Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
19 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
3
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
19 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
4
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
Umum
19 jam yang lalu
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
5
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Umum
18 jam yang lalu
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
6
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
23 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Home  /  Berita  /  Politik

Mafia Minyak Goreng Bebas Berkeliaran 'Ditutup' BLT Rp300 Ribu

Mafia Minyak Goreng Bebas Berkeliaran Ditutup BLT Rp300 Ribu
Ilustrasi warga antre Minyak Goreng. (foto: Istimewa)
Senin, 04 April 2022 20:26 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng senilai Rp300 ribu per 3 bulan, menuai kritikan. Karena mafia minyak goreng masih bebas berkeliaran.

Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira tidak sepakat dengan program BLT minyak goreng Rp300/3 bulan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kok bukan mafia minyak gorengnya yang diberantas.

Selanjutnya, Bhima menyebut program BLT minyak goreng tak lebih dari parasetamol. Fungsinya hanya menghilangkan demam atau nyeri semata. Sementara penyakitnya tetap saja bertahan di dalam tubuh. "Ibarat parasetamol ini cuma menurunkan demam, tapi penyebab utama naiknya harga minyak goreng belum ada solusinya," kata Bhima dilansir GoNews.co dari Inilah.com, Senin (4/4/2022).

Seharusnya, kata Bhima, pemerintah menyelesaikan akar permasalahan yang memicu kelangkaan serta mahalnya harga minyak goreng. Suka atau tidak, ada masalah serius dalam tata kelola minyak goreng di tanah air.

Dirinya juga mempertanyakan akurasi penerima BLT minyak goreng. Bisa saja ada yang menerima BLT minyak goreng dobel, lantaran di program keluarga harapan (PKH), dan pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang gorengan.

Sedangkan ekonom senior UI, Chatib Basri mengapresiasi program BLT minyak goreng untuk masyarakat, sudah tepat ketimbang subsidi. Karena dijamin lebih tepat sasaran. "Langkah pemerintah saya kira sudah benar dengan membiarkan harga (minyak goreng) mengikuti pasar, kemudian diberikan BLT. Kenapa? Beban BLT itu lebih kecil dibandingkan subsidi dari seluruh barang. Bayangkan kalau seluruh minyak goreng disubsidi, atau seluruh BBM disubsidi, kelompok kaya akan menikmatinya juga,” papar mantan Menkeu era Presiden SBY itu.

Jika penyaluran BLT minyak goreng dinaikkan dari 20 juta menjadi 40 juta rumah tangga, kata dia, beban APBN tidak terlalu besar ketimbang subsidi. “Kalau 160 juta orang dibagi empat atau 40 juta rumah tangga, kalau Rp 300.000 kan berarti Rp 12 triliun sebulan. Bayangkan, itu lebih dari 60% penduduk Indonesia dikasih BLT. Jadi impact-nya itu sebetulnya bisa dimitigasi,” papar Chatib.

Akhir pekan lalu, Presiden Jokowi mengeluarkan program BLT minyak goreng untuk 2,5 juta pedagang kaki lima (PKL) dan 20,5 juta keluarga yang berhak. Nilai Rp100 ribu per bulan dibayarkan langsung 3 bulan yakni April hingga Juni 2022. Program ini untuk meringankan beban masyarakat di tengah mahal dan langkanya harga minyak goreng.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/