Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
21 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
2
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
Olahraga
20 jam yang lalu
Susanto Jinakkan Torre Lewat Jebakan Krisis Waktu
3
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
22 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
4
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
21 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
5
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
Pemerintahan
21 jam yang lalu
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran PPK Untuk Pilkada
6
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Olahraga
18 jam yang lalu
Ditanya Lebih Bangga Indonesia atau Korsel Yang Lolos ke Olimpiade 2024 Paris, Ini Jawaban Shin Tae-yong
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Meninggal Dunia, Ini Profil Pendiri Kompas Jacob Oetama

Meninggal Dunia, Ini Profil Pendiri Kompas Jacob Oetama
Rabu, 09 September 2020 13:52 WIB
JAKARTA - Pergulatan batin seorang guru SMP yang memiliki cita-cita menjadi pastor ini berakhir sukses sebagai wartawan. Ketekunan, keuletan, dan kerja keras mengantarkan Jakob Oetama memiliki media ternama di Indonesia. Harian Kompas namanya.

Tak hanya itu, ia pun membangun media lainnya. Bahkan ia juga mengembangkan bisnis usahaya selain media, seperti perhotelan, pendidikan, dan toko buku gramedia. Dengan meraih kesuksesaan di bidang usahanya, ia pun layak disebut pengusaha sukses. Tapi, Jakob lebih senang disebut sebagai wartawan.

Menjadi wartawan adalah pilihan tepat bagi Jakob Oetama. Hampir 61 tahun ia bergelut di bidang media sejak umur 24 tahun. Siapa pun pasti sudah tak asing dengan sosok Jakob Oetama. Pria kelahiran Desa Jowaban, 27 September 1931 ini merupakan pendiri Kompas Gramedia Group.

Jakob Oetama bersama rekannya Petrus Kanisius Ojong pada tahun 1965 mendirikan Harian Kompas. Sebelum Harian Kompas lahir, pada tahun 1963, dua sahabat ini sudah mendirikan majalah bulanan Intisari yang berisi ilmu pengetahuan dan teknologi. Majalah ini terinspirasi dari majalah Reader’s Digest asal Amerika.

Pada awalnya, pria yang pernah menjadi guru di SMP Mardi Yuana, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, ini merasa bimbang, apakah ia ingin tetap menjadi guru atau alih profesi sebagai sebagai wartawan. Meski sebelumnya, menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil bersamaan dengan keinginannya sebagai pastor.

Namun, seiring bertambahnya usia Jakob pun mengeliminasi cita-citanya sebagai pastor dan tidak melanjutkan Sekolah Menengah Atas Seminari (sekolah khusus untuk menjadi pastor). Ditambah lagi sang ayah, Raymundus Josef Sandiya Brotosoesiswo kala itu berprofesi sebagai guru Sekolah Rakyat.

Di tengah kebimbangan antara jadi guru atau wartawan tersebut, Hingga akhirnya ia berbincang dengan Pastor JW Oudejans OFM, pengelola Majalah Penabur, Jacob pun membulatkan tekatnya bukan sebagai guru professional melainkan wartawan profesional. Itulah pilihan Jakob seprti tertulis di buku Syukur Tiada Akhir (2011).

Pilihannya untuk terjun ke dunia tulis menulis bukanlah hal baru baginya. Sebelumya, Jakob Oetama memang memiliki hobi menulis. Hobinya dalam menulis pun semakin matang setelah ia melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.

Sudah sejak tahun 1956, pria yang kerap disapa JO (Je-O) ini telah dipercaya sebagai Sekretaris Redaksi majalah Penabur hingga tiba saat ia berhasil mendirikan majalah Intisari dan Harian Kompas bersama sahabat karibnya.
Tentu saja, keberhasilan tersebut bukanlah sebuah akhir, melainkan langkah baru bagi Jacob membawa perubahan segar bagi jurnalisme Indonesia.

Hingga tahun 2016, bertepatan usianya yang ke 85 tahun, Harian Kompas sudah berkembang menjadi salah satu industri raksasa di bidang media massa, toko buku, hotel, dan universitas yang semuanya tergabung dalam Kelompok Kompas Gramedia. Pria yang telah mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa ke-18 dari Universitas Gadjah Mada ini menjabat sebagai Pemimpin Umum Kompas Gramedia dan Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia.

PENDIDIKAN
Sekolah Menengah Atas Seminari, Yogyakarta (1951)
B-I Ilmu Sejarah (1956)
Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1959)
Jurusan Ilmu Publisistik Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada (1961)

KARIER
Guru SMP Mardi Yuana, Cipanas (1952)
Guru SMP Van Lith (1953)
Dosen jurusan Komunikasi di Fisipol Universitas Indonesia
Redaktur Mingguan Penabur, Jakarta (1955)
Sekretaris Redaksi Penabur, Jakarta (1956)
Pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Bulanan Intisari (1963)
Pendiri Harian Kompas (1965)
Pemimpin Redaksi (Pemred) Harian Kompas (1965-2000)
Pemimpin Umum Kompas Gramedia (1980-Sekarang)
Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia (1980-Sekarang)

ORGANISASI
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) (1965-1969)
Anggota DPR Utusan Golongan Pers (1966-1977)
Ketua Pembina Pengurus Pusat PWI (1973)
Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN (1974
Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia
Anggota Dewan Penasihat PWI
Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar (1980)
Direktur Impor PT Inpers (1980)
Komisaris PT Dasar Utama Pers (1980)
Ketua Bidang Pendidikan SGP (1981)
Bendahara Yayasan Obor Indonesia (1981)
Komisaris Dewan Penyantun LBH (1981)

KARYA TULIS
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM tahun 1962)
Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001)
Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Bersyukur dan Menggugat Diri (Penerbit Buku Kompas, 2009)

PENGHARGAAN
Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada (2003)

Kini, Jacob Utama telah tiada. Jacob Utama (88) meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Pihak keluarga sudah datang di Rumah Sakit Kelapa Gading. Jenazah rencananya akan dibawa ke tempat persemayaman di Gedung Kompas Gramedia. Almarhum wafat di usianya yang memasuki 88 tahun).***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Berbagai Sumber
Kategori:DKI Jakarta, GoNews Group, Peristiwa, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/