Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
15 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
14 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
14 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
16 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
14 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Jelang Konfrensi OKI di Jakarta

The Islah Center: Konfrensi OKI di Indonesia, Momen Penting Untuk Menyelesaikan Konflik Timur Tengah

The Islah Center: Konfrensi OKI di Indonesia, Momen Penting Untuk Menyelesaikan Konflik Timur Tengah
Direktur The Islah Centre, Mujahiddin Nur.
Jum'at, 04 Maret 2016 22:24 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Indonesia sebagai negara demokrasi muslim terbesar di dunia mempunyai modal politik dan modal sosial yang baik untuk mendorong negara-negara anggota OKI untuk menyelesaikan konflik di negara-negara Islam utamanya Yaman dan Suriah dengan cara perundingan, rekonsiliasi, mediasi dan arbitrase.

Hal tersebut diungkapkan Direktur The Islah Centre, Mujahidin Nur, terkait peran strategis Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jakarta pada 6-7 Maret 2016.

"Posisi Indonesia yang netral dalam konflik antara Arab Saudi dan Iran adalah nilai positif yang dimiliki Indonesia, disamping itu Indonesia juga mempunyai hubungan diplomatik yang kuat dengan kedua negara tersebut," ungkap Mujahidin Nur kepada Legislatif.co ( GoNews Group) Jumat (04/03/2016) malam.

Menurut Mujahidin, Indonesia bisa menjadi fasilitator perdamaian antara Arab Saudi dan Iran dalam memulihkan hubungan diplomatik kedua negara dan dalam upaya mnyelesaikan konflik yang terjadi di Syuriah dan Yaman. "Konfrensi OKI yang akan diadakan di Jakarta merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk lebih mengukuhkan perannya dalam membangun perdamaian bukan hanya antara Arab Saudi dan Yaman saja, tapi secara keseluruhan di Timur Tengah," tukasnya.

Saat ini menurutnya, negara-negara Islam harus bersatu untuk tercapainya sebuah keadilan. Dia bahkan mengingatkan, akan sebuah tragedi pembakaran Masjid al-Aqsha di Palestina (21/8/1969), yang dilakukan ekstrimis Israel, pendudukan atas kota Yerusalem dan perluasan pendudukan Israel atas negara-negara Arab, yang telah menyulut kemarahan negara-negara di dunia, terutama dari kalangan umat Islam.

Pasca peristiwa tersebut, negara-negara berpenduduk mayoritas muslim merasakan perlunya kebutuhan mendesak untuk mengorganisir dukungan dan menggalang kekuatan di antara negara-negara Islam untuk melakukan pembebasan masjid al-Aqsha. "Atas prakarsa Raja Faisal, Arab Saudi dan Raja Hasan II dari Maroko dibantu oleh panitia persiapan KTT yang terdiri dari Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan Maroko, untuk pertama kalinya terselenggara KTT OKI yang diselenggarakan pada 22-25 September 1969 di Rabat yang kemudian memberikan mandat untuk melakukan pembebasan masjid al-Quds Asyarief dan menggempur Israel secara bersama-sama," kisahnya.

Sebagaimana mafhum, pada masa pendirian OKI kata Mujahiddin, sentimen keagamaan sebagai sesama muslim dan kemarahan terhadap tindakan ilegal Israel telah membuat 57 negara-negara mayoritas berpenduduk muslim membentuk wajah politik Islam dalam organisasi OKI.

"Dahulu, mereka bahu membahu membangun kekuatan untuk membebaskan al-Quds Asyarief dan melaukan perlawanan atas pendudukan Israel pada masa itu," tukasnya lagi.

Namun, kata Mujahidin, pada KTT LB OKI ke-5 yang diselenggarakan di Indonesia tahun ini, 6-7 Maret 2016 di saat negara-negara lain di dunia fokus dalam melakukan pembangunan, kondisi berbeda membelenggu negara-negara Islam anggota OKI utamanya Afghanistan, Syuriah, Pakistan, Irak dan Yaman, yang sampai saat ini masih berjuang untuk menyelesaikan peperangan saudara dan melawan ekstrimisme atau terorisme.

Karenanya, masyarakat muslim di seluruh dunia berharap KTT OKI ke – 5 di Jakarta mampu mengeluarkan deklarasi Jakarta yang solutif dan adaptif. "KTT OKI di Jakarta merupakan momentum yang sangat tepat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia Islam. Seperti memberikan dukungan yang lebih konkrit untuk kemerdekaan Palestina," harapnya.

OKI sebagai organisasi non-militer terbesar di dunia dengan anggota 57 negara dan mempunyai perwakilan di PBB diharapkan mampu mempunyai peran yang strategis dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina dengan mendorong isu kemerdekaan Palestina di forum-forum PBB.

"KTT OKI hendaklah dijadikan momentum untuk menyelesaikan permaslahan radikalisme dan terorisme yang melanda dunia Islam seperti Tunisia, Mesir, Arab Saudi, Yaman, Pakistan, Irak, Libanon, Syuriah, Somalia, Nigeria dan lain-lain," pungkas Mujahidin. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/