Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
5 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
4 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
3 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
4
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
2 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
5
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
4 jam yang lalu
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
6
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
2 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Home  /  Berita  /  Pendidikan

Anak Rawan Putus Sekolah saat Pandemi, Hetifah Minta Pemerintah Tingkatkan Kualitas Belajar dari Rumah

Anak Rawan Putus Sekolah saat Pandemi, Hetifah Minta Pemerintah Tingkatkan Kualitas Belajar dari Rumah
Ilustrasi anak putus sekolah. (foto: ist./tribun kaltim)
Jum'at, 19 Februari 2021 20:29 WIB
JAKARTA - Pembelajaran jarak jauh yang telah dilaksanakan oleh siswa-siswi di Indonesia akibat pandemi membawa beberapa permasalahan. Salah satunya adalah tingginya angka putus sekolah dan pernikahan dini.

Hal itu merupakan temuan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) berdasarkan survey yang telah dilakukan di 2 provinsi, yaitu Bengkulu dan NTB.

"Menurut laporan yang kami terima dari beberapa kepala sekolah, terdapat peserta didik yang putus sekolah karena menikah atau bekerja. Dari temuan KPAI, ada 119 peserta didik yang menikah, laki-laki maupun perempuan, yang usianya berkisar 15-18 tahun," ujar Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Restno Listyarti, Kamis (18/2/2021) kemarin.

Survey pembelajaran dari rumah yang dilaksanakan oleh Kemendikbud RI (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) juga menemukan bahwa bahwa 8,2% dari kepala satuan pendidikan menyatakan terdapat kasus siswa putus sekolah di satuan pendidikan mereka. Kasus tertinggi datang dari kelompok siswa yang bersekolah di SMK, dimana 16,5% kepala sekolah SMK melaporkan adanya siswa yang putus sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, Hetifah Sjaifudian selaku Wakil Ketua Komisi X DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) meminta Kemenikbud meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan terkait permasalahan tersebut.

"Program-program terkait parenting harus ditingkatkan. Sebaiknya juga dibangun pusat-pusat komunitas untuk memantau keadaan anak di wilayah masing-masing," kata Hetifah tertulis, kepada GoNews.co, Jumat (19/2/2021).

Hetifah menekankan, peran guru sangat sentral dalam mencegah terjadinya putus sekolah dan pernikahan dini.

"Guru sebaiknya lebih peka akan keadaan setiap siswanya, bukan hanya sekadar nilai. Jika ada sesuatu yang mencurigakan harus segera diinvestigasi lebih lanjut," terangnya.

Hetifah yang merupakan wakil rakyat asal Kaltim ini juga meminta Kemendikbud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh.

"Dengan kualitas pembelajaran jarak jauh yang lebih baik, anak-anak dan orangtua tidak akan kehilangan semangat untuk pendidikan. Kerjasama dengan Kemenkominfo harus ditingkatkan dalam penyediaan akses internet merata. Pemetaan kebutuhan gawai juga harus segera dilaksanakan, agar bantuan bisa diberikan bagi mereka yang membutuhkan," pungkasnya.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Pendidikan, Nasional, DPR RI, GoNews Group, DKI Jakarta, Kalimantan Timur
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77