Ajak Ulama Jaga Agama dan Negara, Gus Jazil: Jangan Takut Terjun ke Politik
Penulis: Muslikhin Effendy
Hal ini terkait dengan terbatasnya gerakan dakwah dan silatilurahmi, termasuk Guz Jazil sendiri saat melakukan kunjungan ke berbagai daerah akibat pandemi Covid 19.
"Di tengah Covid-19 ini, saya tidak bisa berkeliling dan tahun lalu bahkan kehilangan momentum Idul Fitri. Tahun ini, juga sama, karena kemungkinan pemerintah kembali mengeluarkan larangan pemerintah mudik. Ini serba terbatas, karena covid, kita juga menghadapi dua masalah besar yakni kesehatan dan ekonomi. Makanya, kita ingin ada support dan doa ulama. Karena, ulama itu tidak hanya bertugas melindungi agama, tapi termasuk menjaga bangsa," kata Gus Jazil pada acara temu tokoh ulama dan kiai se-Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Minggu (28/3/2021).
Menurut Gus Jazil, apa yang pernah diungkapkan almarhum KH Hasyim Asari yakni menghidupkan kembali orang orang yang mulia itu patut mendapat perhatian para ulama dan lembaga dakwah islam.
Saat itu katanya, semangat keagaaman mulai kendor dimana dakwah islam bersaing dengan anjuran yang bertentangan dengan islam termasuk paham komunisme (PKI). Hari ini, katanya, masalah yang pernah terjadi itu kembali dihadapi dimana dakwah sudah kalah dengan kontes dangdut di televisi.
"Jangan sampai ulama dan lembaga dakwah islam tersingkir dengan ajaran yang keluar dari akidah dan merusak akidah islam. Maksiat sekarang ini sudah dipertontonkan bahkan dan iklan. Makanya, kita kemarin sangat menentang keras Perpres minuman keras karena bangsa kita bukan bangsa pemabuk," ujarnya.
Selain menjaga agama, kata Gus Jazil, tugas ulama kedua adalah menjaga negara. Begitu juga dengan poltik demokrasi yang dianut selama ini. "Ulama sangat berperan mendirikan bangsa, dan tugas ulama juga untuk menjaganya," imbuhnya.
Lebih jauh Gus Jazil mengungkapkan, saat ini hampir semua partai berbasis islam juga belum bisa berbuat banyak. Karena, posisinya belum menjadi penguasa. Untuk itu, katanya, tugas para ulama dan kiai tidak boleh antipati dengan politik. Karena jika demikian maka politik akan diisi oleh orang-orang yang bakal menyingkirkan ulama.
"Ulama hanya boleh di pesantren, suruh ngurusin ngaji. Itu keinginan mereka. Kenapa? Supaya memang ulama dan kiai tidak masuk ke politik. Dengan demikian maka dengan mudah mereka akan memasukkan hal-hal yang anti terhadap islam," paparnya.
Gus Jazil juga mengucapkan syukur dimana Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan simpatisannya yang masih didominasi para santri, ustaz, kyai dan warga Nadhlatul Ulama (NU).
"Alhamdulllah kehadiran PKB mendapat dukungan menyelamatkan umat melalui politik. Dan, saya mengajak anak-anak muda islam khususnya anak anak muda NU jangan takut berpolitik. Mari sama sama kita jaga negara bangsa dan agama kita," tutupnya.***
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Politik, MPR RI, DKI Jakarta |