,'' ujar salah satu saksi mata, Ramazan Ali, sebagaimana dilansir kantor berita Reuters, Selasa (12/5/2020).

Dari 16 korban yang tewas, beberapa di antaranya adalah anak-anak. Bahkan, dua di antaranya adalah bayi yang baru saja lahir.

Dalam tweetnya, Doctors Without Borders menyatakan bahwa insiden terjadi tak lama setelah seorang pasien melahirkan anaknya dengan operasi caesar.

''100 pasien berhasil diselamatkan dari serangan tersebut dan tiga di antaranya adalah warga negara asing,'' ujar pihak Pemerintah Afghanistan dalam keterangan persnya.

Situasi baru terkendali ketika militer Afghanistan diterjunkan ke lokasi.

Teror di Nangahar

Teror juga terjadi di Nangahar, Afghanistan, saat kepolisian setempat tengah melakukan upacara pemakaman komandan mereka. Sejumlah pejabat pemerintah hadir dalam serangan tersebut dan ikut menjadi korban.

Data terakhir dari pemerintah Afghanistan, 24 orang tewas dan 68 luka-luka dalam serangan di Nangahar. ''Jumlah korban jiwa bisa bertambah,'' ujar Pemerintah Afghanistan.

Penyelidikan masih berlangsung perihal siapa yang bertanggung jawab atas kedua serangan.

Kelompok pemberontak, Taliban, langsung menyatakan tidak terlibat karena mereka dalam status mematuhi kesepakatan damai dengan Amerika yang diteken beberapa waktu lalu.

Kepolisian dan militer Afghanistan selanjutnya menduga ISIS sebagai dalang dari serangan yang terjadi. Lokasi kejadian menjadi pertimbangan. Lokasi Rumah Sakit Dashti Barchi, misalnya, berdekatan dengan hunian komunitas Hazara. Hazara adalah komunitas Muslim Syiah yang beberapa kali menjadi target serangan ISIS.

Nangahar, di mana serangan kedua terjadi, juga merupakan salah satu lokasi operasi ISIS. Dalam beberapa bulan terakhir, serangan ISIS dilakukan di Nangahar. Pada Senin kemarin, militer Afghanistan menangkap salah satu pimpinan ISIS di sana.

Meski Taliban sudah mengklaim tidak terlibat, Pemerintah Afghanistan akan menyelidiki segala kemungkinan. Mereka khawatir serangan yang terjadi akan merusak kesepakatan damai Taliban dan Amerika yang sudah diteken.

''Jika Taliban tidak bisa mengendalikan aktivitas mereka, atau sponsor mereka menugaskan kelompok lain untuk melakukan teror, maka tidak ada lagi alasan untuk terlibat dalam negosiasi damai,'' ujar Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib.***

Editor:hasan b
Sumber:tempo.co
Kategori:Peristiwa, Internasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/