Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
24 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
2
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
24 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
3
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
24 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
4
Indonesia Taklukkan Australia, Gol Tunggal Komang Buka Peluang ke Perempat Final
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Taklukkan Australia, Gol Tunggal Komang Buka Peluang ke Perempat Final
5
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
3 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
6
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
3 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Home  /  Berita  /  Nasional

RUU PKS jadi Korban, Politisi Golkar Minta Pimpinan Parpol Kembali ke Jati Diri Bangsa

RUU PKS jadi Korban, Politisi Golkar Minta Pimpinan Parpol Kembali ke Jati Diri Bangsa
Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa (tengah) dalam diskusi tentang radikalisme di Senayan, Jakarta, Senin (5/4/2021). (foto: zul/www.gonews.co)
Selasa, 06 April 2021 11:17 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa menyebut, telah terjadi polarisasi idiologi nasional kebangsaan di lingkungan Parpol (partai politik) yang berpengaruh pada pembidanan kebijakan dan perundangan. Tarik ulur RUU PKS (Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) menjadi bukti nyata.

"RUU PKS itu diusulkan sudah begitu lama, bahkan sudah masuk prolegnas sampai hilang, sekarang masuk lagi. Itu contoh terjadi polarisasi ideologi," kata Agun kepada wartawan di Senayan, Jakarta, Senin, sebagaimana dikutip GoNews.co, Selasa (6/4/2021).

Agun mengatakan, upaya perlindungan terhadap wanita, terhadap anak, itu menjadi kebutuhan dalam konteks demokrasi kekinian, dalam konteks digitalisasi dan sebagainya.

"Terjadi tarik-menarik tarik-menarik kepentingan dua pihak yang bertentangan, berlawanan. Ada yang tetap menyatakan bahwa sepertinya perempuan itu harus nurut-ikut aja begitu, kan ga bisa lagi," ujar Agun.

Menurutnya, polarisasi idiologi di kalangan partai politik adalah penyakit yang berujung pada tak representatifnya suatu perundangan terhadap aspirasi dan kebutuhan rakyat. Ia mendorong agar polarisasi idiologi itu diakhiri, agar proses mebidani perundangan tak lagi terkontaminasi pragmatisme.

"Jadi sudahlah, buat para pimpinan partai politik harus kembali kepada jati diri bangsa kita, bahwa kita adalah sebuah bangsa yang berideologi kan Pancasila, sebuah bangsa yang menganut UUD 1945," pungkas politisi Golkar itu.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Nasional, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/